Masalah datang tanpa memilih,
kepada yang memintanya tanpa pengetahuan,
atau kepada yang memohon agar dihindarkan dari masalah,
karena masalah adalah rahmat yang tidak kita sukai,
agar kita meninggalkan yang kita sukai tetapi yang tidak baik bagi kita.
Sayangnya, hanya sedikit dari kita yang mengetahui bahwa masalah
adalah batu pijakan yang menjadikan kita pantas bagi kesejahteraan,
kebahagiaan, dan kecemerlangan di tempat-tempat yang naik.
Dan, ada juga jiwa yang dikasihi Tuhan -
yang sedang hidup dalam pendapatnya sendiri mengenai yang baik,
tetapi letih dan marah kepada kehidupan
karena kelemahan dan kekalutan hidupnya.
Dia mencadangkan payung bocor menjelang badai.
seandainya saja dia sedikit ikhlas untuk mendengar.
----------------------------------------------------
Kemudian,
Perhatikanlah bagaimana dia melakukan sesuatu yang diketahuinya merusak kesehatannya,
dan membiarkan anak kesayangannya melihat perilaku buruknya,
padahal dia juga tahu bahwa anak adalah peniru yang setia,
yang akan menirunya, dan menambahkan perilaku lebih bermasalah lagi,
yang akan menjadikannya orang tua yang menua lebih cepat karena masalah-masalah dengan anaknya di masa depan.
Berapa banyakkah orang tua yang sedang menyiapkan anak-anaknya sebagai payung bocor bagi badai masa depan anak-anak mereka?
………..
Perhatikanlah juga bagaimana dia menjadikan perilaku yang hambar-sayang kepada ibu dari anak-anaknya,
yang akan belajar untuk memperlakukan istri mereka nanti dengan kehambaran kasih sayang yang dipelajarinya dari sang ayah.
………..
Lalu perhatikanlah bagaimana sang ibu tidak memelihara daya tariknya sebagai wanita yang seharusnya memukau ayah dari anak-anaknya,
yang menyiapkan anak perempuannya untuk mempercantik diri hanya dalam pergaulan dengan orang lain, tetapi tidak untuk suaminya,
dan melatih suaminya untuk tidak mengharapkan disambut oleh wanita yang menggetarkan hati saat sang suami kembali dari kerja keras mencari nafkah,
dan dengannya mempermudah upaya wanita lain dalam memikat perhatian suaminya.
………..
Kemudian, perhatikanlah juga bagaimana pasangan itu - yang mengundang Tuhan untuk menyaksikan penyatuan yang mereka putuskan sendiri,
untuk juga menyaksikan bagaimana mereka kemudian hanya berbicara kepada satu sama lain hanya bila mereka bertengkar,
yang mendidik anak-anak mereka untuk tidak menghormati pernikahan,
dan menjadikan Tuhan sebagai saksi bagi pernikahan yang sia-sia.
………..
Perhatikanlah bagaimana orang dewasa mencontohkan pencurian dan penipuan hak orang lain untuk menumpuk kekayaan,
yang menjadikan orang muda tidak melihat perlunya sekolah dan pendidikan,
karena mencuri bisa menjadi jalan pintas untuk sukses.
………..
Perhatikanlah bagaimana sebagian pemimpin mencontohkan kelemahan hati dalam menegakkan keadilan dan ketidak-tegasan dalam bertindak,
tetapi bersegera untuk mendahulukan keuntungan pribadi dan golongannya,
yang menyiapkan anggota masyarakat untuk menjadi pemrotes yang anarkis, atau menjadi pemimpin yang mumpung.
………..
Perhatikanlah yang dilakukan oleh pendidik-pendidik senior yang mengiklankan pendidikan bebas biaya yang ternyata tidak bebas biaya, tetapi tetap menyebutnya bebas biaya,
yang menjadi contoh dan penyemangat bagi para siswa sekolah bahwa mereka bisa mencapai pangkat dan kedudukan-kedudukan yang baik dengan keterampilan berpikir seperti itu.
………..
Apakah sebetulnya ada pengertian yang baik di antara kita,
bahwa kita bertanggung-jawab atas kelestarian alam?
Ya, tetapi tidak dalam pertimbangan perkembangan ekonomi.
Perhatikanlah bagaimana kita mencemari sungai, tanah, udara, dan laut; dan bagaimana kita membabat hutan, menyempitkan sungai, mengikis pantai, meledakkan dan meracun ikan, dan menistai satwa pelengkap kehidupan ini,
... semua atas nama bisnis dan pengutamaan kekayaan pribadi,
seolah kita bisa pindah ke planet lain jika bumi ini telah rusak dan beracun.
...........
Dan yang ini menyedihkan,
Kita telah hidup dalam pencitraan negeri yang menjadikan tetangga yang kecil berani mengganggu yang lebih besar,
yang menjadikan yang paling kecil di antara saudara kita lebih marah daripada yang besar-besar di antara kita,
tetapi yang mengharuskan kita mengurut dada untuk menerima, bahwa
yang seharusnya berperan di antara kita belum berperan dalam membesarkan penghormatan dan keseganan pada kerajaan-kerajaan kecil,
terhadap kemampuan besar kita dalam menghukum mereka yang tidak menghormati negeri yang sejatinya besar ini.
………..
Sebagai pribadi atau sebagai keluarga yang disebut bangsa,
kita sedang hidup dalam penyiapan payung-payung bocor yang tidak akan berperan untuk mengatasi kesulitan dan menyelesaikan masalah kehidupan kita.
Sehingga …,
sepertinya … jika kita tidak bersedih,
itu berarti kita tidak sedang memperhatikan.
Dan bagi dia yang dadanya pedih
dengan ketidak-tegasan dirinya dan orang lain untuk berpihak kepada yang benar dan berlaku tegas dalam kebenaran,
pedihnya dada itu adalah tanda adanya perintah untuk memimpinkan perubahan,
yang dimulai dari perubahan pada diri sendiri,
agar dia berwenang untuk menganjurkan perubahan kepada orang lain,
dan agar kemudian dia berwenang untuk mengharuskan perubahan bagi kebaikan manusia dan alam.
Karena, itulah kepemimpinan.
Maka marilah kita membaikkan keadaan yang sedang terjadi di sekitar kehidupan kita,
dan menyadari bahwa keadaan yang sedang berlangsung – adalah komponen pembentuk sejarah.
Kira-kira, sejarah seperti apakah yang sedang kita bentuk bagi kehidupan kita di masa depan, jika kita ijinkan semua penyiapan payung bocor ini tetap berlanjut?
Maka bersegeralah merapikan diri, menyiapkan diri kita masing-masing sebagai penyiap payung yang berperan bagi kehidupan pribadi terdekat kita,
lalu belajar untuk menjadi lebih berperan bagi pembaikan kehidupan saudara-saudara kita yang terdekat dan yang jauh,
agar kita menjadi sebuah keluarga yang saling mengasihi ke dalam,
dan menjadi bangsa yang berwibawa dan disegani dalam pergaulan antar negara dan kerajaan.
Demi kebaikan, mulailah dari diri sendiri.
………..
--------------------------------------------------------
Marilah kita jadikan keberadaan kita dalam kehidupan ini berarti. Karena ada arti dalam penciptaan diri ini.
Tuhan sangat memuliakan kita. Hanya karena kita tidak melihat kemuliaan itu, tidak berarti kemuliaan itu tidak ada pada diri kita.
Tugas kita adalah mengupas dan menanggalkan kulit-kulit kusam yang menutupi kecemerlangan jiwa ini,
agar kita bisa menjadi sebagaimana seharusnya kita menjadi.
by.mario teguh
Selasa, 31 Mei 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
add me sob .. ..
kenalin sob .. ..
- nessyams erzal
- Purbalingga Perwira, Golden Water, Indonesia
- removing without spirits is nothing
baca jiwa sob .. ..
-
“Miller tampak tak terkesan dengan teori-teori terkini yang diajukan tentang asal usul kehidupan, dan menganggapnya sebagai “omong kosong” a...
-
semua yang telah ada dan telah terjadi itu tidak mungkin kita bisa ulangi lagi kita hanya bisa membuat hari yang baru melupakan hari yang la...
-
pagi ini yang begitu indah kumulai terbangun pukul 5 pagi.. kubuka jendela kosku dan kurasakan kesejukkan pagi ini.. sebiru warna langit y...
-
Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. (Q...
-
Agar terus bertahan hidup, tumbuhan perlu melakukan fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Untuk keperluan itu pula, tumbuhan memerluka...
-
Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di ...
-
Perjalanan hidup manusia selalu disertai oleh sepasang malaikat atau mungkin lebih. Dalam meniti setiap tahap kehidupan, sering kita terjeb...
-
Dalam hidup, tantangan itu selalu ada dan nyata. Apa pun profesi Anda, Anda akan selalu berhada dan nyatapan dengan tantangan. Atau.. Anda m...
-
Motivasi hidup akan mempengaruhi hidup Anda. Banyak orang yang masih belum memahami apa yang menjadi motivasi hidup atau baru memahami se...
-
Aku juga cinta tiga hal dari dunia Memberi makan orang lapar Memberi pakaian orang terlantar Dan membaca al-Qur'an dengan benar Ali ...
0 komentar:
Posting Komentar