Jumat, 11 Mei 2012

AKHIR HAYAT PENGGEMAR MUSIK DAN PENCINTA AL QUR'AN



Kisah Nyata
AKHIR HAYAT PENGGEMAR MUSIK DAN PENCINTA AL QUR'AN 

Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar do’a ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang. Aku sungguh heran. Bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri: “Alangkah sabarnya mereka…setiap hari begitu…benar-benar mengherankan!” Aku belum tahu bahwa di situlah kebahagiaan orang mukmin, dan itulah shalat orang-orang pilihan…Mereka bangkit dari tempat tidumya untuk bermunajat kepada Allah.Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang matang. Tetapi diriku semakin jauh dari Allah. Padahal berbagai nasihat selalu kuterima dan kudengar dari waktu ke waktu. Setelah tamat dari pendidikan, aku ditugaskan ke kota yang jauh dari kotaku. Perkenalanku dengan teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban sebagai orang terasing. Di sana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur’an. Tak ada lagi suara ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup sendirian, jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati. Aku ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah jalan tol. Di samping menjaga keamanan jalan, tugasku membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan. Pekejaan baruku sungguh menyenangkan. Aku lakukan tugas-tugasku dengan semangat dan dedikasi tinggi. Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak. Aku bingung dan sering melamun sendirian…banyak waktu luang…pengetahuanku terbatas. Aku mulai jenuh…tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku sebatang kara. Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentult penganiayaan lain. Aku bosan dengan rutinitas. Sampai suatu hari terjadilah suatu peristiwa yang hingga kini tak pernah kulupakan. Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas di sebuah pos jalan. Kami asyik ngobrol…tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan yang amat keras. Kami mengalihkan pandangan. Ternyata, sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arah berlawanan. Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong korban. Kejadian yang sungguh tragis. Kami lihat dua awak salah satu mobil daIam kondisi sangat kritis. Keduanya segera kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah. Kami cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat mengerikan. Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma. Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat. Ucapkanlah “Laailaaha Illallaah…Laailaaha Illallaah…” perintah temanku. Tetapi sungguh mengherankan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu. Keadaan itu membuatku merinding.Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat…Kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat. Aku diam membisu. Aku tak berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah menyaksikan orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini. Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat. Tetapi… keduanya tetap terus saja melantunkan lagu. Tak ada gunanya… Suara lagunya semakin melemah…lemah dan lemah sekali. Orang pertama diam, tak bersuara lagi, disusul orang kedua. Tak ada gerak… keduanya telah meninggal dunia. Kami segera membawa mereka ke dalam mobil. Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatah pun. Selama pejalanan hanya ada kebisuan, hening. Kesunyian pecah ketika temanku memulai bicara. Ia berbicara tentang hakikat kematian dan su’ul khatimah (kesudahan yang buruk). Ia berkata: “Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk. Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya selama di dunia”. Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai kisah yang diriwayatkan dalam buku-buku Islam. Ia juga berbicara bagaimana seseorang akan mengakhiri hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara lahir batin. Perjalanan ke rumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami tentang kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa kami sedang membawa mayat. Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa ini benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku. Hari itu, aku shalat kusyu’ sekali. Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan peristiwa itu. Aku kembali pada kebiasaanku semula…Aku seperti tak pemah menyaksikan apa yang menimpa dua orang yang tak kukenal beberapa waktu lalu. Tetapi sejak saat itu, aku memang benar-benar menjadi benci kepada yang namanya lagu-lagu. Aku tak mau tenggelam menikmatinya seperti sedia kala. Mungkin itu ada kaitannya dengan lagu yang pemah kudengar dari dua orang yang sedang sekarat dahulu. Kejadian Yang Menakjubkan… Selang enam bulan dari peristiwa mengerikan itu…sebuah kejadian menakjubkan kembali terjadi di depan mataku. Seseorang mengendarai mobilnya dengan pelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah terowongan menuju kota. Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang kempes. Ketika ia berdiri di belakang mobil untuk menurunkan ban serep, tiba-tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah belakang. Lelaki itu pun langsung tersungkur seketika. Aku dengan seorang kawan, bukan yang menemaniku pada peristiwa yang pertama cepat-cepat menuju tempat kejadian. Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula kami menghubungi rumah sakit agar langsung mendapatpenanganan. Dia masih muda, dari tampangnya, ia kelihatan seorang yang ta’at menjalankan perintah agama. Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik, sehingga tak sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu. Ketika kami membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang keluar dari mulutnya. Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an…dengan suara amat lemah. “Subhanallah! ” dalam kondisi kritis seperti , ia masih sempat melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran? Darah mengguyur seluruh pakaiannya; tulang-tulangnya patah, bahkan ia hampir mati. Dalam kondisi seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan suaranya yang merdu. Selama hidup aku tak pernah mendengar suara bacaan Al Quran seindah itu. Dalam batin aku bergumam sendirian: “Aku akan menuntun membaca syahadat sebagaimana yang dilakukan oleh temanku terdahulu… apalagi aku Sudah punya pengalaman,” aku meyakinkan diriku sendiri. Aku dan kawanku seperti kena hipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qur’an yang merdu itu. Sekonyong-konyong tubuhku merinding menjalar dan menyelusup ke setiap rongga. Tiba-tiba suara itu berhenti. Aku menoleh ke belakang. Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya terkulai, aku melompat ke belakang. Kupegang tangannya, detak jantungnya nafasnya, tidak ada yang terasa. Dia telah meninggal dunia. Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku menetes, kusembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku. Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah wafat. Kawanku tak kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku. Aku terus menangis, air mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil betul-betul sangat mengharukan. Sampai di rumah sakit… Kepada orang-orang di sanal kami mengabarkan perihal kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang kematiannya yang menakjubkan. Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit yang meneteskan air mata. Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri jenazah dan mencium keningnya. Semua orang yang hadir memutuskan untuk tidak beranjak sebelum mengetahui secara pasti kapan jenazah akan dishalatkan. Mereka ingin memberi penghormatan terakhir kepada jenazah, semua ingin ikut menyalatinya. Salah seorang petugas tumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut mengantarkan jenazah hingga ke rumah keluarganya. Salah seorang saudaranya mengisahkan ketika kecelakaan, sebetulnya almarhum hendak menjenguk neneknya di desa. Pekerjaan itu rutin ia lakukan setiap hari Senin. Di sana, almarhum juga menyantuni para janda, anak yatim dan orang-orang miskin. Ketika tejadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan beras, gula, buah-buahan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa membawa buku-buku agama dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang yang ia santuni. Bahkan ia juga membawa permen untuk dibagi-bagikan kepada anak-anak kecil. Bila ada yang mengeluhkan-padanya tentang kejenuhan dalam pejalanan, ia menjawab dengan halus. “Justru saya memanfaatkan waktu perjalananku dengan menghafal dan mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an, juga dengan mendengarkan kaset-kaset pengajian, aku mengharap ridha Allah pada setiap langkah kaki yang aku ayunkan,” kata almarhum. Aku ikut menyalati jenazah dan mengantarnya sampai ke kuburan. Dalam liang lahat yang sempit, almarhum dikebumikan. Wajahnya dihadapkan ke kiblat. “Dengan nama Allah dan atas ngama Rasulullah”. Pelan-pelan, kami menimbuninya dengan tanah…Mintalah kepada Allah keteguhan hati saudaramu, sesungguhnya dia akan ditanya… Almarhum menghadapi hari pertamanya dari hari-hari akhirat… Dan aku… sungguh seakan-akan sedang menghadapi hari pertamaku di dunia. Aku benar-benar bertaubat dari kebiasaan burukku. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosaku di masa lalu dan meneguhkanku untuk tetap mentaatinya, memberiku kesudahan hidup yang baik (khusnul khatimah) serta menjadikan kuburanku dan kuburan kaum muslimin sebagai taman-taman Surga. Amin… (Azzamul Qaadim, hal 36-42) 

Sumber : [“Saudariku Apa yang Menghalangimu Untuk Berhijab”; judul asli Kesudahan yang Berlawanan; Asy Syaikh Abdul Hamid Al-Bilaly; 
Penerbit : Akafa Press Hal. 48]

»»  baca lanjutannya sob .. ..

Senin, 30 Januari 2012

TAFAKKUR [tak melebihi kemampuanmu]

Allah menguji setiap manusia dengan ujian yang beragam jenis. Akan tetapi, Dia tak pernah membebani seseorang melebihi apa yang ia mampu. Ini adalah janji Allah,

"Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya." (QS. Al A'raaf, 7: 42)

Penyakit, kecelakaan, dan segala macam bentuk ujian yang dihadapi seseorang dalam kehidupan dunia, adalah dalam batasan kemampuan seseorang untuk mengatasinya. Dalam beberapa peristiwa, seseorang bisa saja merasa telah melakukan segala yang memungkinkannya keluar dari masalah, namun ia tidak kunjung melihat jalan keluar. Karena lalai bahwa pasti ada kebaikan dalam peristiwa tersebut, ia memberontak dan marah. Ini adalah tanggapan tak berguna yang diembuskan setan. Apa pun yang dihadapinya dalam hidup, seorang mukmin yang ikhlas harus tetap ingat bahwa ia dihadapkan pada keadaan yang di dalamnya ia dapat menetapi kebajikan dan kesabaran. Jika ia putus asa, itu hanyalah tipu daya setan. Allah memerintahkan hamba-Nya untuk tidak berputus asa.

"Dan tidaklah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya? Sesungguhnya, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman. Katakanlah, 'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).'" (QS. Az Zumar, 39: 52-54)

Seseorang yang menerima dan berusaha menetapi perintah Allah tersebut mengetahui bahwa dari kebaikan akan timbul kebaikan pula. Seseorang yang putus asa akan sendirian di dunia ini dan tidak mempunyai jalan keluar. Allah mengatakan pada kita bahwa mereka yang putus asa terhadap kasih Allah adalah orang-orang yang tidak beriman,

"… dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf, 12: 87)

Dalam menetapi perintah Allah, seorang mukmin harus mencoba mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang apa yang terjadi di sekitarnya melalui perenungan. Ketika seorang mukmin menemukan kesulitan, kesulitan itu membuatnya sadar bahwa ada kebaikan di dalamnya dan ia memastikan bahwa selama cobaan itu, ia menjadi bersemangat, sabar, pemurah, setia, tekun, pengasih, dan penuh pengorbanan. Sikap sabar, bijaksana, cerdas, tenang, memaafkan, menyayangi, semuanya menunjukkan tingkatan kemuliaan seorang mukmin dan menawarkan kebahagiaan kepada manusia yang hanya didapatkan dari keimanan.
»»  baca lanjutannya sob .. ..

BAPHOMET [SETANISME]

Setanisme secara singkat dapat diartikan sebagai penyembahan setan dan menjadikannya sebagai tuhan. Selain menolak Allah, semua agama dan nilai keagamaan, gerakan jahat ini memiliki ajaran melaksanakan hal-hal yang oleh agama dianggap berdosa. Setanisme juga menerima setan, lambang kejahatan, sebagai pemimpin dan pembimbing.

Sejarah Gelap Setanisme

Kaum Setanis, yakni para pengikut ajaran setanisme, sudah ada dan melaksanakan kegiatan keji mereka di setiap tahap sejarah dan dalam setiap peradaban, dari Mesir kuno sampai Yunani kuno, serta sejak Abad Pertengahan sampai hari ini. Di antara abad ke-14 dan ke-16, para tukang sihir dan orang yang menolak agama sama-sama memuja setan. Setelah tahun 1880-an, di Prancis, Inggris, Jerman, dan sekaligus di berbagai negara lain di Eropa dan Amerika, Setanisme diatur dalam perkumpulan dan tersebar di kalangan orang yang mencari keyakinan dan agama lain.

Penyembahan setan terus berlanjut sejak abad ke-19, mula-mula sebagai Setanisme tradisional, lalu dalam aliran sesat yang lebih kecil yang merupakan pecahannya. Upacara kejam yang dilakukan oleh tilamg sihir dan orang-orang tak bertuhan, pengorbanan anak dan orang dewasa kepada setan, perayaan Misa Hitam dan upacara Setanisme tradisional lainnya telah diwariskan diam-diam secara turun temurun.

Lambang Setanisme tradisional yang terpenting adalah dewa Romawi kuno Baphomet. Pada waktu itu, Baphomet menjadi lambang bagi orang yang memuja setan. Para ahli sejarah yang menelusuri asal-usul sosok berkepala kambing ini telah menemukan beberapa petunjuk penting tentang kegiatan Setanis. Lambang Setanis terpenting kedua adalah pentagram, yaitu bintang bersegi lima di dalam lingkaran. Yang menarik, ada dua perkumpulan rahasia lainnya di samping para Setanis yang menggunakan Baphomet dan pentagram sebagai lambang. Yang pertama adalah perkumpulan Kesatria Biara Yerusalem (Knight Templars), yaitu perkumpulan yang dituduh oleh Gereja Katolik sebagai penyembah setan, dan dibubarkan pada tahun 1311. Perkumpulan lainnya adalah perkumpulan Mason yang telah bertahun-tahun lamanya menimbulkan rasa penasaran karena kerahasiaan dan upacaranya yang aneh.

Banyak ahli sejarah, yang telah menyelidiki masalah itu, percaya bahwa terdapat hubungan antara Kesatria Biara Yerusalem dengan perkumpulan Mason. Menurut mereka, kedua kelompok itu saling melanjutkan satu sama lain. Sesudah Kesatria Biara Yerusalem dilarang oleh Gereja, perkumpulan itu melanjutkan keberadaannya secara rahasia dan akhirnya berubah menjadi paham Mason. Yang pasti tentang Freemasonry adalah, perkumpulan ini bersifat amat rahasia, punya susunan organisasi, dengan anggota di seluruh pelosok dunia. Uraian yang diberikan para ahli seperti Leo Taxil, yang pernah menjadi seorang Mason, namun telah keluar dari perkumpulan itu, mengatakan bahwa para Mason amat menghormati Baphomet dan melangsungkan upacara yang menyerupai tata-cara penyembahan setan. Kenyataan lain yang menimbulkan kecurigaan adalah bahwa banyak pengikut Setanisme yang kemudian menjadi anggota organisasi Masonis.

Kini, Setanisme telah meninggalkan upacara dan markasnya yang rahasia itu, untuk keluar ke jalan-jalan. Para Setanis bergiat di setiap negara untuk menyebarkan ajarannya dengan gigih dalam buku-buku, terbitan berkala, dan terutama di Internet dalam usaha mereka menarik anggota. Tak peduli di negara mana pun mereka berada, para Setanis menampilkan citra yang sama. Cara berpakaian, tata cara penyembahan, kesamaan surat yang mereka tinggalkan sebelum melakukan bunuh diri dan ciri lainnya menunjukkan bahwa Setanisme bukanlah gerakan biasa yang dipenuhi para penganggur, melainkan sebuah organisasi yang sengaja bersandar pada landasan pemikiran.

Gereja Setan

Meskipun keberadaan para penyembah Setan telah diketahui selama bertahun-tahun, tak seorang pun muncul dan mengakui secara terbuka bahwa mereka adalah penganut Setanisme. Setanisme pertama kali menjadi gerakan yang terbuka dan teratur di tahun 1960-an di Amerika Serikat. Tanggal 30 April 1966, Gereja Setan dibentuk di California. Pendiri gereja aneh ini adalah seorang penganut Setanisme yang bernama Anton Szandor LaVey yang menyatakan dirinya sebagai pendeta tinggi. Dikenal sebagai Paus Hitam, LaVey menulis buku-buku tempat dia merumuskan pandangan-pandangannya mengenai Gereja Setan. Judul buku-buku itu menakutkan: “Kitab Suci Setan, Upacara Setanis, Penyihir Setanis, Buku Catatan Setan dan Setan Berbicara”. LaVey meninggal di tahun 1997. Diperkirakan bahwa Gereja Setan memiliki sekitar 10 ribu anggota di Amerika Utara, dan meskipun banyak menerima tuntutan hukum, kegiatan dan upacaranya terus berjalan.

Setanisme dan Materialisme

Suatu ciri kaum Setanis masa kini adalah, mereka semua ateis (tidak mengakui Tuhan). Mereka juga sekaligus kaum materialis, artinya, mereka hanya percaya kepada keberadaan benda belaka. Mereka mengingkari adanya Tuhan dan semua makhluk gaib. Oleh karena itu, kaum Setanis tidak percaya kepada setan sebagai makhluk yang nyata. Meskipun disebut sebagai penyembah setan, mereka tidak mengakui adanya setan. Bagi kaum Setanis, setan hanyalah lambang yang menyatakan permusuhan mereka terhadap agama dan kekerasan hati mereka. Dalam sebuah tulisan yang berjudul “Pengantar Setanisme” yang diterbitkan Gereja Setan, dinyatakan bahwa para Setanis sebenarnya adalah ateis:

Setanisme adalah sebuah agama yang tak mengenal Tuhan, mirip seperti ajaran Budha. Tidak ada yang perlu ditakuti selain akibat tindakan kita. Kaum Setanis tidak percaya adanya Allah, malaikat, surga atau neraka, iblis, setan, ruh jahat, ruh baik, peri, atau makhluk gaib yang jahat. …Setanisme bersifat ateis …Otodeis: kami menyembah diri kami sendiri. …Setanisme adalah materialis … Setanisme adalah lawan agama. (Vexen Crabtree, “A Description of Satanisme”)

Singkatnya, ini adalah hasil filsafat kebendaan dan tak mengenal Tuhan yang telah tersebar sejak abad ke-19. Seperti filsafat ini, Setanisme menyandarkan diri pada teori yang dianggap ilmiah: Teori Evolusi Darwin.
»»  baca lanjutannya sob .. ..

RAKSASA LAUT [PAUS]

Penghuni terbesar lautan adalah ikan paus. Jenis ikan paus yang dikenal sebagai “ikan paus biru” mempunyai berat lebih dari 150,000 kilogram dan panjangnya lebih dari 30 meter. Untuk bisa lebih membayangkan ukuran ikan paus ini, coba lihat bangunan bertingkat lima, ikan paus biru panjangnya sama dengan tinggi bangunan tersebut. Sementara itu, ingat bahwa berat ikan paus sama dengan berat 25 sampai 30 ekor gajah.

Baiklah, bagaimana seekor ikan raksasa dapat menyelam hingga kedalaman 800 – 1000 meter dan kembali ke permukaan dengan mudah? Sebagai contoh, bayangkan sebuah kapal dengan bobot 150 ton dan panjang 30 meter. Jika kapal itu tenggelam ke dasar laut sedalam 1000 meter, akan membutuhkan operasi besar-besaran selama bertahun-tahun untuk mengangkatnya kembali. Namun dengan ijin Allah, seekor paus dapat muncul ke permukaan dalam waktu 15 – 20 detik saja. Karena tulang ikan paus terbuat dari bahan berongga yang terisi minyak, ia dapat dengan mudah mengapung di permukaan air.

Ikan paus juga sangat terampil menyelam. Allah telah menciptakan tubuhnya sangat tahan terhadap tekanan yang tinggi di kedalaman air laut. Oksigen yang mengalir dalam darah dan otot-ototnya bercampur dengan zat-zat kimia memberinya tenaga saat di dalam air atau saat tidak bernapas. Paus mempunyai sistem peredaran darah yang khas yang dapat mengalirkan darah secara langsung dari organ menuju otak. Melalui cara ini, sampai saat ikan paus muncul di permukaan air untuk bernapas, ia tetap dapat mengirim oksigen di dalam tubuhnya secara langsung ke otak, organ yang paling membutuhkan oksigen.

Sistem hebat yang membuat kagum para ilmuwan ini adalah perwujudan dari kehebatan Allah. Melalui cara ini ikan paus dapat tetap berada di bawah laut selama kurang lebih 15 – 20 menit tanpa bernapas. Selain itu, tidak seperti manusia, ikan paus tidak menderita ‘bend’ (kejutan) ketikan muncul secara cepat ke permukaan air.

Kalian mungkin akan bertanya apa itu ‘bend’. ‘Bend’ adalah rasa sakit akibat penurunan tekanan di sekitar kita secara tiba-tiba. Saat penyelam ingin menyelam jauh ke dalam air, mereka berhenti sejenak di kedalaman tertentu dan menyesuaikan tubuhnya dengan tekanan di sekitarnya agar tidak terpengaruh oleh perubahan tekanan air. Cara ini membuat mereka mampu menyelam sangat dalam secara perlahan-lahan. Tapi ingat mereka perlu berhenti dan beristirahat pada jarak tertentu selama mereka kembali ke permukaan air. Jika tidak, pembuluh darah penyelam akan sakit atau pecah yang dapat mengakibatkan kematiannya. Ikan paus tidak mempunyai masalah tersebut, karena Allah telah memberi makhluk hidup apa yang diperlukan untuk hidup di lingkungannya. Ikan laut dapat hidup di lautan seperti halnya manusia yang dapat hidup di daratan.

Kalian mungkin tahu bahwa ikan paus menyemburkan air dari lubang di atas kepalanya. Tahukah kalian bahwa lubang itu memang hidungnya? Ikan paus menggunakan hidungnya hanya untuk bernapas. Banyak orang berpikir bahwa ikan paus hanya menyemburkan air dari lubang tersebut. Yang benar adalah, ikan paus melepaskan udara dari dalam paru-parunya. Karena udara ini mengandung uap air dan suhunya lebih panas daripada udara luar, ini tampak sebagai air dari kejauhan.

Seperti mamalia lainnya, ikan paus juga menyusui anaknya. Tapi bayi ikan paus tidak menyusu induknya karena mereka beresiko menelan air laut. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, air laut berbahaya bagi ikan paus. Yang menarik, seperti halnya ikan lumba-lumba, ada otot yang mengelilingi kelenjar susu ikan paus betina. Ketika ikan paus menggerakkan otot ini, tekanan yang dihasilkan membuat induk tersebut mampu menyemprotkan air susu langsung ke dalam mulut bayinya. Air susu ikan paus berbeda dengan yang biasa kita kenal. Bentuknya hampir seperti padatan dan sangat berlemak. Karena wujudnya seperti itu, air susu tersebut tidak dapat tercampur dengan air laut. Zat yang diminum – atau lebih tepatnya dimakan – bayi ikan paus tersebut akan terlarut di dalam perut. Makanan yang terlarut ini juga mengandung air yang dibutuhkan oleh bayi ikan paus. Seperti yang telah kita ketahui, Allah telah menyediakan bayi ikan paus dengan makanan yang paling sempurna.

Lapisan berminyak, yang tembus pandang menutupi mata ikan paus untuk melindunginya dari berbagai dampak membahayakan dari air laut. Ikan paus mempunyai indera peraba dan pendengaran yang tajam. Ia mengetahui arah di dalam air dengan mengikuti gema suara yang dibuatnya. Cara kerja indera tersebut mirip dengan radar. Sesungguhnya, keistimewaan ikan paus ini menjadi ilham bagi pembuatan radar. Para ilmuwan mempercayai bahwa suara-suara yang ditimbulkan oleh ikan paus berisi bahasa yang sangat rumit. Bahasa ini sangat penting dalam hubungan dan komunikasi di antara mereka
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Stasiun Serangga

Kemampuan menciptakan dari ketiadaan, tanpa contoh dan tanpa awal hanyalah milik Allah semata. Bahkan manusia, sang perancang aneka teknologi itu sendiri adalah salah satu ciptaan-Nya yang mengagumkan. Allah telah menciptakan seluruh makhluk-Nya termasuk manusia dari ketiadaan dan menganugerahi manusia keahlian merancang.

Dalam banyak hal yang kita anggap adalah hasil rancangan manusia, ternyata sudah ada contohnya di alam. Bentuk-bentuk dan produk-produk teknologi yang muncul melalui penelitian tahun demi tahun, telah ada padanannya di alam sejak jutaan tahun sebelumnya. Padanannya di alam ini selalu jauh lebih canggih dan sempurna. Sadar akan kenyataan tersebut, para perancang, arsitek, dan ilmuwan memilih untuk mengikuti sifat-sifat yang dicontohkan pada ciptaan Allah dalam merancang produk baru.

Di bidang arsitektur, bangunan yang dirancang meniru makhluk hidup di alam kini merupakan fenomena baru, sehingga dikenallah istilah “Zoomorphic” atau arsitektur meniru binatang. “Zoomorphic adalah perpaduan antara arsitektur dan biology”, menurut Hugh Aldersey-Williams, kepala museum Victoria and Albert di London, Inggrism, yang beberapa waktu lalu mengadakan pameran tentang zoomorphic. Sejumlah bangunan yang terilhami binatang telah dididrikan, di antaranya meniru bentuk burung, ikan, udang, paus, atau bentuk-bentuk biologis seperti tulang, iga, dan mata serangga. Salah satu contohnya adalah stasiun kereta api di Prancis sebagaimana tampak pada gambar.



Tidak hanya arsitek yang memanfaatkan pengkajian terhadap penciptaan. Para insinyur yang mengembangkan teknologi robot juga meneliti serangga sebagai sumber ilham. Robot yang dibangun berdasarkan kaki serangga terbukti dapat berdiri dengan keseimbangan yang lebih baik. Ketika bantalan penghisap dipasangkan pada kaki-kaki robot ini, mereka mampu memanjat dinding layaknya seekor lalat. Suatu robot yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan Jepang mampu berjalan di langit-langit layaknya serangga. Perusahaan tersebut menggunakan robot ini untuk memeriksa bagian bawah jembatan dengan menggunakan sensor yang ditempelkan ke badannya.



Angkatan bersenjata Amerika diketahui meneliti mesin-mesin yang amat kecil (mesin mikro) sejak lama. Menurut Professor Johannes Smith, suatu motor yang berukuran kurang dari 1 milimeter mampu menggerakkan suatu robot seukuran semut. Robot seperti ini sedang dipertimbangkan untuk digunakan sebagai pasukan kecil yang terdiri atas robot-robot yang menyerupai semut untuk menembus dari balik pertahanan lawan tanpa diketahui dan merusak mesin-mesin jet, radar dan pusat komputer. Dua perusahaan industri terbesar di Jepang, Mitsubishi dan Matsushita, telah mengambil langkah awal untuk bekerja sama dalam bidang tersebut. Hasil dari kerjasama tersebut adalah robot yang amat kecil dengan berat 0,42 gram dan berjalan dengan kecepatan 4 meter per menit.

Karya arsitektur hebat dan rancangan robot-robot ini adalah hasil gagasan dan kerja para perancang dan pakar jenius. Lantas kecerdasan macam apakah yang menghasilkan karya berupa binatang yang mengilhami karya mereka? Tentu saja, ilmu pengetahuan dan kekuasaan tak terbatas milik Allah-lah yang berada di balik penciptaan binatang, termasuk manusia yang mengambil contoh dari binatang itu. Allah mengajarkan kesempurnaan desain dan rancangan ciptaan-Nya untuk ditiru manusia, sekaligus agar manusia memahami kebesaran Sang Pencipta.
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Kunang-Kunang dan Listrik

Oleh para pakar dari perusahaan Inggris, Biotrace International, cahaya kunang-kunang dipakai dalam teknologi pendeteksi kuman mematikan seperti E. coli atau legionella. Penggunaan alat ini telah merambah industri makanan. Sekitar 15 juta paket alat tersebut telah terjual.

Di malam hari, di sekitar kebun atau semak yang gelap, ada kalanya kita melihat cahaya berpendar kuning atau hijau seperti lampu. Cahaya sekecil potongan kuku jari manis tersebut melayang-layang di atas tanah. Itulah kunang-kunang yang dalam bahasa Inggris disebut ”firefly”. Makhluk ini termasuk sejenis serangga bercahaya dari kelompok kumbang (Coleoptera-Lampyridae).

“Saya Ada di Sini!”

Tampak oleh manusia, cahaya kunang-kunang layaknya kerlipan lampu kecil yang biasa saja. Namun, penelitian mengungkap, ternyata ini adalah komunikasi dengan irama kerlipan tertentu, menyerupai sandi Morse yang dipakai manusia dalam telegram. Pakar biologi menemukan, cahaya yang dikeluarkan sang kumbang berperan dalam menemukan pasangan kawin. Saat usia kawin tiba, sang jantan mencari pasangan betinanya dengan memancarkan cahaya berkerlip. Kunang-kunang betina di sekitar yang melihatnya akan mengeluarkan cahayanya untuk menjawab sang jantan. Sang betina seolah memberitahu, ”saya di sini!” Dengan jawaban ini, sang jantan mengirimkan sinyal cahaya berikutnya dengan posisi semakin mengarah ke betina. Betina pun akan menjawab lagi, dan seterusnya, seolah saling bersahutan hingga akhirnya pasangan itu bertemu untuk kawin.

Bagi kunang-kunang kelompok Photuris, cahaya mereka berperan pula dalam perburuan. Betina jenis ini dapat meniru kerlipan sinyal cahaya yang dipancarkan betina jenis lain, misalnya Photuris. Dengan sinyal cahaya palsu ini, kunang-kunang jantan jenis Photuris pun terjebak dan dimakan oleh Photuris betina.

Cahaya kunang-kunang berperan pula sebagai tanda peringatan, untuk memperingatkan antar-sesama jenisnya tentang ancaman bahaya, maupun peringatan bagi serangga dan burung pemangsa agar tidak memakannya. Sebab, zat pemicu pembentukan cahaya kunang-kunang berasa pahit. Kalaupun ada serangga pemangsa yang nekad, mereka biasanya memakan tubuh kunang-kunang dari bagian kepala, terus hingga ke bagian belakang, kecuali bagian perut yang tidak dimakannya.

Lampu Dingin


Kunang-kunang ini dari spesies Pyractomena angulata, satu dari 175 spesies kunang-kunang yang ada di Amerika Serikat. (karya Arwin Provonsa, Purdue University, Department of Entomology)
Mengapa kunang-kunang bisa membawa ‘lampu’ ke sana kemari tanpa kepanasan? Para peneliti tertarik akan fenomena tersebut. Karena, cahaya bola lampu listrik yang dikenal selama ini bila menyala maka lama-kelamaan akan memanas. Dilihat dari efisiensi energi, bola lampu listrik temuan Edison hanya mampu menghasilkan cahaya sekitar 10% dari seluruh energi listrik yang dialirkan, sebagian besar sisanya berubah menjadi panas. Ini menyebabkan cahaya lampu listrik panas. Sebaliknya, organ penghasil cahaya dalam tubuh kunang-kunang melepaskan sekitar 100% energi berupa cahaya. Ini menjadikan cahayanya dingin. Bayangkan jika cahaya kunang-kunang panas mirip lampu pijar, mereka mungkin akan terbakar dan mati.

Cahaya kunang-kunang dikeluarkan oleh organ khusus yang tersusun atas sel-sel penghasil cahaya yang disebut fotosit. Organ ini terletak pada ruas ke-4 atau ke-5 dari tubuhnya. Kerlipan cahaya kunang-kunang merupakan hasil reaksi kimia yang melibatkan zat kimia bernama luciferin yang dihasilkan sel-sel penghasil cahaya. Melalui serangkaian tahapan reaksi kimia, luciferin dengan bantuan enzim luciferase dan beberapa zat tertentu bereaksi membentuk sejumlah zat kimia baru dengan melepaskan hampir 100% energi dalam bentuk cahaya. Energi yang terbuang sebagai panas sangat sedikit sekali. Bandingkan dengan lampu listrik buatan manusia.


Selain bersinar, lampu listrik buatan manusia memancarkan energi panas yang besar. Sebaliknya, reaksi kimia dalam tubuh kunang-kunang melepaskan sekitar 100% energi berupa cahaya.
Untuk menjadi bentuknya yang sekarang, lampu pijar harus melalui proses penelitian panjang, yaitu 50 tahun lebih. Perkembangan bola lampu listrik dimulai dari sejak Sir Humprey Davy di tahun 1811. Thomas Alva Edison berhasil mengembangkannya menjadi bola lampu listrik di tahun 1878. Saat itu Edison mengirim orang ke berbagai penjuru dunia untuk mencari bahan terbaik sebagai kawat pijar (”filamen”) bola lampu. Ia mencoba tak kurang dari 6000 bahan kawat atau serat, termasuk dari tumbuhan seperti bambu, sebelum akhirnya ditemukan filamen awet yang tidak mudah terbakar dalam bola kaca tak-beroksigen. Edison-lah yang lalu membidani berdirinya perusahaan Edison General Electric, yang kini menjadi raksasa dunia: General Electric.

Begitulah, sejak Thomas Edison hingga kini, tak ada teknologi lampu listrik yang menyamai lampu kunang-kunang yang dingin. Diperlukan kecerdasan dan kerja keras banyak orang untuk menemukan bola lampu listrik terbaik. Lalu kecerdasan siapakah yang menciptakan cahaya dingin kunang-kunang? Mungkinkah kunang-kunang sendiri yang melakukan penelitian, mencoba-coba ribuan zat kimia, dan akhirnya menemukan sendiri lampu hebatnya? Mustahil, sebab ia makhluk tak berakal. Lagi pula, kunang-kunang dan cahayanya harus sudah ada sejak pertama kali ia diciptakan. Sebab, tanpa cahayanya, kunang-kunang takkan mampu berkembang biak dan sudah punah dari dulu. Semua ini mengarahkan kita pada kesimpulan: kunang-kunang dan cahayanya bukanlah terbentuk setahap demi setahap dengan sendirinya, melalui peristiwa alamiah belaka, dan tanpa penciptaan cerdas sengaja. Sedari awal, kumbang bercahaya ini mestilah diciptakan secara sempurna, lengkap dengan cahayanya oleh Pencipta Mahacerdas. Dialah Allah, sebaik-baik Pencipta.

Saklar Berukuran Molekul

Kunang-kunang memancarkan cahaya tidak terus-menerus, melainkan berkerlap-kerlip atau pergantian antara menyala dan padam. Ini berarti ada mekanisme tertentu dalam tubuhnya yang berperan menyalakan dan mematikan cahaya, ibarat tombol atau saklar lampu listrik yang menyambung dan memutus arus listrik yang mengalir ke bola lampu tersebut. Saklar ‘lampu kunang-kunang’ telah lama menjadi teka-teki bagi ilmuwan. Namun, beberapa tahun lalu, Barry Trimmer dan timnya dari Tufts Univeristy, Amerika Serikat, melaporkan temuannya tentang saklar kunang-kunang dalam jurnal ilmiah terkemuka, Science. Barry Trimmer berkata: "Kita telah mengetahui segi kimia yang menjadikan kunang-kunang bercahaya, tapi kita kini mendapatkan jawaban dari teka-teki yang selama ini tak-terjawab yang menjelaskan bagaimana mereka mampu menghidupkan dan mematikan saklarnya.” (BBC News, Sci/Tech, 28 Juni 2001).

Saklar berukuran molekul ini ternyata adalah zat kimia Nitrit Oksida (NO) yang dihasilkan dalam tubuh kunang-kunang. Dalam penelitian itu, kunang-kunang yang ditempatkan di kotak kecil tertutup dan diberi zat NO ternyata memancarkan cahaya terus-menerus tanpa terputus-putus. Nitrit Oksida juga ada pada tubuh manusia, dan berperan menjaga tekanan darah dengan melebarkan pembuluh darah, membantu sistem kekebalan tubuh menghadapi kuman penyakit, dan menghantarkan sinyal antar-sel saraf otak.

Detektor Bakteri dan Sel Kanker


Kolam renang, tempat pemandian umum dan industri makanan termasuk yang diuntungkan dengan adanya kunang-kunang. Perangkat pendeteksi kuman mematikan yang mencemarinya kini telah dibuat dengan ilham dari kunang-kunang.
Cahaya kunang-kunang kini dipakai dalam teknologi pendeteksian kuman mematikan, seperti E. coli atau legionella, dalam kolam renang dan tempat pemandian. E coli adalah bakteri penyebab penyakit saluran pencernaan manusia, sedangkan bakteri legionella merupakan bakteri penyebab penyakit paru-paru (sejenis pneumonia) dengan tingkat kematian penderita 5-15%. Kehadiran kuman tersebut di kolam renang tentunya tidak diinginkan. Para pakar dari Biotrace International telah berhasil membuat perangkat yang dapat mengenali keberadaan kuman-kuman tersebut dalam hitungan detik; lebih baik daripada cara lama yang memakan waktu berhari-hari. Alat ini bekerja menggunakan enzim luciferase kunang-kunang, yang akan menghasilkan cahaya ketika mengenai kuman bakteri tersebut. Jumlah bakteri yang ada pun dapat ditentukan berdasarkan kekuatan cahaya yang dihasilkan. Penggunaan alat ini telah merambah industri makanan, dan sekitar 15 juta paket alat tersebut telah terjual, demikian menurut BBC News, 9 Mei 2003.

Dua tahun lalu, meski baru tahap uji pada tikus, hasil kerja peneliti University of California, at Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat, menemukan bahwa zat kimia yang menjadikan kunang-kunang bercahaya mungkin dapat membantu dokter mengetahui penyebaran kanker prostat sehingga dapat melakukan pengobatan langsung ke arah sasaran. Teknik rekayasa genetika digunakan untuk mengirim gen-gen zat kimia penghasil cahaya kunang-kunang langsung ke sel-sel kanker pada tikus percobaan. Setelah tiga minggu, kamera pencitra berhasil mengetahui sel-sel kanker pada sum-sum tulang belakang dan paru-paru karena cahaya kunang-kunang yang dipancarkan sel tersebut. Dr. Lily Wu, asisten profesor di UCLA, berkata: "Sekali Anda mengetahui di mana kanker itu berada, Anda mendapatkan pegangan untuk mengobatinya. Ini jauh lebih baik daripada mengobati keseluruhan tubuh dengan pengobatan kimia. Dengan melekatkan cahaya pada sel-sel kanker, kita dapat berkata, ‘nah, itu dia di sana’, dan kemudian membidiknya.” (BBC, Health, 22 Juli 2002). Kelebihan cara ini adalah, meskipun cahaya yang dihasilkan redup dan berada di dalam tubuh, namun masih bisa dideteksi dari luar menggunakan perangkat sensor tercanggih.

Dr. Theodossiss Theodossiou, dokter dari National Medical Laser Center Univeristy College, London juga menggunakan teknologi pencahayaan kunang-kunang dalam mengembangkan terapi fotodinamika. Teknik ini berupaya menghancurkan sel kanker dari dalam tubuh dengan menyisipkan gen yang akan menjadi sumber cahaya ke sel kanker itu sendiri. Setelah bercahaya layaknya kunang-kunang, sel kanker dipicu untuk menghasilkan zat racun yang kemudian memaksa sel kanker itu menghancurkan dirinya sendiri.

Para peneliti juga terilhami menggunakan teknologi pencahayaan kunang-kunang untuk berbagai hal, termasuk untuk memantau baik tidaknya teknik pengobatan baru bekerja. Di Michigan University, Amerika Serikat, dilaporkan bahwa teknologi ini dapat dipakai untuk mempercepat pengujian obat baru untuk penyakit seperti kanker, stroke, AIDS, kelainan kekebalan tubuh, penyakit darah, kerusakan akibat serangan jantung, penyakit karena kerusakan saraf, dan aneka kelainan lain yang memerlukan pembunuhan sel oleh obat, atau untuk menghentikan kematian sel. Teknik ini juga dapat dipakai untuk memonitor berbagai proses yang terjadi di tingkat sel.

Teknologi penggunaan cahaya kunang-kunang dalam beragam bidang oleh para pakar ini pastilah bukti akan kesempurnaan penciptaan kunang-kunang yang tak dapat dibuat oleh para pakar tersebut, dan mengilhami teknologi mereka. Semua ini merupakan cerminan kecerdasan tak tertandingi dari sang Pencipta, Allah SWT. Dialah Yang Maha Pemurah, yang menciptakan segala makhluk agar dipikirkan dan dimanfaatkan demi kemaslahatan manusia. Seharusnyalah manusia mengagungkan Allah, menghamba dan bersyukur kepadaNya. (
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Kunang-Kunang dan Listrik

Oleh para pakar dari perusahaan Inggris, Biotrace International, cahaya kunang-kunang dipakai dalam teknologi pendeteksi kuman mematikan seperti E. coli atau legionella. Penggunaan alat ini telah merambah industri makanan. Sekitar 15 juta paket alat tersebut telah terjual.

Di malam hari, di sekitar kebun atau semak yang gelap, ada kalanya kita melihat cahaya berpendar kuning atau hijau seperti lampu. Cahaya sekecil potongan kuku jari manis tersebut melayang-layang di atas tanah. Itulah kunang-kunang yang dalam bahasa Inggris disebut ”firefly”. Makhluk ini termasuk sejenis serangga bercahaya dari kelompok kumbang (Coleoptera-Lampyridae).

“Saya Ada di Sini!”

Tampak oleh manusia, cahaya kunang-kunang layaknya kerlipan lampu kecil yang biasa saja. Namun, penelitian mengungkap, ternyata ini adalah komunikasi dengan irama kerlipan tertentu, menyerupai sandi Morse yang dipakai manusia dalam telegram. Pakar biologi menemukan, cahaya yang dikeluarkan sang kumbang berperan dalam menemukan pasangan kawin. Saat usia kawin tiba, sang jantan mencari pasangan betinanya dengan memancarkan cahaya berkerlip. Kunang-kunang betina di sekitar yang melihatnya akan mengeluarkan cahayanya untuk menjawab sang jantan. Sang betina seolah memberitahu, ”saya di sini!” Dengan jawaban ini, sang jantan mengirimkan sinyal cahaya berikutnya dengan posisi semakin mengarah ke betina. Betina pun akan menjawab lagi, dan seterusnya, seolah saling bersahutan hingga akhirnya pasangan itu bertemu untuk kawin.

Bagi kunang-kunang kelompok Photuris, cahaya mereka berperan pula dalam perburuan. Betina jenis ini dapat meniru kerlipan sinyal cahaya yang dipancarkan betina jenis lain, misalnya Photuris. Dengan sinyal cahaya palsu ini, kunang-kunang jantan jenis Photuris pun terjebak dan dimakan oleh Photuris betina.

Cahaya kunang-kunang berperan pula sebagai tanda peringatan, untuk memperingatkan antar-sesama jenisnya tentang ancaman bahaya, maupun peringatan bagi serangga dan burung pemangsa agar tidak memakannya. Sebab, zat pemicu pembentukan cahaya kunang-kunang berasa pahit. Kalaupun ada serangga pemangsa yang nekad, mereka biasanya memakan tubuh kunang-kunang dari bagian kepala, terus hingga ke bagian belakang, kecuali bagian perut yang tidak dimakannya.

Lampu Dingin


Kunang-kunang ini dari spesies Pyractomena angulata, satu dari 175 spesies kunang-kunang yang ada di Amerika Serikat. (karya Arwin Provonsa, Purdue University, Department of Entomology)
Mengapa kunang-kunang bisa membawa ‘lampu’ ke sana kemari tanpa kepanasan? Para peneliti tertarik akan fenomena tersebut. Karena, cahaya bola lampu listrik yang dikenal selama ini bila menyala maka lama-kelamaan akan memanas. Dilihat dari efisiensi energi, bola lampu listrik temuan Edison hanya mampu menghasilkan cahaya sekitar 10% dari seluruh energi listrik yang dialirkan, sebagian besar sisanya berubah menjadi panas. Ini menyebabkan cahaya lampu listrik panas. Sebaliknya, organ penghasil cahaya dalam tubuh kunang-kunang melepaskan sekitar 100% energi berupa cahaya. Ini menjadikan cahayanya dingin. Bayangkan jika cahaya kunang-kunang panas mirip lampu pijar, mereka mungkin akan terbakar dan mati.

Cahaya kunang-kunang dikeluarkan oleh organ khusus yang tersusun atas sel-sel penghasil cahaya yang disebut fotosit. Organ ini terletak pada ruas ke-4 atau ke-5 dari tubuhnya. Kerlipan cahaya kunang-kunang merupakan hasil reaksi kimia yang melibatkan zat kimia bernama luciferin yang dihasilkan sel-sel penghasil cahaya. Melalui serangkaian tahapan reaksi kimia, luciferin dengan bantuan enzim luciferase dan beberapa zat tertentu bereaksi membentuk sejumlah zat kimia baru dengan melepaskan hampir 100% energi dalam bentuk cahaya. Energi yang terbuang sebagai panas sangat sedikit sekali. Bandingkan dengan lampu listrik buatan manusia.


Selain bersinar, lampu listrik buatan manusia memancarkan energi panas yang besar. Sebaliknya, reaksi kimia dalam tubuh kunang-kunang melepaskan sekitar 100% energi berupa cahaya.
Untuk menjadi bentuknya yang sekarang, lampu pijar harus melalui proses penelitian panjang, yaitu 50 tahun lebih. Perkembangan bola lampu listrik dimulai dari sejak Sir Humprey Davy di tahun 1811. Thomas Alva Edison berhasil mengembangkannya menjadi bola lampu listrik di tahun 1878. Saat itu Edison mengirim orang ke berbagai penjuru dunia untuk mencari bahan terbaik sebagai kawat pijar (”filamen”) bola lampu. Ia mencoba tak kurang dari 6000 bahan kawat atau serat, termasuk dari tumbuhan seperti bambu, sebelum akhirnya ditemukan filamen awet yang tidak mudah terbakar dalam bola kaca tak-beroksigen. Edison-lah yang lalu membidani berdirinya perusahaan Edison General Electric, yang kini menjadi raksasa dunia: General Electric.

Begitulah, sejak Thomas Edison hingga kini, tak ada teknologi lampu listrik yang menyamai lampu kunang-kunang yang dingin. Diperlukan kecerdasan dan kerja keras banyak orang untuk menemukan bola lampu listrik terbaik. Lalu kecerdasan siapakah yang menciptakan cahaya dingin kunang-kunang? Mungkinkah kunang-kunang sendiri yang melakukan penelitian, mencoba-coba ribuan zat kimia, dan akhirnya menemukan sendiri lampu hebatnya? Mustahil, sebab ia makhluk tak berakal. Lagi pula, kunang-kunang dan cahayanya harus sudah ada sejak pertama kali ia diciptakan. Sebab, tanpa cahayanya, kunang-kunang takkan mampu berkembang biak dan sudah punah dari dulu. Semua ini mengarahkan kita pada kesimpulan: kunang-kunang dan cahayanya bukanlah terbentuk setahap demi setahap dengan sendirinya, melalui peristiwa alamiah belaka, dan tanpa penciptaan cerdas sengaja. Sedari awal, kumbang bercahaya ini mestilah diciptakan secara sempurna, lengkap dengan cahayanya oleh Pencipta Mahacerdas. Dialah Allah, sebaik-baik Pencipta.

Saklar Berukuran Molekul

Kunang-kunang memancarkan cahaya tidak terus-menerus, melainkan berkerlap-kerlip atau pergantian antara menyala dan padam. Ini berarti ada mekanisme tertentu dalam tubuhnya yang berperan menyalakan dan mematikan cahaya, ibarat tombol atau saklar lampu listrik yang menyambung dan memutus arus listrik yang mengalir ke bola lampu tersebut. Saklar ‘lampu kunang-kunang’ telah lama menjadi teka-teki bagi ilmuwan. Namun, beberapa tahun lalu, Barry Trimmer dan timnya dari Tufts Univeristy, Amerika Serikat, melaporkan temuannya tentang saklar kunang-kunang dalam jurnal ilmiah terkemuka, Science. Barry Trimmer berkata: "Kita telah mengetahui segi kimia yang menjadikan kunang-kunang bercahaya, tapi kita kini mendapatkan jawaban dari teka-teki yang selama ini tak-terjawab yang menjelaskan bagaimana mereka mampu menghidupkan dan mematikan saklarnya.” (BBC News, Sci/Tech, 28 Juni 2001).

Saklar berukuran molekul ini ternyata adalah zat kimia Nitrit Oksida (NO) yang dihasilkan dalam tubuh kunang-kunang. Dalam penelitian itu, kunang-kunang yang ditempatkan di kotak kecil tertutup dan diberi zat NO ternyata memancarkan cahaya terus-menerus tanpa terputus-putus. Nitrit Oksida juga ada pada tubuh manusia, dan berperan menjaga tekanan darah dengan melebarkan pembuluh darah, membantu sistem kekebalan tubuh menghadapi kuman penyakit, dan menghantarkan sinyal antar-sel saraf otak.

Detektor Bakteri dan Sel Kanker


Kolam renang, tempat pemandian umum dan industri makanan termasuk yang diuntungkan dengan adanya kunang-kunang. Perangkat pendeteksi kuman mematikan yang mencemarinya kini telah dibuat dengan ilham dari kunang-kunang.
Cahaya kunang-kunang kini dipakai dalam teknologi pendeteksian kuman mematikan, seperti E. coli atau legionella, dalam kolam renang dan tempat pemandian. E coli adalah bakteri penyebab penyakit saluran pencernaan manusia, sedangkan bakteri legionella merupakan bakteri penyebab penyakit paru-paru (sejenis pneumonia) dengan tingkat kematian penderita 5-15%. Kehadiran kuman tersebut di kolam renang tentunya tidak diinginkan. Para pakar dari Biotrace International telah berhasil membuat perangkat yang dapat mengenali keberadaan kuman-kuman tersebut dalam hitungan detik; lebih baik daripada cara lama yang memakan waktu berhari-hari. Alat ini bekerja menggunakan enzim luciferase kunang-kunang, yang akan menghasilkan cahaya ketika mengenai kuman bakteri tersebut. Jumlah bakteri yang ada pun dapat ditentukan berdasarkan kekuatan cahaya yang dihasilkan. Penggunaan alat ini telah merambah industri makanan, dan sekitar 15 juta paket alat tersebut telah terjual, demikian menurut BBC News, 9 Mei 2003.

Dua tahun lalu, meski baru tahap uji pada tikus, hasil kerja peneliti University of California, at Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat, menemukan bahwa zat kimia yang menjadikan kunang-kunang bercahaya mungkin dapat membantu dokter mengetahui penyebaran kanker prostat sehingga dapat melakukan pengobatan langsung ke arah sasaran. Teknik rekayasa genetika digunakan untuk mengirim gen-gen zat kimia penghasil cahaya kunang-kunang langsung ke sel-sel kanker pada tikus percobaan. Setelah tiga minggu, kamera pencitra berhasil mengetahui sel-sel kanker pada sum-sum tulang belakang dan paru-paru karena cahaya kunang-kunang yang dipancarkan sel tersebut. Dr. Lily Wu, asisten profesor di UCLA, berkata: "Sekali Anda mengetahui di mana kanker itu berada, Anda mendapatkan pegangan untuk mengobatinya. Ini jauh lebih baik daripada mengobati keseluruhan tubuh dengan pengobatan kimia. Dengan melekatkan cahaya pada sel-sel kanker, kita dapat berkata, ‘nah, itu dia di sana’, dan kemudian membidiknya.” (BBC, Health, 22 Juli 2002). Kelebihan cara ini adalah, meskipun cahaya yang dihasilkan redup dan berada di dalam tubuh, namun masih bisa dideteksi dari luar menggunakan perangkat sensor tercanggih.

Dr. Theodossiss Theodossiou, dokter dari National Medical Laser Center Univeristy College, London juga menggunakan teknologi pencahayaan kunang-kunang dalam mengembangkan terapi fotodinamika. Teknik ini berupaya menghancurkan sel kanker dari dalam tubuh dengan menyisipkan gen yang akan menjadi sumber cahaya ke sel kanker itu sendiri. Setelah bercahaya layaknya kunang-kunang, sel kanker dipicu untuk menghasilkan zat racun yang kemudian memaksa sel kanker itu menghancurkan dirinya sendiri.

Para peneliti juga terilhami menggunakan teknologi pencahayaan kunang-kunang untuk berbagai hal, termasuk untuk memantau baik tidaknya teknik pengobatan baru bekerja. Di Michigan University, Amerika Serikat, dilaporkan bahwa teknologi ini dapat dipakai untuk mempercepat pengujian obat baru untuk penyakit seperti kanker, stroke, AIDS, kelainan kekebalan tubuh, penyakit darah, kerusakan akibat serangan jantung, penyakit karena kerusakan saraf, dan aneka kelainan lain yang memerlukan pembunuhan sel oleh obat, atau untuk menghentikan kematian sel. Teknik ini juga dapat dipakai untuk memonitor berbagai proses yang terjadi di tingkat sel.

Teknologi penggunaan cahaya kunang-kunang dalam beragam bidang oleh para pakar ini pastilah bukti akan kesempurnaan penciptaan kunang-kunang yang tak dapat dibuat oleh para pakar tersebut, dan mengilhami teknologi mereka. Semua ini merupakan cerminan kecerdasan tak tertandingi dari sang Pencipta, Allah SWT. Dialah Yang Maha Pemurah, yang menciptakan segala makhluk agar dipikirkan dan dimanfaatkan demi kemaslahatan manusia. Seharusnyalah manusia mengagungkan Allah, menghamba dan bersyukur kepadaNya. (
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Tunanetra Tekno

Inovasi teknologi UltraCane telah membawa perubahan besar bagi mobilitas tunanetra maupun penderita ganggguan penglihatan yang pada tahun 2003 diperkirakan berjumlah 25 juta di negara maju.

Untuk menentukan arah ataupun mencari mangsa di malam hari, kelelawar menggunakan suatu teknik yang dinamakan ekolokasi (dari istilah echolocation; echo: gema, suara terpantul, dan location: penentuan letak, tempat benda). Ekolokasi adalah penentuan letak keberadaan suatu benda dengan memanfaatkan gelombang suara yang terpantul dari benda tersebut. Perangkat yang ada pada tubuh kelelawar ini mirip prinsip kerja sonar dan radar dewasa ini. Tapi, sonar alami ini telah terpasang pada tubuh kelelawar sejak puluhan juta tahun yang lalu.

Suara yang dipancarkan kelelawar termasuk ke dalam kelas frekuensi ultrasonik dan tidak dapat didengar manusia. Gelombang suara yang terpantul – yang disebut echo atau gema – diterima oleh alat pengindera alami yang disebut tragus dan diteruskan ke otak untuk diterjemahkan menjadi citra lingkungan sekitarnya dalam benak kelelawar. Dengan kata lain kelelawar bergerak di alam nyata dengan panduan citra semu dalam pikirannya, yang sama persis dengan gambaran lingkungan sebenarnya. Dengan kemampuan ini kelelawar dapat terbang leluasa dalam kegelapan untuk mencari makan tanpa khawatir menabrak benda-benda lain.

Tongkat Kelelawar Si Buta

Perangkat ekolokasi pada kelelawar ini memberi ilham bagi sejumlah ilmuwan Inggris untuk merancang alat bantu elektronik bagi para tunanetra. Meski tampak seperti tongkat logam putih biasa yang umum dipakai tunanetra, namun alat baru ini punya kelebihan: memunculkan citra buatan (semu) dalam otak penggunanya tentang gambaran tiga dimensi lingkungan sekitarnya. Alat ini diproduksi oleh Sound Foresight Ltd., perusahaan yang didirikan pada 1998 dan pada mulanya hanyalah sebuah wahana tidak resmi untuk tukar pikiran antarpeneliti di Universitas Leeds, Inggris. Para peneliti di bidang biologi, elektronik dan ultrasonik ini saat itu mempunyai gagasan menggabungkan keahlian mereka di bidang ultrasonik dan pengetahuan tentang pencitraan di dalam otak. Mereka bermaksud membuat suatu alat yang nyata-nyata diperlukan oleh mereka yang penglihatannya terganggu. Meski kini dinamakan UltraCane (tongkat Ultra), namun awalnya alat ini dijuluki Batcane yang berarti tongkat kelelawar, sesuai dengan yang mengilhaminya. UltraCane menerapkan dua jenis teknologi:


Logo Sound Foresight Ltd., perusahaan yang meluncurkan UltraCane
Pertama, alat yang menerapkan teknologi terkini ini mencontoh perangkat ekolokasi kelelawar yang mampu menemukan arah di kegelapan. UltraCane dapat memancarkan pulsa-pulsa gelombang suara ultrasonik yang tak terdengar telinga manusia. Ketika mengenai benda-benda di sekeliling, termasuk yang terletak setinggi kepala penggunanya seperti kaca-spion truk, gelombang tersebut kemudian dipantulkan. Pantulan gelombang suara yang juga tak terdengar telinga manusia ini lalu ditangkap oleh alat penerima pada UltraCane. Pantulan suara yang diterima UltraCane ini diubah menjadi getaran yang dirasakan oleh tangan pemakai, dan kemudian diteruskan ke otak. Informasi yang dihasilkan oleh pantulan suara ultrasonik ini meliputi daerah depan, sisi kiri-kanan dan juga bagian atas kepala pemakai. Kemampuan ini sangat membantu pemakai mengetahui benda-benda penghalang di atas tanah maupun yang terjulur dari atas, baik yang ada di depan, di sekeliling, di atas kepala maupun yang dekat kepala.


UltraCane berawal dari cita-cita beberapa pakar dari Universitas Leeds, Inggris: Prof. Deborah Withington (tengah), ahli zoologi yang menekuni pengkajian tentang bagian otak yang bernama superior colliculus, organ yang bekerja di bawah sadar dan menerima informasi melalui tiga indera: penglihatan, pendengaran dan sentuhan; Dr. Dean Waters (kiri), yang menghabiskan banyak waktunya dengan kelelawar, mempelajari bagaimana kelelawar menggunakan ekolokasi tanpa indera penglihatan; dan Prof. Brian Hoyle (kanan), pakar elektronika.
Kedua, alat yang dihidupkan oleh baterai jenis AA ini menerapkan sistem informasi umpan balik yang mudah dipahami sistem pencitraan pada bagian tertentu dari otak manusia. Hal ini memudahkan pemakai memahami kondisi di sekitarnya dengan segera, tanpa perlu menyentuhkan tongkat UltraCane pada benda penghalang. Tongkat elektronik ini dapat memberitahu pemakai tentang adanya benda penghalang pada jarak hingga tiga meter di depannya.

Adanya benda penghalang ini beserta jaraknya akan diberitahukan kepada pemakai melalui getaran tombol-tombol di bawah jari-jemari pemakai yang menggenggam alat ini. Semakin dekat jarak pemakai dengan benda tersebut, frekuensi getaran yang dirasakan semakin meningkat. Getaran yang dirasakan pada jari kemudian dikirim ke otak sehingga dapat diterjemahkan menjadi citra buatan tiga dimensi dalam benak pemakai. Dengan sedikit latihan, pemakai akan mendapatkan kemudahan dalam mengetahui keadaan sekitarnya dan meningkatkan keleluasaan pemakai dalam bergerak. Seperti kata Alexandra Bradstreet, seorang pemakai UltraCane, yang dilansir pada situs resmi Sound Foresight Ltd. (www.soundforesight.co.uk) :

“Saat menggunakan alat ini, orang-orang mengira saya sedang berpura-pura buta, karena saya dapat mengatakan pada mereka di mana letak benda-benda, kemudian mendekatinya, dan menemukan arah dengan baik di tempat yang berbeda tanpa banyak pertolongan dari orang lain. Terkadang saya takjub dengan diri saya sendiri.”


Pengguna UltraCane merasakan rintangan-rintangan di sekitar setelah gelombang yang dipancarkan UltraCane dipantulkan oleh aneka rintangan di sekeliling pemakai. Gelombang pantulan ini ditangkap kembali oleh UltraCane dan kemudian dirasakan oleh tangan pemakai yang menggenggamnya. Otak pemakai kemudian menerjemahkan apa yang dirasakan pada tangannya sebagai rintangan di sekelilingnya.
Dalam merancang “tongkat kelelawar” ini, Sound Foresight Ltd. bekerja sama dengan Cambridge Consultant Ltd., sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perancangan dan pengembangan produk, proses dan sistem baru yang inovatif. Perusahaan inilah yang membantu mengembangkan dan membuat membuat bentuk jadi rancangan awal UltraCane. Kerjasama ini pada akhirnya membuahkan hasil dengan diluncurkannya Batcane yang kemudian disebut UltraCane. Sejumlah contoh alat ini telah dibuat untuk tujuan ujicoba di empat negara: Amerika Serikat, Jerman, Inggris dan Kanada. Saat ini, dengan harga 399 poundsterling Inggris atau sekitar Rp 4 juta, UltraCane telah mengalami berbagai penyempurnaan dari produk-produk serupa sebelumnya. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan keleluasaan ruang gerak dari para pemakainya, serta sejumlah kemudahan yang diberikannya. Andrew Diston, Direktur Asosiasi Konsultan Cambridge berkata :

“Alat ini adalah produk yang sangat kami banggakan, sebagian karena kebebasan yang akan diberikannya pada pemakai, dan sebagian karena sifat teknologi yang kami gunakan. Sisi yang benar-benar cerdas adalah meskipun alat ini menggunakan teknologi sangat canggih, pengguna tidak memerlukan pengetahuan teknis apa pun...”

Inovasi teknologi UltraCane telah meningkatkan kemampuan ruang gerak tunanetra maupun penderita ganggguan penglihatan yang pada tahun 2003 diperkirakan berjumlah 25 juta di negara maju. Sumbangsih yang besar ini, disamping keunggulan teknologi yang digunakannya, menyebabkan UltraCane banyak mendapat penghargaan. Di antaranya adalah Tomorrow's World Health Innovation Award, oleh NESTA (the National Endowment for Science, Technology & the Arts) pada tahun 2002, Design Application of the Year Award yang didukung oleh Sony untuk kategori industri elektronik Eropa pada tahun 2003, dan Smart Funding Innovation Award. Kelebihan UltraCane lain adalah bahwa para pengguna hanya perlu latihan sebentar agar dapat memanfaatkannya. Sektiar 73% pengguna merasa percaya diri menggunakan UltraCane meski hanya seminggu berlatih. Manfaat besar ini diamini oleh para profesional, seperti Alan Brooks:


UltraCane, perangkat canggih bagi tunanetra yang menirusistem ekolokasi kelelawar
“...para pengembang [UltraCane] telah menghabiskan waktu untuk bertanya pada para tunanetra, dan melibatkan mereka dalam ujicoba. Saya yakin ini akan benar-benar bermanfaat bagi para penggunanya dari kalangan tunanetra dan mereka yang terganggu penglihatannya.” (Alan Brooks, New Initiatives Manager The Guide Dogs for the Blind Association)

Sehebat-hebatnya UltraCane, masih belum mampu menandingi sang pemberi ilham, kelelawar. Kelelawar mampu menentukan seluruh informasi yang diperlukannya dengan cukup cermat tentang jenis, ukuran, bentuk, makhluk hidup atau benda mati pada jarak 5 meter. Hebatnya lagi, kelelawar mampu melakukannya sambil bermanuver di udara. Kemampuan ini tentunya tidak dapat dilakukan UltraCane sekalipun.
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Lintasan Lurus

Perjalanan yang dulu biasa memakan waktu 25 menit dengan tongkat panjang, kini 5 menit lebih cepat dengan menggunakan ‘Tongkat Kelelawar’”, kata Andrew Saies. Andrew merupakan salah satu di antara ‘para pendekar bertongkat kelelawar’ yang kini bisa berkelana lebih leluasa berkat tongkat itu. Sebelum membahas tongkat ‘sakti’ kelelawar temuan para ilmuwan Eropa ini, sekali lagi marilah kita kaji kehebatan jurus ‘sang guru’, yakni kelelawar...

Masih ada sifat menakjubkan lain dari sistem ekolokasi kelelawar atau perangkat untuk menentukan tempat dengan gema. Pendengaran kelelawar telah tercipta sedemikian rupa sehingga ia tidak dapat mendengar suara lain selain dari yang dipancarkannya sendiri. Rentang frekuensi yang mampu didengar oleh makhluk ini sangat sempit, yang lazimnya menjadi hambatan besar untuk hewan ini karena Efek Doppler, sebuah istilah ilmiah di bidang fisika tentang gelombang suara. Menurut Efek Doppler, jika sumber suara dan penerima suara keduanya sama-sama tak bergerak, maka penerima akan mengindera frekuensi yang sama dengan yang dipancarkan oleh sumber suara. Akan tetapi, jika salah satunya bergerak, frekuensi yang diterima akan berbeda dengan yang dipancarkan. Dalam hal ini, frekuensi suara yang dipantulkan dapat jatuh ke wilayah frekuensi yang tidak dapat didengar oleh kelelawar. Jika ini yang terjadi, maka kelelawar tentu akan menghadapi masalah karena tidak dapat mendengar pantulan suaranya dari lalat yang bergerak menjauh.

Akan tetapi, hal tersebut tidak pernah menjadi masalah bagi kelelawar karena ia menyesuaikan frekuensi suara yang dikirimkannya terhadap benda bergerak seolah sang kelelawar telah memahami Efek Doppler. Misalnya, kelelawar mengirimkan suara berfrekuensi tertinggi terhadap lalat yang bergerak menjauh sehingga pantulannya tidak hilang dalam wilayah rentang suara yang tak terdengar oleh sang kelelawar. Jadi, bagaimana pengaturan ini terjadi?



Di dalam otak kelelawar, terdapat dua jenis neuron (sel saraf) yang mengendalikan perangkat penginderaan dengan gelombang suara milik kelelawar. Sel saraf jenis pertama mengindera suara ultrasonik (suara di atas jangkauan pendengaran kita) yang terpantul, dan jenis yang kedua memerintahkan otot menghasilkan jeritan untuk membuat gema penentuan tempat. Kedua jenis sel saraf ini seolah bekerja sama dalam suatu kesesuaian sempurna sehingga penyimpangan amat kecil dalam sinyal terpantul akan memperingatkan sel jenis kedua dan menghasilkan frekuensi jeritan senada dengan frekuensi gema. Karenanya, tinggi nada suara ultrasonik kelelawar berubah menurut keadaan sekitarnya untuk mendapatkan daya guna sebesar-besarnya.

Sistem sonar atau perangkat penentuan keberadaan benda dan tempat melalui pantulan suara kelelawar tersebut sungguh rumit dan sempurna di setiap rinciannya. Karenanya, hal ini tidak mungkin dapat dijelaskan dengan proses evolusi melalui mutasi acak tak disengaja. Keberadaan serentak semua bagian sistem itu mutlak diperlukan agar dapat bekerja dengan baik. Selain harus mengeluarkan suara bernada tinggi, kelelawar juga harus mengolah sinyal terpantul, terbang berkelak-kelok, serta menyesuaikan jeritan sonarnya. Semua ini dikerjakan pada saat yang sama. Sudah pasti semua ini tidak dapat diterangkan sebagai peristiwa tanpa sengaja. Sebaliknya, ini pertanda pasti tentang betapa sempurnanya Allah menciptakan kelelawar.



Penelitian ilmiah lebih jauh mengungkap contoh-contoh baru serangkaian keajaiban pada penciptaan kelelawar. Melalui setiap penemuan baru yang menakjubkan, dunia ilmu pengetahuan mencoba memahami bagaimana sistem ini bekerja. Sebagai contoh, penelitian baru terhadap kelelawar telah mengungkap temuan yang amat menarik dalam tahun-tahun belakangan. Beberapa ilmuwan yang ingin menguji sekelompok kelelawar yang tinggal di suatu gua, memasang pemancar pada beberapa anggota kelompok kelelawar itu. Kelelawar-kelelawar pun teramati meninggalkan gua di malam hari dan mencari makan di luar hingga fajar. Para peneliti menyimpan rekaman perjalanan ini. Mereka menemukan bahwa sebagian kelelawar melakukan perjalanan sejauh 50-70 kilometer dari gua tersebut. Temuan paling mengejutkan adalah mengenai kepulangannya, yang dimulai sesaat sebelum terbit matahari. Semua kelelawar terbang pulang dalam garis lurus ke gua masing-masing dari titik mana pun mereka berada. Bagaimana kelelawar dapat mengetahui di mana dan sejauh mana jarak keberadaan mereka dari gua asal mereka?

Kita masih belum mendapatkan pengetahuan terperinci tentang cara mereka menemukan jalan pulang. Ilmuwan tidak meyakini sistem pendengarannya berperan besar atas perjalanan pulang itu. Karena kelelawar sepenuhnya buta cahaya, para ilmuwan berharap menemukan suatu sistem lain yang mengejutkan. Pendek kata, ilmu pengetahuan terus mencari sejumlah keajaiban baru tentang penciptaan dalam diri kelelawar, satu di antara ribuan makhluk ciptaan Allah, Pencipta Maha Sempurna. Kelelawar hanyalah satu di antara berjuta makhluk ciptaan Allah. Pada satu binatang ini saja
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Lintasan Lurus

Perjalanan yang dulu biasa memakan waktu 25 menit dengan tongkat panjang, kini 5 menit lebih cepat dengan menggunakan ‘Tongkat Kelelawar’”, kata Andrew Saies. Andrew merupakan salah satu di antara ‘para pendekar bertongkat kelelawar’ yang kini bisa berkelana lebih leluasa berkat tongkat itu. Sebelum membahas tongkat ‘sakti’ kelelawar temuan para ilmuwan Eropa ini, sekali lagi marilah kita kaji kehebatan jurus ‘sang guru’, yakni kelelawar...

Masih ada sifat menakjubkan lain dari sistem ekolokasi kelelawar atau perangkat untuk menentukan tempat dengan gema. Pendengaran kelelawar telah tercipta sedemikian rupa sehingga ia tidak dapat mendengar suara lain selain dari yang dipancarkannya sendiri. Rentang frekuensi yang mampu didengar oleh makhluk ini sangat sempit, yang lazimnya menjadi hambatan besar untuk hewan ini karena Efek Doppler, sebuah istilah ilmiah di bidang fisika tentang gelombang suara. Menurut Efek Doppler, jika sumber suara dan penerima suara keduanya sama-sama tak bergerak, maka penerima akan mengindera frekuensi yang sama dengan yang dipancarkan oleh sumber suara. Akan tetapi, jika salah satunya bergerak, frekuensi yang diterima akan berbeda dengan yang dipancarkan. Dalam hal ini, frekuensi suara yang dipantulkan dapat jatuh ke wilayah frekuensi yang tidak dapat didengar oleh kelelawar. Jika ini yang terjadi, maka kelelawar tentu akan menghadapi masalah karena tidak dapat mendengar pantulan suaranya dari lalat yang bergerak menjauh.

Akan tetapi, hal tersebut tidak pernah menjadi masalah bagi kelelawar karena ia menyesuaikan frekuensi suara yang dikirimkannya terhadap benda bergerak seolah sang kelelawar telah memahami Efek Doppler. Misalnya, kelelawar mengirimkan suara berfrekuensi tertinggi terhadap lalat yang bergerak menjauh sehingga pantulannya tidak hilang dalam wilayah rentang suara yang tak terdengar oleh sang kelelawar. Jadi, bagaimana pengaturan ini terjadi?



Di dalam otak kelelawar, terdapat dua jenis neuron (sel saraf) yang mengendalikan perangkat penginderaan dengan gelombang suara milik kelelawar. Sel saraf jenis pertama mengindera suara ultrasonik (suara di atas jangkauan pendengaran kita) yang terpantul, dan jenis yang kedua memerintahkan otot menghasilkan jeritan untuk membuat gema penentuan tempat. Kedua jenis sel saraf ini seolah bekerja sama dalam suatu kesesuaian sempurna sehingga penyimpangan amat kecil dalam sinyal terpantul akan memperingatkan sel jenis kedua dan menghasilkan frekuensi jeritan senada dengan frekuensi gema. Karenanya, tinggi nada suara ultrasonik kelelawar berubah menurut keadaan sekitarnya untuk mendapatkan daya guna sebesar-besarnya.

Sistem sonar atau perangkat penentuan keberadaan benda dan tempat melalui pantulan suara kelelawar tersebut sungguh rumit dan sempurna di setiap rinciannya. Karenanya, hal ini tidak mungkin dapat dijelaskan dengan proses evolusi melalui mutasi acak tak disengaja. Keberadaan serentak semua bagian sistem itu mutlak diperlukan agar dapat bekerja dengan baik. Selain harus mengeluarkan suara bernada tinggi, kelelawar juga harus mengolah sinyal terpantul, terbang berkelak-kelok, serta menyesuaikan jeritan sonarnya. Semua ini dikerjakan pada saat yang sama. Sudah pasti semua ini tidak dapat diterangkan sebagai peristiwa tanpa sengaja. Sebaliknya, ini pertanda pasti tentang betapa sempurnanya Allah menciptakan kelelawar.



Penelitian ilmiah lebih jauh mengungkap contoh-contoh baru serangkaian keajaiban pada penciptaan kelelawar. Melalui setiap penemuan baru yang menakjubkan, dunia ilmu pengetahuan mencoba memahami bagaimana sistem ini bekerja. Sebagai contoh, penelitian baru terhadap kelelawar telah mengungkap temuan yang amat menarik dalam tahun-tahun belakangan. Beberapa ilmuwan yang ingin menguji sekelompok kelelawar yang tinggal di suatu gua, memasang pemancar pada beberapa anggota kelompok kelelawar itu. Kelelawar-kelelawar pun teramati meninggalkan gua di malam hari dan mencari makan di luar hingga fajar. Para peneliti menyimpan rekaman perjalanan ini. Mereka menemukan bahwa sebagian kelelawar melakukan perjalanan sejauh 50-70 kilometer dari gua tersebut. Temuan paling mengejutkan adalah mengenai kepulangannya, yang dimulai sesaat sebelum terbit matahari. Semua kelelawar terbang pulang dalam garis lurus ke gua masing-masing dari titik mana pun mereka berada. Bagaimana kelelawar dapat mengetahui di mana dan sejauh mana jarak keberadaan mereka dari gua asal mereka?

Kita masih belum mendapatkan pengetahuan terperinci tentang cara mereka menemukan jalan pulang. Ilmuwan tidak meyakini sistem pendengarannya berperan besar atas perjalanan pulang itu. Karena kelelawar sepenuhnya buta cahaya, para ilmuwan berharap menemukan suatu sistem lain yang mengejutkan. Pendek kata, ilmu pengetahuan terus mencari sejumlah keajaiban baru tentang penciptaan dalam diri kelelawar, satu di antara ribuan makhluk ciptaan Allah, Pencipta Maha Sempurna. Kelelawar hanyalah satu di antara berjuta makhluk ciptaan Allah. Pada satu binatang ini saja
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Melihat Tanpa Mata

Beberapa tahun lalu, perangkat canggih bernama batcane, yang berarti tongkat kelelawar, telah mendapatkan sejumlah penghargaan bergengsi di Eropa. Tongkat istimewa macam apakah itu, apa kegunaannya, dan siapakah yang merancangnya? Sebelum mengulas jawaban pertanyaan tersebut, ada baiknya terlebih dahulu kita selami ilham di balik perangkat yang sekarang beralih nama menjadi UltraCane ini: kelelawar...

Kelelawar merupakan makhluk yang sangat menarik. Yang paling hebat dari keahliannya adalah kemampuan luar biasa dalam menentukan arah terbangnya. Kemampuan mengindera tempat dan benda dengan suara yang terpantul (gema) pada kelelawar ditemukan melalui serangkaian percobaan oleh para ilmuwan. Mari kita simak lebih dekat percobaan-percobaan tersebut untuk mengungkap rancangan yang luar biasa pada makhluk ini.

Pada percobaan pertama, seekor kelelawar ditempatkan di sebuah ruangan gelap gulita. Di salah satu sudut ruangan ini, seekor lalat ditempatkan sebagai mangsa untuk sang kelelawar. Mulai saat itu, segala hal yang terjadi di ruangan tersebut dipantau dengan kamera-kamera yang mampu melacak di kegelapan malam hari. Begitu lalat terbang, kelelawar yang awalnya ditempatkan di sudut lain dalam ruangan ini dengan cepat bergerak langsung ke tempat lalat berada dan menangkapnya. Dari percobaan ini disimpulkan bahwa kelelawar tersebut memiliki indera sangat tajam dalam hal kepekaan, sekalipun keadaannya gelap gulita. Meskipun begitu, apakah kepekaan kelelawar ini dikarenakan oleh indera pendengaran? Ataukah ia memiliki penglihatan yang terang di malam hari?

Untuk menjawab pertanyaan ini, percobaan kedua dilakukan. Pada suatu sudut di ruangan yang sama, sekelompok ulat bulu diletakkan dan ditutupi selembar koran. Begitu dilepaskan, kelelawar tidak membuang-buang waktu untuk mengangkat lembaran koran tersebut dan memakan ulat-ulat tadi. Hal ini membuktikan, kemampuan penentuan arah milik kelelawar tidak ada kaitannya dengan indera penglihatan.

Para ilmuwan melanjutkan percobaan mereka terhadap kelelawar: sebuah percobaan baru dilakukan di ruangan yang berbentuk lorong panjang. Pada salah satu ujung lorong terdapat seekor kelelawar dan di ujung lainnya ada sekelompok kupu-kupu. Di samping itu, serangkaian dinding-dinding penyekat disusun berderet dan tegak lurus terhadap dinding lorong tersebut. Di tiap penyekat, ada satu lubang tunggal yang cukup besar bagi kelelawar untuk terbang melewatinya. Akan tetapi, lubang-lubang ini ditempatkan pada titik berbeda di setiap dinding penyekat. Dengan demikian, kelelawar harus terbang dengan jalur berliku melaluinya sebelum mencapai kupu-kupu di ujung lainnya.

Para ilmuwan memulai pengamatannya segera setelah kelelawar dilepaskan ke dalam lorong gelap tersebut. Ketika kelelawar sampai pada penyekat pertama, ia menentukan tempat lubangnya dengan mudah dan melewatinya dengan baik. Hal yang sama terpantau di seluruh dinding penyekat: kelelawar terlihat tidak hanya tahu di mana penyekat berada melainkan juga di mana tepatnya lubang berada. Setelah melalui lubang terakhir, sang kelelawar pun mencapai kupu-kupu, dan mengisi perut dengan hasil tangkapannya.


Percobaan menunjukkan bahwa kelelawar mampu dengan mudah menentukan kedudukan dan terbang melalui lubang di dinding dalam gelap gulita.

Terpesona dengan apa yang mereka amati, para ilmuwan memutuskan melakukan percobaan terakhir untuk memahami tingkat kepekaan penginderaan kelelawar. Tujuannya kali ini adalah untuk menentukan batas kemampuan penginderaan kelelawar lebih jelas. Sekali lagi, lorong panjang disiapkan dan kawat baja bergaris tengah sekitar 0,6 mm, atau setipis beberapa helai rambut, digantungkan dari atap hingga terjulur ke lantai lorong. Kawat-kawat ini ditempatkan secara acak di seantero ruang lorong. Para peneliti semakin terkagum, karena sang kelelawar menyelesaikan penerbangannya tanpa terantuk pada satu rintangan kawat pun. Kemampuan terbang ini menunjukkan, kelelawar mampu mengenali rintangan setipis 0,6 mm.

Penelitian setelahnya mengungkap bahwa kemampuan penginderaan luar biasa kelelawar terkait dengan perangkat yang disebut echolocation (ekolokasi) pada tubuh kelelawar. Ekolokasi adalah teknik menentukan keberadaan tempat dan benda-benda dengan menggunakan gema (pantulan suara). Untuk menentukan keberadaan benda-benda di sekitarnya, termasuk benda hidup, kelelawar memancarkan suara berfrekuensi tinggi. Tatkala mengenai benda-benda tersebut, gelombang suara ini lalu terpantul kembali ke arah kelelawar. Meskipun tidak terdengar oleh manusia, pantulan suara ini dapat ditangkap dan diindera oleh kelelawar, sehingga memungkinkannya mendapatkan sebuah gambaran atau "peta" lingkungan sekitarnya. Jadi, penginderaan kelelawar atas seekor lalat dimungkinkan oleh adanya suara yang dipantulkan kembali pada kelelawar dari lalat tersebut.

Kelelawar yang menentukan letak dengan gema ini mengingat setiap gelombang suara yang dikeluarkannya dan membandingkan yang asli dengan gema yang kembali kepadanya. Waktu yang habis antara dikeluarkannya suara dengan diterimanya gema yang datang memberikan penginderaan dan penentuan yang tepat mengenai jarak sasaran dari sang kelelawar. Sebagai contoh, pada percobaan ketika kelelawar menangkap ulat-ulat di lantai, kelelawar mengindera ulat dan bentuk ruangan dengan memancarkan suara bernada tinggi dan mengindera sinyal-sinyal yang terpantul. Lantai memantulkan suara tersebut, sehingga kelelawar dapat menentukan jaraknya terhadap lantai. Sebaliknya, ulat bulu yang berada di lantai berjarak sekitar 0,5 - 1 cm lebih dekat ke kelelawar daripada jauhnya dengan lantai, karena permukaan atas tubuh ulat berjarak 0,5 – 1 cm dari permukaan lantai tempat sang ulat berada. Di samping itu, sang ulat melakukan gerakan-gerakan kecil dan ini pada akhirnya mengubah frekuensi yang terpantul. Dengan cara inilah kelelawar mampu menentukan keberadaan ulat bulu di lantai. Ia memancarkan sekitar 20 ribu gelombang per detik dan mampu mengenali semua suara yang terpantul. Bahkan, ketika ia melakukan hal ini, kelelawar itu sendiri pun dalam keadaan terbang.

Penelitian yang seksama atas semua kenyataan ini dengan jelas mengungkap rancangan yang hebat dalam penciptaan kelelawar. Hal ini tidaklah mengherankan, sebab Allah, sang Pencipta kelelawar, memiliki Pengetahuan dan Keahlian dalam mencipta tanpa tara. Allah tidak perlu contoh dalam mencipta apa pun sekehendakNya, karena Dialah Al Baadi, Pencipta paling pertama tanpa contoh. Mahasuci Allah, sebaik-baik Pencipta.·
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Melihat Tanpa Mata

Beberapa tahun lalu, perangkat canggih bernama batcane, yang berarti tongkat kelelawar, telah mendapatkan sejumlah penghargaan bergengsi di Eropa. Tongkat istimewa macam apakah itu, apa kegunaannya, dan siapakah yang merancangnya? Sebelum mengulas jawaban pertanyaan tersebut, ada baiknya terlebih dahulu kita selami ilham di balik perangkat yang sekarang beralih nama menjadi UltraCane ini: kelelawar...

Kelelawar merupakan makhluk yang sangat menarik. Yang paling hebat dari keahliannya adalah kemampuan luar biasa dalam menentukan arah terbangnya. Kemampuan mengindera tempat dan benda dengan suara yang terpantul (gema) pada kelelawar ditemukan melalui serangkaian percobaan oleh para ilmuwan. Mari kita simak lebih dekat percobaan-percobaan tersebut untuk mengungkap rancangan yang luar biasa pada makhluk ini.

Pada percobaan pertama, seekor kelelawar ditempatkan di sebuah ruangan gelap gulita. Di salah satu sudut ruangan ini, seekor lalat ditempatkan sebagai mangsa untuk sang kelelawar. Mulai saat itu, segala hal yang terjadi di ruangan tersebut dipantau dengan kamera-kamera yang mampu melacak di kegelapan malam hari. Begitu lalat terbang, kelelawar yang awalnya ditempatkan di sudut lain dalam ruangan ini dengan cepat bergerak langsung ke tempat lalat berada dan menangkapnya. Dari percobaan ini disimpulkan bahwa kelelawar tersebut memiliki indera sangat tajam dalam hal kepekaan, sekalipun keadaannya gelap gulita. Meskipun begitu, apakah kepekaan kelelawar ini dikarenakan oleh indera pendengaran? Ataukah ia memiliki penglihatan yang terang di malam hari?

Untuk menjawab pertanyaan ini, percobaan kedua dilakukan. Pada suatu sudut di ruangan yang sama, sekelompok ulat bulu diletakkan dan ditutupi selembar koran. Begitu dilepaskan, kelelawar tidak membuang-buang waktu untuk mengangkat lembaran koran tersebut dan memakan ulat-ulat tadi. Hal ini membuktikan, kemampuan penentuan arah milik kelelawar tidak ada kaitannya dengan indera penglihatan.

Para ilmuwan melanjutkan percobaan mereka terhadap kelelawar: sebuah percobaan baru dilakukan di ruangan yang berbentuk lorong panjang. Pada salah satu ujung lorong terdapat seekor kelelawar dan di ujung lainnya ada sekelompok kupu-kupu. Di samping itu, serangkaian dinding-dinding penyekat disusun berderet dan tegak lurus terhadap dinding lorong tersebut. Di tiap penyekat, ada satu lubang tunggal yang cukup besar bagi kelelawar untuk terbang melewatinya. Akan tetapi, lubang-lubang ini ditempatkan pada titik berbeda di setiap dinding penyekat. Dengan demikian, kelelawar harus terbang dengan jalur berliku melaluinya sebelum mencapai kupu-kupu di ujung lainnya.

Para ilmuwan memulai pengamatannya segera setelah kelelawar dilepaskan ke dalam lorong gelap tersebut. Ketika kelelawar sampai pada penyekat pertama, ia menentukan tempat lubangnya dengan mudah dan melewatinya dengan baik. Hal yang sama terpantau di seluruh dinding penyekat: kelelawar terlihat tidak hanya tahu di mana penyekat berada melainkan juga di mana tepatnya lubang berada. Setelah melalui lubang terakhir, sang kelelawar pun mencapai kupu-kupu, dan mengisi perut dengan hasil tangkapannya.


Percobaan menunjukkan bahwa kelelawar mampu dengan mudah menentukan kedudukan dan terbang melalui lubang di dinding dalam gelap gulita.

Terpesona dengan apa yang mereka amati, para ilmuwan memutuskan melakukan percobaan terakhir untuk memahami tingkat kepekaan penginderaan kelelawar. Tujuannya kali ini adalah untuk menentukan batas kemampuan penginderaan kelelawar lebih jelas. Sekali lagi, lorong panjang disiapkan dan kawat baja bergaris tengah sekitar 0,6 mm, atau setipis beberapa helai rambut, digantungkan dari atap hingga terjulur ke lantai lorong. Kawat-kawat ini ditempatkan secara acak di seantero ruang lorong. Para peneliti semakin terkagum, karena sang kelelawar menyelesaikan penerbangannya tanpa terantuk pada satu rintangan kawat pun. Kemampuan terbang ini menunjukkan, kelelawar mampu mengenali rintangan setipis 0,6 mm.

Penelitian setelahnya mengungkap bahwa kemampuan penginderaan luar biasa kelelawar terkait dengan perangkat yang disebut echolocation (ekolokasi) pada tubuh kelelawar. Ekolokasi adalah teknik menentukan keberadaan tempat dan benda-benda dengan menggunakan gema (pantulan suara). Untuk menentukan keberadaan benda-benda di sekitarnya, termasuk benda hidup, kelelawar memancarkan suara berfrekuensi tinggi. Tatkala mengenai benda-benda tersebut, gelombang suara ini lalu terpantul kembali ke arah kelelawar. Meskipun tidak terdengar oleh manusia, pantulan suara ini dapat ditangkap dan diindera oleh kelelawar, sehingga memungkinkannya mendapatkan sebuah gambaran atau "peta" lingkungan sekitarnya. Jadi, penginderaan kelelawar atas seekor lalat dimungkinkan oleh adanya suara yang dipantulkan kembali pada kelelawar dari lalat tersebut.

Kelelawar yang menentukan letak dengan gema ini mengingat setiap gelombang suara yang dikeluarkannya dan membandingkan yang asli dengan gema yang kembali kepadanya. Waktu yang habis antara dikeluarkannya suara dengan diterimanya gema yang datang memberikan penginderaan dan penentuan yang tepat mengenai jarak sasaran dari sang kelelawar. Sebagai contoh, pada percobaan ketika kelelawar menangkap ulat-ulat di lantai, kelelawar mengindera ulat dan bentuk ruangan dengan memancarkan suara bernada tinggi dan mengindera sinyal-sinyal yang terpantul. Lantai memantulkan suara tersebut, sehingga kelelawar dapat menentukan jaraknya terhadap lantai. Sebaliknya, ulat bulu yang berada di lantai berjarak sekitar 0,5 - 1 cm lebih dekat ke kelelawar daripada jauhnya dengan lantai, karena permukaan atas tubuh ulat berjarak 0,5 – 1 cm dari permukaan lantai tempat sang ulat berada. Di samping itu, sang ulat melakukan gerakan-gerakan kecil dan ini pada akhirnya mengubah frekuensi yang terpantul. Dengan cara inilah kelelawar mampu menentukan keberadaan ulat bulu di lantai. Ia memancarkan sekitar 20 ribu gelombang per detik dan mampu mengenali semua suara yang terpantul. Bahkan, ketika ia melakukan hal ini, kelelawar itu sendiri pun dalam keadaan terbang.

Penelitian yang seksama atas semua kenyataan ini dengan jelas mengungkap rancangan yang hebat dalam penciptaan kelelawar. Hal ini tidaklah mengherankan, sebab Allah, sang Pencipta kelelawar, memiliki Pengetahuan dan Keahlian dalam mencipta tanpa tara. Allah tidak perlu contoh dalam mencipta apa pun sekehendakNya, karena Dialah Al Baadi, Pencipta paling pertama tanpa contoh. Mahasuci Allah, sebaik-baik Pencipta.·
»»  baca lanjutannya sob .. ..

TUNANETRA LUAR BIASA

Setelah berguru di gua hantu, kini sang pendekar buta pun menjadi sosok paling digdaya. Meski hanya dengan tongkat kayu di tangan, ia mampu mengalahkan lawan-lawannya yang memegang aneka senjata mematikan. Seperti kebanyakan film laga lainnya, akhir cerita ditutup dengan kemenangan si pendekar buta. Itulah kira-kira sekelumit alur cerita “Si Buta Dari Gua Hantu”, film laga yang pernah beredar di negeri ini di masa lalu. Entahlah, apa ilham di balik kisah tersebut, mungkinkah kisa nyata, atau sekedar khayalan penulis skenarionya? Yang jelas, film ini sepertinya dibuat bukan sebagai film fiksi ilmiah masa depan yang seringkali didasarkan fakta ilmiah. Namun, jika dikaitkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini, film laga tersebut sekarang bisa jadi dikatakan “fiksi ilmiah”, meskipun hingga taraf tertentu. Mengapa? Pasalnya “tongkat si buta” itu kini telah ditemukan, meskipun “di gua kelelawar” dan bukan di gua hantu.


Gambar di atas adalah batcane, dari kata “bat” (kelelawar) dan “cane” (tongkat). Terlihat di sini adalah bagian tangkai yang digenggam oleh pengguna, yang memiliki perangkat elektronik canggih. Sebagian besar laras panjangnya tidak terlihat pada gambar. Kelelawar ciptaan Allah-lah ilham teknologi yang kemudian diberi nama dagang UltraCane dan baru dipasarkan tahun ini. 
Tahun 2004 ini merupakan ajang dipamerkannya “tongkat si buta” di Eropa dan Amerika. Setelah dipajang di Los Angeles, AS pada bulan Maret 2004 dan di Frankfurt, Jerman pada bulan Mei 2004; dua kota di Irlandia, Dublin dan Belfast baru saja menjadi tuan rumah pameran bagi “tongkat si buta” ini pada tanggal 1 – 4 Juni 2004. Kota Birmingham, Inggris, menyusul menjadi tempat terhormat yang akan mempertontonkan “tongkat si buta” di depan umum pada tanggal 14 – 16 Juli 2004. Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih lanjut, silakan kunjungi situs http://www.seeingbetterireland.org dan www.qac.ac.uk/sightvillage/6-1.html.

Begitu istimewakah tongkat ini hingga dipamerkan di tingkat dunia? Benar, keistimewaannya tak hanya terletak pada keberadaannya, yang nyata-nyata ada dan terbukti “sakti”; tidak seperti tongkat “Si Buta Dari Gua Hantu” yang khayalan film belaka. Tongkat yang terilhami oleh kelelawar yang seringkali tinggal di gua-gua ini terbukti sangat membantu para tunanetra. Meskipun tidak menjadi sehebat “Si Buta Dari Gua Hantu”, para tunanetra yang telah memakainya sangat terkagum, menjadi lebih percaya diri dan lebih leluasa berjalan. Desainnya yang bagus dan kelebihan lainnya menjadikannya memenangkan penghargaan bergengsi.

Itulah tongkat tunanetra, yang awalnya dijuluki batcane (tongkat kelelawar) dan terakhir diberi nama dagang UltraCane (tongkat hebat), buatan para ilmuwan dan insinyur asal Eropa yang terilhami kelelawar buta. Allah SWT menciptakan kelelawar dengan kelengkapan dan kemampuan navigasinya yang handal. Di balik kehebatan kelelawar, tersembunyi ilmu dan pengetahuan Allah yang dipelajari manusia dalam merancang aneka temuan teknologi mereka. Mahasuci Allah, Pencipta tanpa tara.
»»  baca lanjutannya sob .. ..

IMAN DAN KEBAIKAN

Tanda pemahaman yang benar akan arti iman adalah tidak adanya kekecewaan akan apa pun yang terjadi dalam kehidupan ini. Sebaliknya, jika seseorang gagal melihat kebaikan dalam setiap peristiwa yang terjadi dan terperangkap dalam ketakutan, kekhawatiran, keputusasaan, kesedihan, dan ketidaksenangan, ini menunjukkan kurangnya kemurnian iman. Kebingungan ini harus segera dienyahkan dan kesenangan yang berasal dari keyakinan yang teguh harus diterima sebagai bagian hidup yang penting. Orang yang beriman mengetahui bahwa peristiwa yang pada awalnya terlihat tidak menyenangkan, termasuk hal-hal yang disebabkan oleh tindakannya yang salah, pada akhirnya akan bermanfaat baginya. Jika ia menyebutnya sebagai "kemalangan", "kesialan", atau "seandainya", ini hanyalah untuk menarik pelajaran dari sebuah pengalaman. Dengan kata lain, orang yang beriman mengetahui bahwa ada kebaikan dalam apa pun yang terjadi. Ia belajar dari kesalahannya dan mencari cara untuk memperbaikinya. Bagaimanapun juga, jika ia jatuh dalam kesalahan yang sama, ia ingat bahwa semuanya memiliki maksud tertentu dan mudah saja memutuskan untuk lebih berhati-hati dalam kesempatan mendatang. Bahkan jika hal yang sama terjadi puluhan kali lagi, seorang muslim harus ingat bahwa pada akhirnya peristiwa tersebut adalah untuk kebaikan. Kebenaran ini juga dinyatakan oleh Nabi Muhammad saw.:

"Aku mengagumi seorang mukmin karena selalu ada kebaikan dalam setiap urusannya. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur (kepada Allah) sehingga di dalamnya ada kebaikan. Jika ditimpa musibah, ia berserah diri (dan menjalankannya dengan sabar) bahwa di dalamnya ada kebaikan pula." (HR Muslim)

Hanya dalam kesadaran bahwa Allah menciptakan segalanya untuk tujuan yang baik sajalah hati seseorang akan menemukan kedamaian. Adalah sebuah keberkahan yang besar bagi orang-orang beriman bila ia memiliki pemahaman akan kenyataan ini. Seseorang yang jauh dari Islam akan menderita dalam kesengsaraan yang berkelanjutan. Ia terus-menerus hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran. Di sisi lain, orang beriman menyadari dan menghargai kenyataan bahwa ada tujuan-tujuan Ilahiah di balik ciptaan dan kehendak Allah.

Manusia terkadang tidak cukup sabar untuk melihat kebaikan yang ada di dalam peristiwa yang menimpa mereka. Sebaliknya, mereka menjadi lebih bernafsu dan kurang memiliki pertimbangan dalam mengejar sesuatu walaupun hal tersebut sangat bertentangan dengan kepentingan yang lebih baik. Di dalam Al-Qur`an, hal ini disebutkan,

"Dan manusia mendo'a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo'a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa." (QS. Al Israa`, 15: 11)

Seorang hamba harus berusaha melihat kebaikan dan maksud Ilahiah dalam setiap kejadian yang disodorkan Allah di depan mereka, dan bukannya memaksa untuk diperbudak oleh apa yang menurutnya menyenangkan dan tidak sabar untuk mendapatkan hal itu.
»»  baca lanjutannya sob .. ..

PLANKTON SPESIAL

Plankton adalah salah satu mata rantai yang paling penting dan paling menentukan di dalam rantai kehidupan di dalam laut. Ukuran makhluk ini tidak lebih dari beberapa mikrometer, dan bukan sekedar milimeter. Mengingat bahwa satu mikrometer hanya sepersejuta meter, jelaslah bahwa makhluk ini teramat kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Tetapi apakah sifat dan ciri dari makhluk yang sangat kecil ini, yang membuat mereka begitu penting dan diperlukan untuk kesinambungan kehidupan?

Bagian zat gizi penting yang dibutuhkan oleh kebanyakan makhluk hidup di bawah laut adalah, sebenarnya, plankton yang mikroskopis dan tampak tidak berarti ini. Karena itulah penurunan jumlah plankton akan benar-benar berbahaya bagi kehidupan binatang laut, mulai dari paus sampai makhluk-makhluk laut yang kecil. Manfaat makhluk berukuran mikroskopis ini bukan hanya sebatas itu. Plankton dibagi menjadi dua kelompok: tumbuhan dan hewan. Plankton, terutama yang tumbuhan, adalah penentu penting untuk menjaga beragam keseimbangan di bumi.

Fitoplankton adalah plankton tumbuhan, yang pada dasarnya berupa makhluk hidup mikroskopis bersel-satu yang melayang-layang terbawa arus air laut. Kumpulan fitoplankton merupakan mata rantai penting yang pertama dari rantai makanan di laut. Selanjutnya, tumbuhan laut ini juga menjalani fotosintesis sebagaimana tumbuhan darat lainnya, menggunakan matahari sebagai sumber energi serta menghasilkan zat gizi mereka sendiri. Maka, plankton tumbuhan, yang merupakan sumber zat organik utama di lautan, turut berperan dalam keseimbangan daur oksigen.

Selama proses fotosintesis dilangsungkan oleh fitoplankton, karbondioksida yang terdapat di udara diserap, dan sebaliknya, sejumlah besar oksigen dilepaskan. Sebanyak 70 % dari 110 miliar ton oksigen yang dilepaskan setiap tahunnya oleh tumbuh-tumbuhan di bumi, dihasilkan dengan cara ini.

Plankton hewan, pada umumnya, juga tersusun dari makhluk hidup bersel satu. Namun, ada pula makhluk hidup bersel-banyak di dalam kelompok ini. Hampir semua golongan makhluk laut memiliki bentuk plankton-nya. Saat hewan tak-bertulang belakang masih berupa larva, misalnya, atau saat ikan masih dalam masa awal perkembangannya, mereka berbentuk plankton sementara.

Plankton terdiri dari berbagai jenis dan setiap jenisnya memiliki sifat dan ciri yang khas. Seperti yang terlihat di dalam contoh-contoh terbatas yang disebutkan di sini, berlakulah kesempurnaan pada makhluk-makhluk mikroskopis ini, baik dalam rupa maupun dalam benuk dan susunannya secara umum. Makhluk-makhluk ini membantu menjaga berbagai keseimbangan di bumi. Kekuatan Allah tidaklah terbatas dan Dia menciptakan apa yang diinginkan-Nya sebagaimana kehendak-Nya. Allah menguasai segala sesuatu.
»»  baca lanjutannya sob .. ..

PLANKTON SPESIAL

Plankton adalah salah satu mata rantai yang paling penting dan paling menentukan di dalam rantai kehidupan di dalam laut. Ukuran makhluk ini tidak lebih dari beberapa mikrometer, dan bukan sekedar milimeter. Mengingat bahwa satu mikrometer hanya sepersejuta meter, jelaslah bahwa makhluk ini teramat kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Tetapi apakah sifat dan ciri dari makhluk yang sangat kecil ini, yang membuat mereka begitu penting dan diperlukan untuk kesinambungan kehidupan?

Bagian zat gizi penting yang dibutuhkan oleh kebanyakan makhluk hidup di bawah laut adalah, sebenarnya, plankton yang mikroskopis dan tampak tidak berarti ini. Karena itulah penurunan jumlah plankton akan benar-benar berbahaya bagi kehidupan binatang laut, mulai dari paus sampai makhluk-makhluk laut yang kecil. Manfaat makhluk berukuran mikroskopis ini bukan hanya sebatas itu. Plankton dibagi menjadi dua kelompok: tumbuhan dan hewan. Plankton, terutama yang tumbuhan, adalah penentu penting untuk menjaga beragam keseimbangan di bumi.

Fitoplankton adalah plankton tumbuhan, yang pada dasarnya berupa makhluk hidup mikroskopis bersel-satu yang melayang-layang terbawa arus air laut. Kumpulan fitoplankton merupakan mata rantai penting yang pertama dari rantai makanan di laut. Selanjutnya, tumbuhan laut ini juga menjalani fotosintesis sebagaimana tumbuhan darat lainnya, menggunakan matahari sebagai sumber energi serta menghasilkan zat gizi mereka sendiri. Maka, plankton tumbuhan, yang merupakan sumber zat organik utama di lautan, turut berperan dalam keseimbangan daur oksigen.

Selama proses fotosintesis dilangsungkan oleh fitoplankton, karbondioksida yang terdapat di udara diserap, dan sebaliknya, sejumlah besar oksigen dilepaskan. Sebanyak 70 % dari 110 miliar ton oksigen yang dilepaskan setiap tahunnya oleh tumbuh-tumbuhan di bumi, dihasilkan dengan cara ini.

Plankton hewan, pada umumnya, juga tersusun dari makhluk hidup bersel satu. Namun, ada pula makhluk hidup bersel-banyak di dalam kelompok ini. Hampir semua golongan makhluk laut memiliki bentuk plankton-nya. Saat hewan tak-bertulang belakang masih berupa larva, misalnya, atau saat ikan masih dalam masa awal perkembangannya, mereka berbentuk plankton sementara.

Plankton terdiri dari berbagai jenis dan setiap jenisnya memiliki sifat dan ciri yang khas. Seperti yang terlihat di dalam contoh-contoh terbatas yang disebutkan di sini, berlakulah kesempurnaan pada makhluk-makhluk mikroskopis ini, baik dalam rupa maupun dalam benuk dan susunannya secara umum. Makhluk-makhluk ini membantu menjaga berbagai keseimbangan di bumi. Kekuatan Allah tidaklah terbatas dan Dia menciptakan apa yang diinginkan-Nya sebagaimana kehendak-Nya. Allah menguasai segala sesuatu.
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Ubur-Ubur Yang Cerdas

Anda pasti sudah pernah makan agar-agar, makanan bening dan sedikit kenyal. Namun, pernahkah Anda melihat agar-agar yang hidup, bergerak dan melakukan kegiatan layaknya binatang? Itulah ubur-ubur.

Semua orang tahu ubur-ubur, serta betapa menarik dan anehnya jenis hewan ini bagi kita. Tetapi, ubur-ubur, makhluk yang hampir 95 persen terbuat dari air, juga memiliki sejumlah keistimewaan mengejutkan yang tidak diketahui secara umum. Sebagian jenisnya, misalnya, membuat bingung musuh-musuhnya dengan memancarkan cahaya, sementara sebagian yang lain menghasilkan racun mematikan di dalam tubuhnya.

Ubur-ubur dapat hidup di hampir segala iklim, dan sebagian besar berbahaya bagi makhluk lainnya. Ubur-ubur memiliki struktur yang tembus pandang dan tentakel (organ menyerupai belalai) yang berjuntai dari bagian bawah tubuhnya. Pada beberapa spesies, ada cairan beracun di dalam tentakelnya. Ubur-ubur menangkap mangsanya dengan cara menyemprotkan racun ini dan membunuh musuh-musuhnya. Ubur-ubur yang tidak mempunyai racun tentu saja bukan berarti tidak dapat mempertahankan diri. Sebagian di antaranya menggunakan sel yang menghasilkan cahaya untuk melindungi dirinya. Mereka bertindak dengan terencana dan menggunakan siasat untuk menyelamatkan diri dari kura-kura laut, burung laut, ikan dan paus, yang semuanya merupakan musuhnya. Saat ubur-ubur berenang melarikan diri dari musuh-musuhnya, seluruh tubuh ubur-ubur memancarkan cahaya. Tetapi, saat musuh mencoba menggigitnya, cahaya di bagian tubuh yang berbentuk lonceng pun padam, dan tentakel yang masih bercahaya dilepaskan dari tubuhnya. Dengan cara ini, musuh-musuh mereka mengalihkan perhatian pada tentakel tersebut. Ubur-ubur mengambil keuntungan dari keadaan ini dan segera melarikan diri.

Seekor ubur-ubur yang diberi nama Serdadu Perang Portugis merupakan jenis ubur-ubur raksasa yang juga dikenal sebagai “ubur-ubur biru.” Hewan ini hidup di semua wilayah yang beriklim sedang dan tropis, termasuk di laut tengah.

Serdadu perang portugis memiliki organ yang mirip-layar bewarna biru tua dan muncul sampai 20 cm dari permukaan laut. Organ inilah yang memungkinkan hewan berenang dan bergerak. Pada tentakelnya yang berbentuk spiral ada kapsul yang mengandung racun, yang dapat menyebabkan kelumpuhan.

Semua keistimewaan ubur-ubur ini menarik perhatian. Bagaimana mungkin makhluk yang hampir seluruhnya terdiri dari air ini, yang layu dan mati segera bila terkena matahari, menghasilkan zat-zat kimia? Dan bagaimana makhluk ini dapat mengembangkan taktik untuk membingungkan musuh-musuhnya?

Ubur-ubur tidak memiliki mata untuk melihat mangsa dan musuhnya, tidak pula memiliki otak. Makhluk ini hanya berupa wujud air seperti agar-agar, walaupun demikian dia menjalankan tingkah laku berakal seperti berburu dengan menggunakan berbagai taktik, dan meloloskan diri dari musuh-musuhnya. Jelaslah bahwa pikiran yang menghasilkan cara-cara pemecahan sedemikian tidak mungkin berasal dari ubur-ubur. Bila kita meneliti setiap penggal pengetahuan tentang ubur-ubur dari sudut pandang ini, kita mutlak sampai pada kesimpulan yang sangat penting dan memperluas cakrawala kita. Seseorang yang merenungi ubur-ubur, serta keistimewaan dan tindakannya, akan memahami bahwa hewan ini tidak dapat melakukan sesuatu dengan hanya mengandalkan dirinya sendiri, dan bahwa hewan tersebut dikendalikan oleh kekuasaan yang memiliki kekuasaan di atas segalanya. Kekuasaan ini, yang tidak ada bandingannya, adalah milik Allah. Dengan menciptakan sederetan hewan yang mengagumkan dari berbagai jenis, Allah menunjukkan kebijaksanaan-Nya yang tinggi dan pengetahuan-Nya yang tiada tara di dalam makhluk-makhluk ini. Ubur-ubur hanyalah salah satu contohnya.
»»  baca lanjutannya sob .. ..