Minggu, 29 Januari 2012

Gnerasi masa Lampau [kehancuran]

Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah?. Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata; maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi mereka lah yang menganiaya diri mereka sendiri.(QS. At-Taubah: 70)

Pesan-pesan suci, disampaikan untuk umat manusia oleh Allah melalui utusan-utusan-Nya, telah dikomunikasikan kepada kita sejak penciptaan umat manusia, Beberapa masyarkat/kaum telah menerima pesan/ajaran ini sementara yang lain telah mengingkarinya. Adakalanya, ada sejumlah kecil dari suatu masyarakat yang mau menerima perintah suci tersebut mengikuti seorang pembawa risalah(nabi).

Namun sebagian besar dari masyarakat yang telah didatangi risalah suci tersebut tidak bersedia menerimanya. Mereka tidak hanya mengabaikan pesan suci yang disampaikan oleh sang pembawa pesan, namun juga berusaha untuk melakkan perbuatan keji terhadap para pembawa pesan dan para pengikutnya. Para pembawa pesan suci tersebut biasanya dituduh serta difitnah sebagai "pembohong, sihir, orang yang sakit gila dan penuh dengan kesombongan" dan menjadi pemimpin dari banyak orang yang harus mereka cari-cari untuk dibunuh.

Semua hal yang diinginkan oleh para nabi dari kaumnya adalah kepatuhan mereka kepada Allah. Mereka tidak meminta uang ataupun berbagai keuntungan dunia lainnya sebagai balasan. Dan juga mereka tidak berusaha memaksa kaum mereka. Yang mereka inginkan hayalah mengajak kaum mereka kepada agama yang haq dan bahwa mereka seharusnya memulai sebuah jalan hidup yang berbeda bersama dengan para pengikutnya terpisah dari masyarkat.

Apa yang telah terjadi antara Syu'aib dan kaum Madyan dimana dia diutus, menggambarkan hubungan antara nabi dengan kaumnya sebagaimana yang disebutkan dimuka. Reaksi dari suku Syu'aib terhadap Syu'aib, yang menyerukan kepada mereka untuk beriman kepada Allah dan menghentikan semua tindakan ketidakadian yang telah mereka lakukan, dan bagaimana itu semua berakhir sangatlah menarik :


Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka Syu'aib, Ia berkata: "Hai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan selain Dia. Dan jaganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)."

Dan Syu'aib berkata: "hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu berbuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.

Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagi kamu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas diri kamu.

Mereka berkata: "Hai Syu'aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami berbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah seorang yang sangat penyantun lagi berakal.

Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku daripada-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya). Dan aku tidak berkehendak mengerjakan apa yang aku larang kamu daripadanya. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku, melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya lah aku kembali.

Hai kaumku, janganlah hendakya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaun Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu.

Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi maha Pengasih.

Mereka berkata: "Hai Syu'aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakana itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang benar-benar lemah diantara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa disisi kami.

Syu'aib menjawab: "Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedangkan Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang dibelakangmu?. Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan".

Dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatalah menurut kemampuanmu, sesungguhya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (tuhanku), sesungguhnya akupun menungu bersama kamu."

Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di tempat tinggalnya. Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah kebinasaanlah bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum Tsamud yang telah binasa.(QS Huud 84-95).


Dengan memikirkan "batu /prasasti Syu'aib" yang tidak lain kecuali menerukan mereka kepada kebaikan, kaum Mdyan dihukum dengan kutukan dari Allah dan merekapun telah dibinasakan sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat diatas. Masyarakat Madyan bukanlah satu-satunya contoh. Sebaliknya sebagaimana Syu'aib sedang berbicara kepada kaumnya, banyak masyarakat yang telah ada lebih dahulu sebelum masyarakat Madyan yang telah dibinasakan. Setelah Madyan, banyak masyarakat lain yang juga dihancurkan oleh kemurkaan Allah.

Di dalam halaman-halaman berikut, kita akan menyebutkan masyarakat-masyarakat yang telah disebutkan diatas yang telah dibinasakan dan sisa-sisa peninggalan mereka. Di dalam Al Qur'an, masyarakat-masyarakat ini disebutkan secara mendetail dan orang-orang diajak untuk merenungkan dan mengambil pelajaran serta peringatan tentang bagaimana kaum-kaum ini berakhir.

Pada titik ini, Al Qur'an secara khusus menarik perhatian terhadap kenyataan bahwa sebagian besar dari masyarakat yang dihancurkan tersebut memiliki tingkat peradaban yang tinggi. . Di dalam Al Qur'an, sifat-sifat dari kaum-kaum yang dihancurkan ditekankan sebagai berikut:

Dan berapa banyakkah umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?.(QS Qaf 36).

Dalam ayat tersebut, dua sifat dari kaum yang telah dihancurkan secara khusus ditekankan. Yang pertama adalah mereka merasa "lebih besar kekuatannya". Hal ini berarti bahwa masyarakat-masyarakat yang telah dibinasakan tersebut telah berada dalam suatu tingkat kedisiplinan dan system birokrasi militer yang tangguh dan merenggut kekuatan diwilayah mereka berada memalui dengan cara paksaan kekuatan. Point kedua adalah masyarakt-masyarakat yang telah disebutkan dimuka mendirikan kota-kota besar yang dihiasai dengan karya-karya arsitektur mereka.

Hal ini patut untuk diperhatikan bahwa dari kedua macam sifat-sifat ini termasuk yang dimiliki oleh peradaban yang ada dijaman kita sekarang ini, yang telah membentuk sebuah kebudayaan dunia yang begitu luas melalui ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini dan telah mendirikan negara-negara yang tersentralisir, kota-kota besar, namun mereka masih tetap mengingkari dan mengabaikan Allah, melupakan bahwa semua hal tersebut memungkinkan untuk dibuat kaena Kekuasan Allah saja. Namun, sebagaimana dikatakan di dalam ayat, peradaban mereka yang telah berkembang tidak bisa menyelamatkan masyarakat yang telah dihancurkan tersebut, dikarenakan peradaban mereka berdiri diatas landasan pengingkaran terhadap Allah. Akhir dari peradaban saat inipun tidak akan berbeda selama peradaban sekarang ini berdasarkan kepada pengingkaran dan berperilaku jahat di dunia.

Sejumlah peristiwa penghancuran, beberapa diantaraya yang diceritakan dalam Al Qur'an, telah dibenarkan oleh berbagai penelitian arkeologis yang dilakukan di jaman modern, Temuan-temuan ini yang secara jelas membuktikan bahwa peristiwa-peristiwa yang dikutip dalam Al Qur'an benar-benar pernah terjadi, menjelaskan perlunya untuk menjadi "peringatan terlebih dahulu" yang banyak digambarkan dalam kisah-kisah Al Qur'an. Allah berfirman di dalam Al Qur'an bahwa penting untuk "bepergian di muka bumi" dan "melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka".

Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri. Maka tidaklah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memikirkanya.

Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harrapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkanlah orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa.

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kiab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.(QS Yusuf 109-111).

Sesungguhnya, terdapat banyak contoh dalam kisah-kisah tentang masyarakat di waktu lampau bagi orang-orang yang dikaruniai kepahaman. Kehancuran mereka yang disebabkan oleh pemberontakan mereka terhadap Allah dan penolakan terhadap perintah-perintah-Nya, kaum-kaum ini mengungkapkan kepada kita betapa lemah dan tidak berdayanya umat manusia dhadapan Allah. Di dalam halaman-halaman berikut, kita akan mempelajari contoh-contoh dalam susunan yang urut berdasarkan kronologi kejadiannya.
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Mikroba Istimewa

Ekor cambuk

Beberapa bakteri, yang merupakan kelompok makhluk hidup bersel satu, menggunakan alat menyerupai cambuk yang disebut ekor cambuk (flagel) untuk bergerak di lingkungan berair. Alat ini tertanam pada selubung sel dan memungkinkan bakteri untuk bergerak ke arah yang ditentukannya dengan kecepatan tertentu.

Para ilmuwan telah cukup lama mengetahui keberadaan ekor cambuk ini. Walaupun demikian, perincian tentang bentuknya, yang baru muncul sekitar sepuluh tahun terakhir ini telah menjadi kejutan besar bagi mereka. Telah ditemukan bahwa ekor cambuk bergerak dengan menggunakan “motor hidup” yang sangat rumit dan bukannya dengan gerak getaran sederhana sebagaimana diyakini sebelumnya.


STRUKTUR RUMIT EKOR CAMBUK (FLAGEL) BAKTERI
Pada makhluk hidup yang dianggap paling sederhana oleh para penganut evolusi, terdapat rancangan luar biasa. Ekor cambuk bakter ini adalah salah satu contohnya. Bakteri bergerak di lingkungan berair dengan cara menggerakkan organ yang ada pada membran sel mereka, mirip gerakan cambuk. Tatkala susunan dan cara kerja organ ini diketemukan, masyarakat ilmiah gempar setelah tahu bahwa ekor cambuk ini ternyata adalah sebuah motor (mesin penggerak) listrik yang sangat rumit. Motor listrik ini tersusun atas sekitar 50 bagian, dan merupakan keajaiban penciptaan.


Mesin yang menyerupai baling-baling ini dibuat dengan prinsip yang sama dengan motor listrik. Ada dua bagian utama padanya: satu bagian bergerak (“rotor”) dan satu bagian diam (“stator”).

Ekor cambuk bakteri berbeda dengan sistem kehidupan lainnya yang menghasilkan gerak mekanik. Sel ini tidak memanfaatkan energi yang tersedia yang tersimpan di dalam molekul ATP. Sebaliknya, sel tersebut memiliki sumber tenaga khusus: bakteri menggunakan energi dari aliran ion yang menembus selaput sel terluarnya. Bentuk bagian dalam motor ini sangat rumit. Sekitar 240 protein yang berbeda bekerja membangun ekor cambuk. Setiap protein ditempatkan dengan kecermatan tinggi. Para ilmuwan telah menetapkan bahwa protein-protein tersebut membawa sinyal yang menghidupkan atau mematikan motor, membentuk suatu persendian yang mendukung pergerakan yang bentuknya sangat kecil, dan mendorong protein lainnya yang menghubungkan ekor cambuk dengan selaput sel. Model-model yang dibuat untuk menyimpulkan kerja sistem tersebut sudah cukup untuk menggambarkan kerumitan sistem ini.

Seandainya satu molekul tunggal dalam bentuk yang amat rumit ini lenyap, atau rusak, ekor cambuk itu tidak akan bekerja dan tak akan bisa digunakan oleh bakteri. Ekor cambuk haruslah telah ada dalam keadaan lengkap sejak awal tanpa kekurangan sedikit pun pada bagian-bagian penyusunnya. Mesin penggerak ini mestilah bekerja sempurna dari waktu pertama keberadaannya. Dengan kata lain, perangkat gerak ini mustahil terbentuk perlahan-lahan, sedikit demi sedikit secara evolusi.

Mesin berbahan bakar gula

Sperma adalah sel yang bertugas membawa informasi genetis laki-laki ke sel telur dalam tubuh ibu. Jika diperbesar, sperma terlihat persis menyerupai mesin yang dirancang khusus untuk mengangkut muatan ini. Terdapat mesin bertenaga sangat kuat di bagian tengah sperma. Bagian belakang mesin tersebut terhubungkan dengan ekor sperma. Daya yang dihasilkan mesin ini memutar ekor bagaikan baling-baling sehingga memungkinkan sperma meluncur dengan cepat, sebagaimana ekor cambuk bakteri.


Sel sperma, juga menggunakan ekor cambuk (flagel) untuk bergerak.
Karena terdapat mesin di bagian tengahnya, maka sperma pastilah perlu bahan bakar yang memungkinkannya bergerak. Hal ini telah diperhitungkan, dan bahan bakar terbaik itu adalah gula fruktosa berbentuk cairan yang melingkupi sperma.

Dengan perancangan sempurna ini, sperma mampu bergerak cepat dan langsung mengarah ke sel telur ibu. Ketika ukuran panjang sperma dan jarak perjalan yang ia tempuh tersebut kita cermati, akan kita ketahui bahwa sperma layaknya sebuah mesin berkecepatan tinggi. Inilah wujud sempurna sperma yang memungkinkan Anda ada di dunia ini, dan membaca tulisan ini.

Kesimpulan

Ekor cambuk pada bakteri, yang terdapat pula pada sperma, merupakan bukti nyata bahwa bahkan pada makhluk yang dianggap “terbelakang” atau pada sel sekecil sperma, terdapat rancangan yang luar biasa. Dengan semakin mendalamnya umat manusia mengetahui perinciannya, semakin nyata pulalah bahwa makhluk yang oleh ilmuwan abad ke-19 dianggap sebagai yang tersederhana seperti bakteri, sebenarnya sama rumitnya dengan makhluk lain. Dengan kata lain, kesempurnaan penciptaan semakin jelas dengan semakin diketahuinya rincian segala sesuatu di alam ini.
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Mikroba Istimewa

Ekor cambuk

Beberapa bakteri, yang merupakan kelompok makhluk hidup bersel satu, menggunakan alat menyerupai cambuk yang disebut ekor cambuk (flagel) untuk bergerak di lingkungan berair. Alat ini tertanam pada selubung sel dan memungkinkan bakteri untuk bergerak ke arah yang ditentukannya dengan kecepatan tertentu.

Para ilmuwan telah cukup lama mengetahui keberadaan ekor cambuk ini. Walaupun demikian, perincian tentang bentuknya, yang baru muncul sekitar sepuluh tahun terakhir ini telah menjadi kejutan besar bagi mereka. Telah ditemukan bahwa ekor cambuk bergerak dengan menggunakan “motor hidup” yang sangat rumit dan bukannya dengan gerak getaran sederhana sebagaimana diyakini sebelumnya.


STRUKTUR RUMIT EKOR CAMBUK (FLAGEL) BAKTERI
Pada makhluk hidup yang dianggap paling sederhana oleh para penganut evolusi, terdapat rancangan luar biasa. Ekor cambuk bakter ini adalah salah satu contohnya. Bakteri bergerak di lingkungan berair dengan cara menggerakkan organ yang ada pada membran sel mereka, mirip gerakan cambuk. Tatkala susunan dan cara kerja organ ini diketemukan, masyarakat ilmiah gempar setelah tahu bahwa ekor cambuk ini ternyata adalah sebuah motor (mesin penggerak) listrik yang sangat rumit. Motor listrik ini tersusun atas sekitar 50 bagian, dan merupakan keajaiban penciptaan.


Mesin yang menyerupai baling-baling ini dibuat dengan prinsip yang sama dengan motor listrik. Ada dua bagian utama padanya: satu bagian bergerak (“rotor”) dan satu bagian diam (“stator”).

Ekor cambuk bakteri berbeda dengan sistem kehidupan lainnya yang menghasilkan gerak mekanik. Sel ini tidak memanfaatkan energi yang tersedia yang tersimpan di dalam molekul ATP. Sebaliknya, sel tersebut memiliki sumber tenaga khusus: bakteri menggunakan energi dari aliran ion yang menembus selaput sel terluarnya. Bentuk bagian dalam motor ini sangat rumit. Sekitar 240 protein yang berbeda bekerja membangun ekor cambuk. Setiap protein ditempatkan dengan kecermatan tinggi. Para ilmuwan telah menetapkan bahwa protein-protein tersebut membawa sinyal yang menghidupkan atau mematikan motor, membentuk suatu persendian yang mendukung pergerakan yang bentuknya sangat kecil, dan mendorong protein lainnya yang menghubungkan ekor cambuk dengan selaput sel. Model-model yang dibuat untuk menyimpulkan kerja sistem tersebut sudah cukup untuk menggambarkan kerumitan sistem ini.

Seandainya satu molekul tunggal dalam bentuk yang amat rumit ini lenyap, atau rusak, ekor cambuk itu tidak akan bekerja dan tak akan bisa digunakan oleh bakteri. Ekor cambuk haruslah telah ada dalam keadaan lengkap sejak awal tanpa kekurangan sedikit pun pada bagian-bagian penyusunnya. Mesin penggerak ini mestilah bekerja sempurna dari waktu pertama keberadaannya. Dengan kata lain, perangkat gerak ini mustahil terbentuk perlahan-lahan, sedikit demi sedikit secara evolusi.

Mesin berbahan bakar gula

Sperma adalah sel yang bertugas membawa informasi genetis laki-laki ke sel telur dalam tubuh ibu. Jika diperbesar, sperma terlihat persis menyerupai mesin yang dirancang khusus untuk mengangkut muatan ini. Terdapat mesin bertenaga sangat kuat di bagian tengah sperma. Bagian belakang mesin tersebut terhubungkan dengan ekor sperma. Daya yang dihasilkan mesin ini memutar ekor bagaikan baling-baling sehingga memungkinkan sperma meluncur dengan cepat, sebagaimana ekor cambuk bakteri.


Sel sperma, juga menggunakan ekor cambuk (flagel) untuk bergerak.
Karena terdapat mesin di bagian tengahnya, maka sperma pastilah perlu bahan bakar yang memungkinkannya bergerak. Hal ini telah diperhitungkan, dan bahan bakar terbaik itu adalah gula fruktosa berbentuk cairan yang melingkupi sperma.

Dengan perancangan sempurna ini, sperma mampu bergerak cepat dan langsung mengarah ke sel telur ibu. Ketika ukuran panjang sperma dan jarak perjalan yang ia tempuh tersebut kita cermati, akan kita ketahui bahwa sperma layaknya sebuah mesin berkecepatan tinggi. Inilah wujud sempurna sperma yang memungkinkan Anda ada di dunia ini, dan membaca tulisan ini.

Kesimpulan

Ekor cambuk pada bakteri, yang terdapat pula pada sperma, merupakan bukti nyata bahwa bahkan pada makhluk yang dianggap “terbelakang” atau pada sel sekecil sperma, terdapat rancangan yang luar biasa. Dengan semakin mendalamnya umat manusia mengetahui perinciannya, semakin nyata pulalah bahwa makhluk yang oleh ilmuwan abad ke-19 dianggap sebagai yang tersederhana seperti bakteri, sebenarnya sama rumitnya dengan makhluk lain. Dengan kata lain, kesempurnaan penciptaan semakin jelas dengan semakin diketahuinya rincian segala sesuatu di alam ini.
»»  baca lanjutannya sob .. ..

RERUNTUHAN TEORI DARWIN

Sama sekali bertolak belakang dengan anggapan Darwin, dalam catatan fosil, filum-filum utama tersebut muncul dalam keadaan telah berbentuk lengkap dan sempurna di awal masa pembentukan lapisan bumi yang disebut Kambrium. Di lapisan ini, tidak ditemukan pula bukti yang menunjukkan filum-filum ini terbentuk sebagai keturunan dari satu nenek moyang bersama. Kemunculan filum-filum utama hewan secara serentak dan tiba-tiba ini dikenal sebagai “Ledakan Kambrium”, atau “Life’s Big Bang” (Ledakan Besar Kehidupan). Banyak ahli fosil menganggapnya sebagai salah satu ciri paling nyata dari catatan fosil. Ledakan Kambrium telah menjadi topik ulasan majalah terkenal seperti Scientific American, bahkan di tahun 1995 terpampang di sampul depan majalah Time. Sungguh mengherankan bahwa, ketika berbicara seputar catatan fosil, buku-buku pelajaran biologi tidak menyebutkan sama sekali atau tidak membahas fenomena Ledakan Kambrium ini secara panjang lebar sebagai fakta yang malah menentang anggapan Darwin dan pohon silsilah evolusinya.

ZAMAN KAMBRIUM

Darwin menjuluki teorinya “descent with modification” (terbentuknya keturunan melalui perubahan), yang memperlihatkan keyakinannya bahwa seluruh jenis makhluk hidup diturunkan dari satu nenek moyang yang sama, yang hidup di masa lampau. Jika dugaan ini benar, maka gambar pohon silsilah makhluk hidup sebagaimana tercantum dalam buku Darwin The Origin of Species akan terbukti benar seiring dengan semakin banyaknya penemuan fosil. Menurut pohon silsilah ini, satu nenek moyang bersama dari seluruh makhluk hidup yang ada sekarang ini, muncul terlebih dahulu di bagian paling bawah di pangkal pohon silsilah itu; perbedaan-perbedaan kecil di antara individu-individu sejenis pada akhirnya mengarah pada pembentukan spesies-spesies yang berbeda. Akhirnya, perbedaan-perbedaan besar yang memisahkan kelompok-kelompok modern makhluk hidup (yang dinamakan “filum”) pun terbentuk. Filum-filum utama ini meliputi anelida (cacing tanah dan lintah), moluska (kerang dan siput), artropoda (udang karang dan serangga), ekinoderma (bintang laut) dan kordata (ikan dan mamalia).

Lapisan tertua bumi, tempat masih ditemukannya fosil makhluk hidup, adalah lapisan Kambrium, yang diperkirakan berumur 500-530 juta tahun. Di lapisan-lapisan lebih tua dari Kambrium, tidak terlihat adanya fosil makhluk hidup apa pun kecuali sejumlah kecil organisme bersel satu. Anehnya, di zaman Kambrium, banyak spesies beragam muncul bersamaan secara tiba-tiba. Lebih dari tiga puluh spesies hewan tak bertulang belakang seperti ubur-ubur, bintang laut, trilobita dan bekicot muncul serentak secara tiba-tiba.


Teori evolusi menyatakan bahwa kelompok makhluk hidup yang berbeda-beda (filum) terbentuk dan berkembang dari satu nenek moyang bersama, dan berubah menjadi bentuk yang semakin berbeda satu sama lain seiring berlalunya waktu. Gambar paling atas menampilkan pernyataan ini, yang dapat digambarkan menyerupai proses percabangan pohon. Namun, fakta catatan fosil malah membuktikan kebalikannya. Sebagaimana diperlihatkan gambar paling bawah, beragam kelompok makhluk hidup muncul serentak dan tiba-tiba dengan ciri tubuh masing-masing yang khas. Sekitar 100 filum mendadak muncul di zaman Kambrium. Setelah itu, jumlah mereka menurun (karena punahnya sejumlah filum) , dan bukannya meningkat. (www.arn.org)


Makhluk hidup ini memiliki sistem tubuh yang rumit seperti sistem peredaran darah, dan juga organ-organ sangat kompleks. Misalnya, mata trilobita tersusun atas ratusan sel-sel yang menyerupai sarang lebah, masing-masing memiliki sistem dua lensa. Ini adalah keajaiban perancangan. Ini adalah mata pertama yang ada di muka bumi, yang dengan telak menggugurkan pernyataan penganut Darwinisme yang menyatakan bahwa kehidupan berevolusi dari bentuk paling sederhana ke bentuk lebih rumit dan sempurna.

Di samping itu, struktur mata trilobita yang menyerupai sarang lebah masih ada sejak lima ratus tiga puluh juta tahun lalu hingga kini tanpa perubahan sedikit pun. Serangga modern seperti lebah dan capung memiliki struktur mata sama seperti trilobita.

Menurut teori evolusi, spesies berevolusi dari bentuk yang telah ada sebelumnya. Namun, tidak dijumpai bentuk kehidupan kompleks lain yang diketahui pernah ada sebelum trilobita dan spesies lain dari zaman Kambrium. Spesies-spesies zaman Kambrium muncul bersamaan secara tiba-tiba, tanpa nenek moyang.

Pendukung teori evolusi terkenal, ahli zoologi asal Inggris, Richard Dawkins, mengemukakan pengakuannya tentang masalah ini:

Seolah-olah spesies zaman Kambrium ditempatkan di sana begitu saja, tanpa sejarah evolusi. (Richard Dawkins, The Blind Wat chmaker , London: W. W. Norton 1986, h. 229)

Keadaan ini menggugurkan teori evolusi dengan telak, sebab Darwin telah menulis dalam bukunya The Origin of Species:

Jika beragam spesies, yang berasal dari genera atau famili yang sama, benar-benar telah memulai kehidupan secara bersamaan, maka fakta ini akan berakibat mematikan bagi teori asal usul dengan perubahan perlahan melalui seleksi alam.(Charles Darwin, The Origin of Species : A Facsimile of the First Edition , Harvard University Press, 1964, h. 302)

Pukulan mematikan yang dikhawatirkan Darwin ini berasal dari zaman Kambrium, yakni bagian paling awal dari catatan fosil.

ZAMAN SETELAH KAMBRIUM

Di semua lapisan fosil setelah zaman Kambrium, spesies makhluk hidup selalu muncul secara tiba-tiba dengan struktur tubuh mereka yang telah lengkap dan sempurna. Kelompok utama seperti ikan, ampibi, reptil, burung dan mamalia serta ratusan ribu spesies berbeda yang termasuk dalam beragam kelompok ini, semua muncul tiba-tiba dengan struktur tubuh yang telah lengkap. Tidak dijumpai satu bentuk mata rantai atau peralihan pun di antara kelompok-kelompok yang ada sebagaimana perkiraan evolusionis.

Fakta ini jelas membuktikan bahwa seluruh jenis makhluk hidup sedari awal memang telah diciptakan masing-masing secara terpisah oleh Allah. Paleontolog evolusionis, Mark Czarnecki mengakui fakta ini sebagai berikut:

Kendala utama dalam pembuktian teori ini terletak pada catatan fosil... Catatan ini belum pernah memperlihatkan jejak-jejak adanya spesies pertengahan sebagaimana perkiraan Darwin. Sebaliknya, spesies muncul dan punah tiba-tiba secara bersamaan, dan keanehan ini telah memperkukuh pendapat pendukung teori penciptaan yang menyatakan bahwa tiap-tiap spesies diciptakan oleh Tuhan. (Mark Czarnecki, "The Revival of the Creationist Crusade", MacLean's, January 19, 1981, h. 56.)

Selain itu, tidak ada perbedaan antara fosil berusia ratusan juta tahun lalu dengan keturunan modern mereka. Misalnya, ikan hiu berumur empat ratus juta tahun dengan ikan hiu modern memiliki struktur yang sama persis. Demikian pula, tidak ada perbedaan antara semut berusia seratus juta tahun dengan semut modern, capung berumur seratus tiga puluh lima juta tahun dengan capung modern, penyu berusia seratus juta tahun dengan penyu modern, atau kelelawar berumur lima puluh lima juta tahun dengan kelelawar modern.

Begitulah, semua makhluk hidup diciptakan oleh Allah masing-masing secara terpisah, dan tidak mengalami evolusi apa pun setelah mereka diciptakan.
»»  baca lanjutannya sob .. ..

RERUNTUHAN TEORI DARWIN

Sama sekali bertolak belakang dengan anggapan Darwin, dalam catatan fosil, filum-filum utama tersebut muncul dalam keadaan telah berbentuk lengkap dan sempurna di awal masa pembentukan lapisan bumi yang disebut Kambrium. Di lapisan ini, tidak ditemukan pula bukti yang menunjukkan filum-filum ini terbentuk sebagai keturunan dari satu nenek moyang bersama. Kemunculan filum-filum utama hewan secara serentak dan tiba-tiba ini dikenal sebagai “Ledakan Kambrium”, atau “Life’s Big Bang” (Ledakan Besar Kehidupan). Banyak ahli fosil menganggapnya sebagai salah satu ciri paling nyata dari catatan fosil. Ledakan Kambrium telah menjadi topik ulasan majalah terkenal seperti Scientific American, bahkan di tahun 1995 terpampang di sampul depan majalah Time. Sungguh mengherankan bahwa, ketika berbicara seputar catatan fosil, buku-buku pelajaran biologi tidak menyebutkan sama sekali atau tidak membahas fenomena Ledakan Kambrium ini secara panjang lebar sebagai fakta yang malah menentang anggapan Darwin dan pohon silsilah evolusinya.

ZAMAN KAMBRIUM

Darwin menjuluki teorinya “descent with modification” (terbentuknya keturunan melalui perubahan), yang memperlihatkan keyakinannya bahwa seluruh jenis makhluk hidup diturunkan dari satu nenek moyang yang sama, yang hidup di masa lampau. Jika dugaan ini benar, maka gambar pohon silsilah makhluk hidup sebagaimana tercantum dalam buku Darwin The Origin of Species akan terbukti benar seiring dengan semakin banyaknya penemuan fosil. Menurut pohon silsilah ini, satu nenek moyang bersama dari seluruh makhluk hidup yang ada sekarang ini, muncul terlebih dahulu di bagian paling bawah di pangkal pohon silsilah itu; perbedaan-perbedaan kecil di antara individu-individu sejenis pada akhirnya mengarah pada pembentukan spesies-spesies yang berbeda. Akhirnya, perbedaan-perbedaan besar yang memisahkan kelompok-kelompok modern makhluk hidup (yang dinamakan “filum”) pun terbentuk. Filum-filum utama ini meliputi anelida (cacing tanah dan lintah), moluska (kerang dan siput), artropoda (udang karang dan serangga), ekinoderma (bintang laut) dan kordata (ikan dan mamalia).

Lapisan tertua bumi, tempat masih ditemukannya fosil makhluk hidup, adalah lapisan Kambrium, yang diperkirakan berumur 500-530 juta tahun. Di lapisan-lapisan lebih tua dari Kambrium, tidak terlihat adanya fosil makhluk hidup apa pun kecuali sejumlah kecil organisme bersel satu. Anehnya, di zaman Kambrium, banyak spesies beragam muncul bersamaan secara tiba-tiba. Lebih dari tiga puluh spesies hewan tak bertulang belakang seperti ubur-ubur, bintang laut, trilobita dan bekicot muncul serentak secara tiba-tiba.


Teori evolusi menyatakan bahwa kelompok makhluk hidup yang berbeda-beda (filum) terbentuk dan berkembang dari satu nenek moyang bersama, dan berubah menjadi bentuk yang semakin berbeda satu sama lain seiring berlalunya waktu. Gambar paling atas menampilkan pernyataan ini, yang dapat digambarkan menyerupai proses percabangan pohon. Namun, fakta catatan fosil malah membuktikan kebalikannya. Sebagaimana diperlihatkan gambar paling bawah, beragam kelompok makhluk hidup muncul serentak dan tiba-tiba dengan ciri tubuh masing-masing yang khas. Sekitar 100 filum mendadak muncul di zaman Kambrium. Setelah itu, jumlah mereka menurun (karena punahnya sejumlah filum) , dan bukannya meningkat. (www.arn.org)


Makhluk hidup ini memiliki sistem tubuh yang rumit seperti sistem peredaran darah, dan juga organ-organ sangat kompleks. Misalnya, mata trilobita tersusun atas ratusan sel-sel yang menyerupai sarang lebah, masing-masing memiliki sistem dua lensa. Ini adalah keajaiban perancangan. Ini adalah mata pertama yang ada di muka bumi, yang dengan telak menggugurkan pernyataan penganut Darwinisme yang menyatakan bahwa kehidupan berevolusi dari bentuk paling sederhana ke bentuk lebih rumit dan sempurna.

Di samping itu, struktur mata trilobita yang menyerupai sarang lebah masih ada sejak lima ratus tiga puluh juta tahun lalu hingga kini tanpa perubahan sedikit pun. Serangga modern seperti lebah dan capung memiliki struktur mata sama seperti trilobita.

Menurut teori evolusi, spesies berevolusi dari bentuk yang telah ada sebelumnya. Namun, tidak dijumpai bentuk kehidupan kompleks lain yang diketahui pernah ada sebelum trilobita dan spesies lain dari zaman Kambrium. Spesies-spesies zaman Kambrium muncul bersamaan secara tiba-tiba, tanpa nenek moyang.

Pendukung teori evolusi terkenal, ahli zoologi asal Inggris, Richard Dawkins, mengemukakan pengakuannya tentang masalah ini:

Seolah-olah spesies zaman Kambrium ditempatkan di sana begitu saja, tanpa sejarah evolusi. (Richard Dawkins, The Blind Wat chmaker , London: W. W. Norton 1986, h. 229)

Keadaan ini menggugurkan teori evolusi dengan telak, sebab Darwin telah menulis dalam bukunya The Origin of Species:

Jika beragam spesies, yang berasal dari genera atau famili yang sama, benar-benar telah memulai kehidupan secara bersamaan, maka fakta ini akan berakibat mematikan bagi teori asal usul dengan perubahan perlahan melalui seleksi alam.(Charles Darwin, The Origin of Species : A Facsimile of the First Edition , Harvard University Press, 1964, h. 302)

Pukulan mematikan yang dikhawatirkan Darwin ini berasal dari zaman Kambrium, yakni bagian paling awal dari catatan fosil.

ZAMAN SETELAH KAMBRIUM

Di semua lapisan fosil setelah zaman Kambrium, spesies makhluk hidup selalu muncul secara tiba-tiba dengan struktur tubuh mereka yang telah lengkap dan sempurna. Kelompok utama seperti ikan, ampibi, reptil, burung dan mamalia serta ratusan ribu spesies berbeda yang termasuk dalam beragam kelompok ini, semua muncul tiba-tiba dengan struktur tubuh yang telah lengkap. Tidak dijumpai satu bentuk mata rantai atau peralihan pun di antara kelompok-kelompok yang ada sebagaimana perkiraan evolusionis.

Fakta ini jelas membuktikan bahwa seluruh jenis makhluk hidup sedari awal memang telah diciptakan masing-masing secara terpisah oleh Allah. Paleontolog evolusionis, Mark Czarnecki mengakui fakta ini sebagai berikut:

Kendala utama dalam pembuktian teori ini terletak pada catatan fosil... Catatan ini belum pernah memperlihatkan jejak-jejak adanya spesies pertengahan sebagaimana perkiraan Darwin. Sebaliknya, spesies muncul dan punah tiba-tiba secara bersamaan, dan keanehan ini telah memperkukuh pendapat pendukung teori penciptaan yang menyatakan bahwa tiap-tiap spesies diciptakan oleh Tuhan. (Mark Czarnecki, "The Revival of the Creationist Crusade", MacLean's, January 19, 1981, h. 56.)

Selain itu, tidak ada perbedaan antara fosil berusia ratusan juta tahun lalu dengan keturunan modern mereka. Misalnya, ikan hiu berumur empat ratus juta tahun dengan ikan hiu modern memiliki struktur yang sama persis. Demikian pula, tidak ada perbedaan antara semut berusia seratus juta tahun dengan semut modern, capung berumur seratus tiga puluh lima juta tahun dengan capung modern, penyu berusia seratus juta tahun dengan penyu modern, atau kelelawar berumur lima puluh lima juta tahun dengan kelelawar modern.

Begitulah, semua makhluk hidup diciptakan oleh Allah masing-masing secara terpisah, dan tidak mengalami evolusi apa pun setelah mereka diciptakan.
»»  baca lanjutannya sob .. ..

RAMBUT DAN UBAN

Suatu hari yang cerah, teman kamu Dzikry mau mencukur rambutnya yang mulai gondrong. Bersama kakek, Dzikry pergi ke barber shop, tempat cukur rambut. Saat sedang dicukur, ia memperhatikan helaian rambut hitamnya yang berjatuhan. Ddzikry menoleh ke arah kakek yang menungguinya dan memperhatikan rambut kakek yang hampir semuanya berwarna putih. Dalam benaknya muncul pertanyaan mengapa warna rambut bisa berubah. Eh, apa teman-teman juga pernah bertanya-tanya, kenapa sih muncul uban?

Pada umumnya seiring dengan bertambahnya usia seseorang, warna rambutnya yang hitam pun mulai berubah menjadi putih, yang biasa kita sebut “uban”. Kemunculan uban ternyata erat kaitannya dengan pigmen (zat warna) rambut yang disebut dengan melanin. Ada dua jenis melanin yaitu eumelanin yang berwarna hitam atau coklat tua, dan pheomelanin yang berwarna kuning kemerah-merahan. Dua zat warna ini dibuat oleh sejenis sel yang disebut melanocyte yang terletak di pangkal rambut dan di bagian dasar dari lapisan kulit terluar atau epidermis. Kata para ahli, produksi pigmen rambut dikontrol oleh gen, yang salah satunya bernama gen MC1R.

Jadi, sekarang teman-teman tahu kan, apa sebabnya rambut bisa berubah warna dari hitam menjadi putih? Ya, benar, itu karena tak ada lagi zat pewarna (melanin) pada rambut. Sementara jika warna rambut belum putih benar (alias abu-abu) artinya masih ada melanin pada rambut, tapi jumlanya sedikit. Selain faktor usia, banyak sedikitnya kandungan melanin pada rambut juga bisa dipengaruhi oleh faktor genetik. Pernah kan teman-teman melihat orang yang sudah beruban, padahal usianya masih 20 tahunan? Dan sebaliknya ada orang yang sudah berusia 60 tahunan tapi rambutnya masih hitam legam. Lho kok, aneh ya? Nah, ternyata dalam kasus seperti itu, faktor genetiklah yang lebih banyak berperan.

Lalu, bagaimana proses hilangnya pigmen dari rambut seseorang? Sampai sekarang, para ahli masih belum punya jawaban yang benar-benar pasti soal ini. Yang jelas, ketika rambut mulai berubah warna ke arah abu-abu, melanocyte (sebagai pabriknya zat warna) masih ada, tapi tidak aktif. Kemudian secara perlahan, jumlah melanocyte semakin berkurang hingga akhirnya tak ada lagi melanin yang diproduksi.

Teman-teman, tahukan kamu bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan sangat sempurna. Mari perhatikan tubuh kita, mulai dari ujung rambut hingga ke ujung jari kaki, terdapat ribuan, bahkan jutaan bagian-bagian kecil dan rumit yang membentuk tubuh kita. Ketiadaan satu bagian saja dapat membuat tubuh kita mnejadi tidak sempurna dan berfungsi dengan baik. Subhanallah ya, Mahasuci Allah, Sang Mahasempurna.

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur. (QS. An Nahl, 16:78)
»»  baca lanjutannya sob .. ..

RAMBUT DAN UBAN

Suatu hari yang cerah, teman kamu Dzikry mau mencukur rambutnya yang mulai gondrong. Bersama kakek, Dzikry pergi ke barber shop, tempat cukur rambut. Saat sedang dicukur, ia memperhatikan helaian rambut hitamnya yang berjatuhan. Ddzikry menoleh ke arah kakek yang menungguinya dan memperhatikan rambut kakek yang hampir semuanya berwarna putih. Dalam benaknya muncul pertanyaan mengapa warna rambut bisa berubah. Eh, apa teman-teman juga pernah bertanya-tanya, kenapa sih muncul uban?

Pada umumnya seiring dengan bertambahnya usia seseorang, warna rambutnya yang hitam pun mulai berubah menjadi putih, yang biasa kita sebut “uban”. Kemunculan uban ternyata erat kaitannya dengan pigmen (zat warna) rambut yang disebut dengan melanin. Ada dua jenis melanin yaitu eumelanin yang berwarna hitam atau coklat tua, dan pheomelanin yang berwarna kuning kemerah-merahan. Dua zat warna ini dibuat oleh sejenis sel yang disebut melanocyte yang terletak di pangkal rambut dan di bagian dasar dari lapisan kulit terluar atau epidermis. Kata para ahli, produksi pigmen rambut dikontrol oleh gen, yang salah satunya bernama gen MC1R.

Jadi, sekarang teman-teman tahu kan, apa sebabnya rambut bisa berubah warna dari hitam menjadi putih? Ya, benar, itu karena tak ada lagi zat pewarna (melanin) pada rambut. Sementara jika warna rambut belum putih benar (alias abu-abu) artinya masih ada melanin pada rambut, tapi jumlanya sedikit. Selain faktor usia, banyak sedikitnya kandungan melanin pada rambut juga bisa dipengaruhi oleh faktor genetik. Pernah kan teman-teman melihat orang yang sudah beruban, padahal usianya masih 20 tahunan? Dan sebaliknya ada orang yang sudah berusia 60 tahunan tapi rambutnya masih hitam legam. Lho kok, aneh ya? Nah, ternyata dalam kasus seperti itu, faktor genetiklah yang lebih banyak berperan.

Lalu, bagaimana proses hilangnya pigmen dari rambut seseorang? Sampai sekarang, para ahli masih belum punya jawaban yang benar-benar pasti soal ini. Yang jelas, ketika rambut mulai berubah warna ke arah abu-abu, melanocyte (sebagai pabriknya zat warna) masih ada, tapi tidak aktif. Kemudian secara perlahan, jumlah melanocyte semakin berkurang hingga akhirnya tak ada lagi melanin yang diproduksi.

Teman-teman, tahukan kamu bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan sangat sempurna. Mari perhatikan tubuh kita, mulai dari ujung rambut hingga ke ujung jari kaki, terdapat ribuan, bahkan jutaan bagian-bagian kecil dan rumit yang membentuk tubuh kita. Ketiadaan satu bagian saja dapat membuat tubuh kita mnejadi tidak sempurna dan berfungsi dengan baik. Subhanallah ya, Mahasuci Allah, Sang Mahasempurna.

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur. (QS. An Nahl, 16:78)
»»  baca lanjutannya sob .. ..

KATAK ISTIMEWA

Seperti halnya manusia, induk katak juga memiliki perilaku merawat anak-anaknya. Begitu telaten mereka menjaga telur-telur hingga menetas dan menjadi berudu. Bahkan, induk katak dari berbagai jenis memiliki beragam cara yang unik untuk menjaga agar berudu-berudu keturunan mereka tetap bertahan hidup.


Katak meninggalkan telur mereka yang telah dibuahi di tempat-tempat lembab. Kemudian, telur menetaskan berudu yang mempunyai kepala dan ekor besar. Pada saat itu, berudu menumbuhkan tangan-tangan dan kaki dan bayi-bayi membentuk tubuh katak. Akhirnya, pertumbuhan terhenti ketika ekor lenyap. 
Katak adalah makhluk yang diciptakan Allah untuk dapat bertahan hidup di berbagai lingkungan. Mereka dapat hidup di setiap benua, kecuali Antartika. Lingkungan hidupnya pun beragam. Ada yang hidup di padang pasir, hutan, padang rumput, bahkan di Himalaya dan Andes, yang ketinggiannya melebihi 16.500 kaki (5.000 meter). Walau demikian, kebanyakan katak dapat ditemui di wilayah-wilayah tropis.

Pada dasarnya katak berkembang biak dengan bertelur dan pertumbuhan berudu. Setelah dikeluarkan oleh induk betinanya, telur-telur itu menetas menjadi berudu, lalu lama kelamaan berudu tumbuh menjadi katak. Dalam masa perkembangan antara menetasnya telur hingga berkembangnya berudu menjadi katak, anak-anak katak ini membutuhkan penjagaan induknya untuk dapat bertahan hidup.

Di Kostarika, ada katak jenis “Panah Beracun” yang sangat sabar mengawasi dan menunggu telur-telur yang akan menetas. Sang katak sampai rela menunggui calon anaknya itu selama 10 hingga 12 hari. Dengan usaha yang luar biasa, berudu yang baru lahir memanjat dan menempel di punggung induknya dengan erat sehingga terlihat menyatu. Kemudian sang induk memanjat sejenis pohon dan meletakkan anaknya ke dalam bunga yang ada di pohon itu. Bunga itulah tempat hidup baru untuk berudu. Induk katak memilihkannya karena bunga tersebut berbentuk seperti piala, menganga dan berisi air. Cukup aman untuk pertumbuhan berudu. Tahukah anda bahwa sang induk yang begitu telaten merawat telur dan memindahkannya setelah menetas adalah katak Panah Beracun jantan? Pada jenis lain, induk betina atau kedua induklah yang melakukannya.

Karena tidak terdapat makanan di perairan tersebut, sang induk sering menempatkan telur-telurnya yang belum dibuahi di dalam bunga tersebut untuk katak-katak yang baru lahir tadi. Berudu memakan telur-telur ini, yang kaya akan protein dan karbohidrat.



[Dari kiri ke kanan] Katak panah beracun hidup di Kosta Rika (1). Katak jantan terus menjaga telur-telur hingga menetas. Berudu yang baru lahir mulai memanjat ke punggung ibunya dengan usaha yang luar biasa.(2) Usaha memanjat ini berakhir ketika mereka akhirnya berhasil menemukan kantong khusus di punggung ibunya, tempat berudu itu seolah-olah menyatu dengannya (3). Kemudian sang ibu sendiri mulai mencoba memanjat. Tahap ini berakhir ketika ia mencapai bunga-bunga dari jenis bromelia (bromeliaceae). Bunga-bunga pohon ini berbentuk seperti piala yang menunjuk langit, dan berisi air. Sang ibu mengeluarkan berudu ke dalam bunga ini, tempat mereka dibesarkan dengan aman.(4)


Ada lagi katak “Gladiator”. Untuk melindungi keluarganya, katak-katak jantan mereka dilengkapi dengan jalu, semacam jepitan di ibu jarinya, yang digunakan untuk menyobek kulit katak jantan lain yang mengganggu.

Di Afrika, katak kecil Nectophyrne afra jantan membuat “kolam” dari lumpur yang diisi air di pinggiran danau atau pada sungai berarus lambat. Katak ini membuat lapisan tipis di permukaan air agar telur-telur dapat menempel sendiri. Dengan cara ini, telur dapat berada di permukaan air untuk menghirup oksigen. Sayangnya, jika ada getaran kecil akibat gerakan katak lain atau capung yang melewatinya, selaput ini mudah rusak dan menenggelamkan telur ke dasar air sehingga akan membuat telur-telur mati karena kekurangan oksigen. Karenanya induk katak berusaha melindungi anak-anaknya dengan memukulkan kakinya ke air untuk menambah aliran oksigen melalui selaput telur


Katak Rheobatrachus yang melahirkan dari mulutnya.
Jenis lain, ada yang disebut katak “Kaca” karena bentuknya yang bening. Katak Kaca tidak mengawasi telurnya. Allah mengilhamkan cara lain kepada katak ini. Mereka meninggalkan sekelompok telur di bebatuan dan tumbuhan pada danau tropis atau sungai-sungai. Ketika telur tersebut menetas, berudu langsung jatuh ke air.

Adalah katak Rheobatrachus silus, contoh dari rancangan sempurna ciptaan Allah yang memiliki cara berkembang biak yang luar biasa. Katak betina Rheobatrachus menelan telur-telurnya setelah dibuahi, bukan untuk memakannya, melainkan untuk melindunginya. Berudu yang menetas tetap berada dan tumbuh di dalam lambung selama enam minggu pertama sejak menetas. Bagaimana mungkin mereka dapat tetap berada di dalam perut induknya begitu lama tanpa tercerna?

Suatu sistem yang sempurna telah diciptakan untuk memungkinkan mereka melakukan itu. Pertama, sang induk berpuasa selama enam minggu, yang berarti lambung dikhususkan hanya untuk berudu. Meskipun demikian, bahaya lainnya adalah pelepasan asam hidroklorat dan pepsin secara teratur di dalam lambung. Zat-zat kimia tersebut tentu akan segera membunuh anak-anak katak ini. Sekalipun begitu, hal ini tercegah karena suatu alat yang sangat khusus. Cairan di dalam lambung induk dinetralkan oleh zat seperti hormon prostaglandin E2, yang mula-mula dikeluarkan oleh cangkang telur dan kemudian oleh berudu. Oleh sebab itu, berudu tumbuh dengan sehat, meskipun mereka berenang di kolam asam.

Bagaimana berudu makan di dalam lambung yang kosong? Pemecahannya pun sudah dipikirkan pula. Telur jenis ini begitu besar dibanding telur jenis lainnya, karena telur ini mengandung kuning telur yang sangat kaya akan protein, yang cukup untuk memberi makan berudu selama enam minggu. Waktu kelahiran pun dirancang sesempurna mungkin pula. Kerongkongan katak betina membuka seperti halnya vagina hewan menyusui selama melahirkan. Ketika katak muda muncul, baik kerongkongan maupun lambung katak betina akan kembali normal dan katak betina pun mulai makan kembali.

Mungkinkah semua hal di atas ada dalam kehidupan katak karena peristiwa alamiah belaka? Mampukah katak memperoleh segala kesempurnaan sistem perkembangbiakannya dengan sendirinya, atau karena warisan nenek moyangnya, dan tanpa tampur sengaja kekuatan lain di luar alam ini, sebagaimana pandangan teori evolusi? Jawabannya adalah mustahil. Semua hal di atas adalah pertanda yang jelas bahwa makhluk hidup telah diciptakan oleh Allah dan diarahkan dengan naluri yang diilhamkan-Nya kepada mereka. Untuk itulah manusia diseru agar meneliti dengan seksama ciptaan Allah di alam:

Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini (QS. Al Jaatsiyah, 45:4)
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Percobaan Miller

“Miller tampak tak terkesan dengan teori-teori terkini yang diajukan tentang asal usul kehidupan, dan menganggapnya sebagai “omong kosong” atau “kimia di atas kertas.” …Miller mengakui bahwa para ilmuwan mungkin tak pernah tahu dengan pasti di mana dan kapan kehidupan berawal.”

Penelitian yang paling diterima luas tentang asal usul kehidupan adalah percobaan yang dilakukan peneliti Amerika, Stanley Miller, di tahun 1953. (Percobaan ini juga dikenal sebagai “percobaan Urey-Miller” karena sumbangsih pembimbing Miller di University of Chicago, Harold Urey). Percobaan inilah satu-satunya “bukti” milik para evolusionis yang digunakan untuk membuktikan pendapat tentang “evolusi kimiawi”. Mereka mengemukakannya sebagai tahapan awal proses evolusi yang mereka yakini, yang akhirnya memunculkan kehidupan.

Melalui percobaan, Stanley Miller bertujuan membuktikan bahwa di bumi yang tak berkehidupan miliaran tahun lalu, asam amino, satuan molekul pembentuk protein, dapat terbentuk dengan sendirinya secara alamiah tanpa campur tangan sengaja apa pun di luar kekuatan alam. Dalam percobaannya, Miller menggunakan campuran gas yang ia yakini terdapat pada bumi purba (yang kemudian terbukti tidak tepat). Campuran ini terdiri dari gas amonia, metana, hidrogen, dan uap air. Karena gas-gas ini takkan saling bereaksi dalam lingkungan alamiah, ia menambahkan energi ke dalamnya untuk memicu reaksi antar gas-gas tersebut. Dengan beranggapan energi ini dapat berasal dari petir pada atmosfer purba, ia menggunakan arus listrik untuk tujuan tersebut.

Miller memanaskan campuran gas ini pada suhu 100 derajat C selama seminggu dan menambahkan arus listrik. Di akhir minggu, Miller memeriksa zat-zat kimia yang telah terbentuk di dasar tabung, dan mengamati bahwa tiga dari dua puluh asam amino yang menyusun unsur-unsur pembentuk protein telah dihasilkan.

Percobaan ini memunculkan kegembiraan luar biasa di kalangan evolusionis, dan dikemukakan sebagai sebuah keberhasilan besar. Lebih dari itu, dalam kegembiraan yang berlebihan, beragam media cetak memuat judul utama seperti “Miller menciptakan kehidupan.” Padahal, yang berhasil dibuat Miller hanyalah sejumlah kecil molekul-molekul tak hidup. Namun sejak saat itu, percobaan Miller terbukti keliru dalam banyak hal.

GUGURNYA PERCOBAAN MILLER

Ditujukan untuk membuktikan bahwa asam amino dapat terbentuk dengan sendirinya dalam lingkungan menyerupai bumi purba, Percobaan Miller malah mengandung ketidaksesuaian dalam sejumlah hal:


Kini, Miller pun menerima bahwa percobaannya di tahun 1953 belum mampu menjelaskan asal usul kehidupan.
1- Dengan menggunakan mekanisme yang disebut “perangkap dingin”, Miller memisahkan molekul-molekul asam amino dari lingkungan, segera setelah terbentuk. Andai ia tidak melakukannya, keadaan lingkungan tempat asam amino terbentuk akan segera merusak molekul-molekul tersebut.

Tidak diragukan, mekanisme pemisahan sengaja seperti ini tidaklah ada pada bumi purba. Padahal, tanpa mekanisme seperti ini, sekalipun satu saja asam amino didapatkan, molekul tersebut akan cepat menjadi rusak. Ahli kimia, Richard Bliss, mengungkapkan ketidaksesuaian ini:

“Sebenarnya, tanpa perangkap ini, zat-zat kimia yang dihasilkan akan dirusak oleh sumber energi.” (Richard B. Bliss, Gary E. Parker, Duane T. Gish, Origin of Life, C.L.P. Publications, 3rd ed., California, 1990, h. 14-15.)

Dan benar adanya, dalam percobaan-percobaan sebelumnya, Miller tidak mampu membuat satu pun asam amino dari bahan-bahan yang sama tanpa mekanisme perangkap dingin.

2- Atmosfer purba yang Miller coba tiru dalam percobaannya tidaklah sesuai dengan kenyataan. Di tahun 1980-an, para ilmuwan sepakat bahwa seharusnya gas nitrogen dan karbon dioksidalah yang digunakan dalam lingkungan buatan itu dan bukan metana serta amonia.

Lalu, kenapa Miller bersikukuh menggunakan gas-gas ini? Jawabannya sederhana: tanpa amonia, mustahil membuat asam amino apa pun. Kevin Mc Kean berbicara tentang hal ini dalam sebuah tulisan di majalah Discover:

Miller dan Urey meniru atmosfer purbakala di bumi dengan campuran metana dan amonia. …Namun, dalam kajian-kajian terakhir, telah diketahui bahwa bumi sangatlah panas kala itu, dan tersusun atas nikel dan besi leleh. Karenanya, atmosfer kimiawi di masa itu sebagian besarnya haruslah tersusun atas nitrogen (N2), karbon dioksida (CO2), dan uap air (H2O). Tapi gas-gas ini tidaklah sepenting metana dan amonia bagi pembentukan molekul-molekul organik (Kevin Mc Kean, Bilim ve Teknik (Science and Technology), no. 189, h. 7.)

Ilmuwan Amerika, J. P. Ferris dan C. T. Chen mengulangi percobaan Miller dengan menggunakan lingkungan atmosfer yang berisi karbon dioksida, hidrogen, nitrogen, dan uap air; dan mereka tidak mampu mendapatkan bahkan satu saja molekul asam amino. (J. P. Ferris, C. T. Chen, "Photochemistry of Methane, Nitrogen, and Water Mixture As a Model for the Atmosphere of the Primitive Earth," Journal of American Chemical Society, vol. 97:11, 1975, h. 2964.)

3- Satu hal penting lain yang menggugurkan percobaan Miller adalah tersedianya cukup oksigen yang mampu merusak seluruh asam amino di atmosfer ketika molekul ini diyakini telah terbentuk. Kenyataan ini, yang diabaikan oleh Miller, diungkap oleh sisa-sisa besi teroksidasi yang ditemukan di bebatuan yang diperkirakan berusia 3,5 miliar tahun. ("New Evidence on Evolution of Early Atmosphere and Life," Bulletin of the American Meteorological Society, vol. 63, November 1982, h. 1328-1330.)

Terdapat sejumlah temuan yang menunjukkan bahwa kadar oksigen di atmosfer kala itu jauh lebih tinggi daripada yang sebelumnya dinyatakan para evolusionis. Berbagai penelitian juga menunjukkan, jumlah radiasi ultraviolet yang kala itu mengenai bumi adalah 10.000 lebih tinggi daripada perkiraan para evolusionis. Radiasi kuat ini dipastikan telah membebaskan oksigen dengan cara menguraikan uap air dan karbon dioksida di atmosfer.

Keadaan ini sama sekali bertentangan dengan percobaan Miller, di mana oksigen sama sekali diabaikan. Jika oksigen digunakan dalam percobaannya, metana akan teruraikan menjadi karbon dioksida dan air, dan amonia akan menjadi nitrogen dan air. Sebaliknya, di lingkungan bebas oksigen, takkan ada pula lapisan ozon; sehingga asam-asam amino akan segera rusak karena terkena sinar ultraviolet yang paling kuat tanpa perlindungan dari lapisan ozon. Dengan kata lain, dengan atau tanpa oksigen di bumi purba, hasilnya adalah lingkungan mematikan yang bersifat merusak bagi asam amino.

4- Di akhir percobaan Miller, terbentuk pula banyak asam organik yang bersifat merusak struktur dan fungsi makhluk hidup. Jika saja asam-asam amino tidak dipisahkan, dan dibiarkan pada lingkungan yang sama bersama zat-zat kimia ini, maka perusakan atau perubahan asam-asam amino menjadi senyawa-senyawa lain melalui berbagai reaksi kimia takkan terhindarkan.

Terlebih lagi, percobaan Miller juga menghasilkan asam-asam amino dekstro. Dihasilkannya asam-asam amino jenis ini dengan sendirinya menggugurkan teori tersebut, sebab asam amino dekstro tidak dapat digunakan bagi pembentukan makhluk hidup. Kesimpulannya, lingkungan yang menjadikan terbentuknya asam amino pada percobaan Miller tidaklah sesuai untuk kehidupan. Pada kenyataannya, medium ini berwujud campuran asam yang merusak dan mengoksidasi molekul-molekul berguna yang dihasilkan.

Semua fakta ini menunjukkan pada satu kebenaran nyata: percobaan Miller tidak dapat membuktikan bahwa makhluk hidup terbentuk dengan sendirinya tanpa sengaja karena pengaruh lingkungan menyerupai bumi purba. Keseluruhan percobaan itu tak lebih dari sekedar percobaan laboratorium yang terkendali untuk membuat asam-asam amino. Kenyataannya, dengan percobaannya, Miller menghancurkan pernyataan evolusi bahwa “kehidupan terbentuk akibat peristiwa-peristiwa tak disengaja.” Sebab, jika percobaan itu dianggap membuktikan sesuatu, maka itu adalah bahwa asam amino hanya dapat terbentuk di lingkungan laboratorium yang terkendali di mana semua kondisinya secara khusus dirancang melalui campur tangan sengaja.

Kini, percobaan Miller sama sekali diabaikan oleh para ilmuwan evolusionis sekalipun. Di jurnal ilmiah terkenal evolusionis, Earth, pernyataan berikut muncul dalam sebuah tulisan berjudul “Life’s Crucible”:

Ahli geologi sekarang beranggapan bahwa atmosfer purba utamanya terdiri dari karbon dioksida dan nitrogen, gas-gas yang lebih sulit bereaksi daripada yang digunakan dalam percobaan tahun 1953. Dan bahkan seandainya atmosfer Miller pernah ada, bagaimana Anda mendapatkan molekul-molekul sederhana seperti asam amino melalui perubahan-perubahan kimiawi yang diperlukan yang akan mengubahnya menjadi senyawa-senyawa yang lebih rumit, atau polimer, semacam protein? Miller sendiri menyerah di seputar teka teki ini. “Ini adalah masalah,” ia mendesah dengan gusar. “Bagaimana Anda membuat polimer? Itu tidaklah mudah.” ("Life's Crucible," Earth, February 1998, h. 34.)

John Horgan, dalam bukunya The End of Science (Akhir dari Ilmu Pengetahuan), menuturkan bahwa Stanley Miller memandang teori-teori yang dikemukakan di kemudian hari tentang asal usul kehidupan sungguh tidak berarti:

Nyatanya, hampir 40 tahun setelah percobaan aslinya, Miller mengatakan kepada saya bahwa memecahkan teka teki tentang asal usul kehidupan ternyata lebih sulit dari yang ia atau orang lain pernah bayangkan…Miller tampak tak terkesan dengan teori-teori terkini yang diajukan tentang asal usul kehidupan, dan menganggapnya sebagai “omong kosong” atau “kimia di atas kertas.” Ia begitu mengabaikan sejumlah hipotesis sehingga, ketika saya tanya pendapatnya tentang hipotesis itu, ia hanya menggelengkan kepala, mendesah dalam-dalam, dan tertawa terkekeh-kekeh – seolah terliputi oleh kebodohan manusia…Miller mengakui bahwa para ilmuwan mungkin tak pernah tahu dengan pasti di mana dan kapan kehidupan berawal. (Horgan, John, The End of Science, MA Addison-Wesley, 1996, h. 139.)

Inilah pengakuan Miller yang sesungguhnya. Anehnya, mengapa percobaan Miller masih saja dimuat di buku-buku pelajaran dan dianggap sebagai bukti penting asal usul kehidupan secara kimiawi? Ini sekali lagi menunjukkan betapa evolusi bukanlah teori ilmiah, melainkan keyakinan buta yang tetap dipertahankan meskipun bukti menunjukkan hal sebaliknya.


»»  baca lanjutannya sob .. ..

Percobaan Miller

“Miller tampak tak terkesan dengan teori-teori terkini yang diajukan tentang asal usul kehidupan, dan menganggapnya sebagai “omong kosong” atau “kimia di atas kertas.” …Miller mengakui bahwa para ilmuwan mungkin tak pernah tahu dengan pasti di mana dan kapan kehidupan berawal.”

Penelitian yang paling diterima luas tentang asal usul kehidupan adalah percobaan yang dilakukan peneliti Amerika, Stanley Miller, di tahun 1953. (Percobaan ini juga dikenal sebagai “percobaan Urey-Miller” karena sumbangsih pembimbing Miller di University of Chicago, Harold Urey). Percobaan inilah satu-satunya “bukti” milik para evolusionis yang digunakan untuk membuktikan pendapat tentang “evolusi kimiawi”. Mereka mengemukakannya sebagai tahapan awal proses evolusi yang mereka yakini, yang akhirnya memunculkan kehidupan.

Melalui percobaan, Stanley Miller bertujuan membuktikan bahwa di bumi yang tak berkehidupan miliaran tahun lalu, asam amino, satuan molekul pembentuk protein, dapat terbentuk dengan sendirinya secara alamiah tanpa campur tangan sengaja apa pun di luar kekuatan alam. Dalam percobaannya, Miller menggunakan campuran gas yang ia yakini terdapat pada bumi purba (yang kemudian terbukti tidak tepat). Campuran ini terdiri dari gas amonia, metana, hidrogen, dan uap air. Karena gas-gas ini takkan saling bereaksi dalam lingkungan alamiah, ia menambahkan energi ke dalamnya untuk memicu reaksi antar gas-gas tersebut. Dengan beranggapan energi ini dapat berasal dari petir pada atmosfer purba, ia menggunakan arus listrik untuk tujuan tersebut.

Miller memanaskan campuran gas ini pada suhu 100 derajat C selama seminggu dan menambahkan arus listrik. Di akhir minggu, Miller memeriksa zat-zat kimia yang telah terbentuk di dasar tabung, dan mengamati bahwa tiga dari dua puluh asam amino yang menyusun unsur-unsur pembentuk protein telah dihasilkan.

Percobaan ini memunculkan kegembiraan luar biasa di kalangan evolusionis, dan dikemukakan sebagai sebuah keberhasilan besar. Lebih dari itu, dalam kegembiraan yang berlebihan, beragam media cetak memuat judul utama seperti “Miller menciptakan kehidupan.” Padahal, yang berhasil dibuat Miller hanyalah sejumlah kecil molekul-molekul tak hidup. Namun sejak saat itu, percobaan Miller terbukti keliru dalam banyak hal.

GUGURNYA PERCOBAAN MILLER

Ditujukan untuk membuktikan bahwa asam amino dapat terbentuk dengan sendirinya dalam lingkungan menyerupai bumi purba, Percobaan Miller malah mengandung ketidaksesuaian dalam sejumlah hal:


Kini, Miller pun menerima bahwa percobaannya di tahun 1953 belum mampu menjelaskan asal usul kehidupan.
1- Dengan menggunakan mekanisme yang disebut “perangkap dingin”, Miller memisahkan molekul-molekul asam amino dari lingkungan, segera setelah terbentuk. Andai ia tidak melakukannya, keadaan lingkungan tempat asam amino terbentuk akan segera merusak molekul-molekul tersebut.

Tidak diragukan, mekanisme pemisahan sengaja seperti ini tidaklah ada pada bumi purba. Padahal, tanpa mekanisme seperti ini, sekalipun satu saja asam amino didapatkan, molekul tersebut akan cepat menjadi rusak. Ahli kimia, Richard Bliss, mengungkapkan ketidaksesuaian ini:

“Sebenarnya, tanpa perangkap ini, zat-zat kimia yang dihasilkan akan dirusak oleh sumber energi.” (Richard B. Bliss, Gary E. Parker, Duane T. Gish, Origin of Life, C.L.P. Publications, 3rd ed., California, 1990, h. 14-15.)

Dan benar adanya, dalam percobaan-percobaan sebelumnya, Miller tidak mampu membuat satu pun asam amino dari bahan-bahan yang sama tanpa mekanisme perangkap dingin.

2- Atmosfer purba yang Miller coba tiru dalam percobaannya tidaklah sesuai dengan kenyataan. Di tahun 1980-an, para ilmuwan sepakat bahwa seharusnya gas nitrogen dan karbon dioksidalah yang digunakan dalam lingkungan buatan itu dan bukan metana serta amonia.

Lalu, kenapa Miller bersikukuh menggunakan gas-gas ini? Jawabannya sederhana: tanpa amonia, mustahil membuat asam amino apa pun. Kevin Mc Kean berbicara tentang hal ini dalam sebuah tulisan di majalah Discover:

Miller dan Urey meniru atmosfer purbakala di bumi dengan campuran metana dan amonia. …Namun, dalam kajian-kajian terakhir, telah diketahui bahwa bumi sangatlah panas kala itu, dan tersusun atas nikel dan besi leleh. Karenanya, atmosfer kimiawi di masa itu sebagian besarnya haruslah tersusun atas nitrogen (N2), karbon dioksida (CO2), dan uap air (H2O). Tapi gas-gas ini tidaklah sepenting metana dan amonia bagi pembentukan molekul-molekul organik (Kevin Mc Kean, Bilim ve Teknik (Science and Technology), no. 189, h. 7.)

Ilmuwan Amerika, J. P. Ferris dan C. T. Chen mengulangi percobaan Miller dengan menggunakan lingkungan atmosfer yang berisi karbon dioksida, hidrogen, nitrogen, dan uap air; dan mereka tidak mampu mendapatkan bahkan satu saja molekul asam amino. (J. P. Ferris, C. T. Chen, "Photochemistry of Methane, Nitrogen, and Water Mixture As a Model for the Atmosphere of the Primitive Earth," Journal of American Chemical Society, vol. 97:11, 1975, h. 2964.)

3- Satu hal penting lain yang menggugurkan percobaan Miller adalah tersedianya cukup oksigen yang mampu merusak seluruh asam amino di atmosfer ketika molekul ini diyakini telah terbentuk. Kenyataan ini, yang diabaikan oleh Miller, diungkap oleh sisa-sisa besi teroksidasi yang ditemukan di bebatuan yang diperkirakan berusia 3,5 miliar tahun. ("New Evidence on Evolution of Early Atmosphere and Life," Bulletin of the American Meteorological Society, vol. 63, November 1982, h. 1328-1330.)

Terdapat sejumlah temuan yang menunjukkan bahwa kadar oksigen di atmosfer kala itu jauh lebih tinggi daripada yang sebelumnya dinyatakan para evolusionis. Berbagai penelitian juga menunjukkan, jumlah radiasi ultraviolet yang kala itu mengenai bumi adalah 10.000 lebih tinggi daripada perkiraan para evolusionis. Radiasi kuat ini dipastikan telah membebaskan oksigen dengan cara menguraikan uap air dan karbon dioksida di atmosfer.

Keadaan ini sama sekali bertentangan dengan percobaan Miller, di mana oksigen sama sekali diabaikan. Jika oksigen digunakan dalam percobaannya, metana akan teruraikan menjadi karbon dioksida dan air, dan amonia akan menjadi nitrogen dan air. Sebaliknya, di lingkungan bebas oksigen, takkan ada pula lapisan ozon; sehingga asam-asam amino akan segera rusak karena terkena sinar ultraviolet yang paling kuat tanpa perlindungan dari lapisan ozon. Dengan kata lain, dengan atau tanpa oksigen di bumi purba, hasilnya adalah lingkungan mematikan yang bersifat merusak bagi asam amino.

4- Di akhir percobaan Miller, terbentuk pula banyak asam organik yang bersifat merusak struktur dan fungsi makhluk hidup. Jika saja asam-asam amino tidak dipisahkan, dan dibiarkan pada lingkungan yang sama bersama zat-zat kimia ini, maka perusakan atau perubahan asam-asam amino menjadi senyawa-senyawa lain melalui berbagai reaksi kimia takkan terhindarkan.

Terlebih lagi, percobaan Miller juga menghasilkan asam-asam amino dekstro. Dihasilkannya asam-asam amino jenis ini dengan sendirinya menggugurkan teori tersebut, sebab asam amino dekstro tidak dapat digunakan bagi pembentukan makhluk hidup. Kesimpulannya, lingkungan yang menjadikan terbentuknya asam amino pada percobaan Miller tidaklah sesuai untuk kehidupan. Pada kenyataannya, medium ini berwujud campuran asam yang merusak dan mengoksidasi molekul-molekul berguna yang dihasilkan.

Semua fakta ini menunjukkan pada satu kebenaran nyata: percobaan Miller tidak dapat membuktikan bahwa makhluk hidup terbentuk dengan sendirinya tanpa sengaja karena pengaruh lingkungan menyerupai bumi purba. Keseluruhan percobaan itu tak lebih dari sekedar percobaan laboratorium yang terkendali untuk membuat asam-asam amino. Kenyataannya, dengan percobaannya, Miller menghancurkan pernyataan evolusi bahwa “kehidupan terbentuk akibat peristiwa-peristiwa tak disengaja.” Sebab, jika percobaan itu dianggap membuktikan sesuatu, maka itu adalah bahwa asam amino hanya dapat terbentuk di lingkungan laboratorium yang terkendali di mana semua kondisinya secara khusus dirancang melalui campur tangan sengaja.

Kini, percobaan Miller sama sekali diabaikan oleh para ilmuwan evolusionis sekalipun. Di jurnal ilmiah terkenal evolusionis, Earth, pernyataan berikut muncul dalam sebuah tulisan berjudul “Life’s Crucible”:

Ahli geologi sekarang beranggapan bahwa atmosfer purba utamanya terdiri dari karbon dioksida dan nitrogen, gas-gas yang lebih sulit bereaksi daripada yang digunakan dalam percobaan tahun 1953. Dan bahkan seandainya atmosfer Miller pernah ada, bagaimana Anda mendapatkan molekul-molekul sederhana seperti asam amino melalui perubahan-perubahan kimiawi yang diperlukan yang akan mengubahnya menjadi senyawa-senyawa yang lebih rumit, atau polimer, semacam protein? Miller sendiri menyerah di seputar teka teki ini. “Ini adalah masalah,” ia mendesah dengan gusar. “Bagaimana Anda membuat polimer? Itu tidaklah mudah.” ("Life's Crucible," Earth, February 1998, h. 34.)

John Horgan, dalam bukunya The End of Science (Akhir dari Ilmu Pengetahuan), menuturkan bahwa Stanley Miller memandang teori-teori yang dikemukakan di kemudian hari tentang asal usul kehidupan sungguh tidak berarti:

Nyatanya, hampir 40 tahun setelah percobaan aslinya, Miller mengatakan kepada saya bahwa memecahkan teka teki tentang asal usul kehidupan ternyata lebih sulit dari yang ia atau orang lain pernah bayangkan…Miller tampak tak terkesan dengan teori-teori terkini yang diajukan tentang asal usul kehidupan, dan menganggapnya sebagai “omong kosong” atau “kimia di atas kertas.” Ia begitu mengabaikan sejumlah hipotesis sehingga, ketika saya tanya pendapatnya tentang hipotesis itu, ia hanya menggelengkan kepala, mendesah dalam-dalam, dan tertawa terkekeh-kekeh – seolah terliputi oleh kebodohan manusia…Miller mengakui bahwa para ilmuwan mungkin tak pernah tahu dengan pasti di mana dan kapan kehidupan berawal. (Horgan, John, The End of Science, MA Addison-Wesley, 1996, h. 139.)

Inilah pengakuan Miller yang sesungguhnya. Anehnya, mengapa percobaan Miller masih saja dimuat di buku-buku pelajaran dan dianggap sebagai bukti penting asal usul kehidupan secara kimiawi? Ini sekali lagi menunjukkan betapa evolusi bukanlah teori ilmiah, melainkan keyakinan buta yang tetap dipertahankan meskipun bukti menunjukkan hal sebaliknya.


»»  baca lanjutannya sob .. ..

Pemalsuan Ilmu Pengetahuan

Amerika Serikat merupakan negara di mana sebagian kalangan ilmuwannya sangat gencar melancarkan gerakan anti-evolusi hingga detik ini. Berdasarkan dengan bukti-bukti ilmiah terkini, para profesor, doktor, dan kalangan akademisi ini menemukan teori evolusi tidaklah absah secara ilmiah. Malahan, mereka berhasil membongkar berbagai pemalsuan dan kecurangan yang dimuat di sejumlah literatur ilmiah, termasuk buku-buku pelajaran, demi mendukung teori yang tidak terbukti: evolusi. Kegiatan mereka ini sempat dimuat di harian terkenal di Amerika Serikat, the New York Times, 8 April 2001, dengan judul “Biology Text Illustrations More Fiction Than Fact” (Gambar-Gambar di Buku Pelajaran Biologi, Lebih Fiksi daripada Fakta). James Glanz, sang penulis, memaparkan:

Secara khusus, para pendukung gagasan perancangan (lawan evolusi, pent.) mengutip gambar-gambar abad ke-19 buatan biologiwan Jerman, Ernst Haeckel, yang mengemukakan bahwa tahapan-tahapan awal perkembangan embrio dari banyak hewan, termasuk manusia, hampir sama persis, dan berkembang menjadi wujud berbeda hanya di tahap kemudian. Ia mengatakan, kemiripan itu membuktikan bahwa seluruh hewan memiliki satu nenek moyang bersama.

Gambar-gambar itu disalin ulang dari satu buku pelajaran ke buku pelajaran lainnya selama lebih dari seabad.

Namun, beberapa tahun lalu para ahli biologi menemukan bahwa banyak dari gambar-gambar tersebut palsu, dan kemiripan-kemiripan yang sesungguhnya tidaklah sebesar itu. Akan tetapi, sejumlah buku-buku pelajaran masih saja memuatnya.

Salah satu buku pelajaran yang memuat gambar-gambar cacat tersebut adalah edisi ketiga buku Molecular Biology of the Cell (Biologi Molekuler Sel), buku acuan utama di bidang tersebut. Penulisnya meliputi Dr. Bruce Alberts, pakar biokimia yang juga presiden the National Academy of Sciences (Lembaga Ilmu Pengetahuan Nasional), dan Dr. James D. Watson, ahli genetika yang memperoleh Hadiah Nobel bagi prestasinya dalam mengungkap struktur molekul DNA.

Dalam sebuah wawancara… Dr. Alberts mengatakan gambar-gambar tersebut akan dihilangkan dalam edisi keempat buku pelajaran tersebut, yang akan terbit di penghujung tahun ini (2001, pent.)…

Sungguh mengundang tanda tanya besar, bagaimana bisa pemalsuan ini dapat dipertahankan sebagai fakta ilmiah selama lebih dari seabad? Dan bagaimana mungkin ilmuwan sekaliber Dr. James Watson dan Dr. Alberts bisa sampai memuat gambar-gambar rekayasa itu dalam karya besarnya? Ilmu pengetahuan tidak sepatutnya mempertahankan teori atau bukti yang nyata-nyata telah keliru, apalagi sampai menampilkannya sebagai bukti ilmiah selama seratus tahun.


Ernst Haeckel, salah seorang pemalsu terbesar dalam sejarah ilmu pengetahuan. Ketika pemalsuan yang dilakukannya terbongkar, ia berkata: “Setelah pengakuan yang memalukan atas "pemalsuan" ini, saya sepatutnya menganggap diri saya tercela dan tak berguna, seandainya saya tidak merasa terhibur oleh adanya ratusan "orang hukuman" yang senasib dengan saya, di antaranya terdapat para pengamat paling terpercaya dan para ahli biologi paling terhormat. Kebanyakan dari semua gambar yang ada pada buku-buku pelajaran, makalah dan jurnal biologi terbaik, hingga tingkat yang sama, menanggung dakwaan "pemalsuan", karena semua gambar itu tidak pasti, banyak sedikitnya sudah diubah-ubah, diatur dan dirancang. “ (Francis Hitching, The Neck of the Giraffe: Where Darwin Went Wrong, Ticknor and Fields, New York, 1982, h. 204.) 
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Pemalsuan Ilmu Pengetahuan

Amerika Serikat merupakan negara di mana sebagian kalangan ilmuwannya sangat gencar melancarkan gerakan anti-evolusi hingga detik ini. Berdasarkan dengan bukti-bukti ilmiah terkini, para profesor, doktor, dan kalangan akademisi ini menemukan teori evolusi tidaklah absah secara ilmiah. Malahan, mereka berhasil membongkar berbagai pemalsuan dan kecurangan yang dimuat di sejumlah literatur ilmiah, termasuk buku-buku pelajaran, demi mendukung teori yang tidak terbukti: evolusi. Kegiatan mereka ini sempat dimuat di harian terkenal di Amerika Serikat, the New York Times, 8 April 2001, dengan judul “Biology Text Illustrations More Fiction Than Fact” (Gambar-Gambar di Buku Pelajaran Biologi, Lebih Fiksi daripada Fakta). James Glanz, sang penulis, memaparkan:

Secara khusus, para pendukung gagasan perancangan (lawan evolusi, pent.) mengutip gambar-gambar abad ke-19 buatan biologiwan Jerman, Ernst Haeckel, yang mengemukakan bahwa tahapan-tahapan awal perkembangan embrio dari banyak hewan, termasuk manusia, hampir sama persis, dan berkembang menjadi wujud berbeda hanya di tahap kemudian. Ia mengatakan, kemiripan itu membuktikan bahwa seluruh hewan memiliki satu nenek moyang bersama.

Gambar-gambar itu disalin ulang dari satu buku pelajaran ke buku pelajaran lainnya selama lebih dari seabad.

Namun, beberapa tahun lalu para ahli biologi menemukan bahwa banyak dari gambar-gambar tersebut palsu, dan kemiripan-kemiripan yang sesungguhnya tidaklah sebesar itu. Akan tetapi, sejumlah buku-buku pelajaran masih saja memuatnya.

Salah satu buku pelajaran yang memuat gambar-gambar cacat tersebut adalah edisi ketiga buku Molecular Biology of the Cell (Biologi Molekuler Sel), buku acuan utama di bidang tersebut. Penulisnya meliputi Dr. Bruce Alberts, pakar biokimia yang juga presiden the National Academy of Sciences (Lembaga Ilmu Pengetahuan Nasional), dan Dr. James D. Watson, ahli genetika yang memperoleh Hadiah Nobel bagi prestasinya dalam mengungkap struktur molekul DNA.

Dalam sebuah wawancara… Dr. Alberts mengatakan gambar-gambar tersebut akan dihilangkan dalam edisi keempat buku pelajaran tersebut, yang akan terbit di penghujung tahun ini (2001, pent.)…

Sungguh mengundang tanda tanya besar, bagaimana bisa pemalsuan ini dapat dipertahankan sebagai fakta ilmiah selama lebih dari seabad? Dan bagaimana mungkin ilmuwan sekaliber Dr. James Watson dan Dr. Alberts bisa sampai memuat gambar-gambar rekayasa itu dalam karya besarnya? Ilmu pengetahuan tidak sepatutnya mempertahankan teori atau bukti yang nyata-nyata telah keliru, apalagi sampai menampilkannya sebagai bukti ilmiah selama seratus tahun.


Ernst Haeckel, salah seorang pemalsu terbesar dalam sejarah ilmu pengetahuan. Ketika pemalsuan yang dilakukannya terbongkar, ia berkata: “Setelah pengakuan yang memalukan atas "pemalsuan" ini, saya sepatutnya menganggap diri saya tercela dan tak berguna, seandainya saya tidak merasa terhibur oleh adanya ratusan "orang hukuman" yang senasib dengan saya, di antaranya terdapat para pengamat paling terpercaya dan para ahli biologi paling terhormat. Kebanyakan dari semua gambar yang ada pada buku-buku pelajaran, makalah dan jurnal biologi terbaik, hingga tingkat yang sama, menanggung dakwaan "pemalsuan", karena semua gambar itu tidak pasti, banyak sedikitnya sudah diubah-ubah, diatur dan dirancang. “ (Francis Hitching, The Neck of the Giraffe: Where Darwin Went Wrong, Ticknor and Fields, New York, 1982, h. 204.) 
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Melanisme Industri

Ketika sumber-sumber evolusionis dikaji, akan pasti didapati bahwa contoh tentang ngengat di Inggris selama Revolusi Industri, dicantumkan sebagai bukti evolusi melalui seleksi alam. Dalam buku pelajaran, majalah dan bahkan sumber-sumber akademis, hal ini dikemukakan sebagai bukti paling nyata bagi peristiwa evolusi yang teramati di alam. Meskipun sebenarnya bukti tersebut tidak ada kaitannya dengan evolusi sama sekali.

Sebelumnya, mari kita ingat kembali apa yang sebenarnya dikemukakan: Menurut kisahnya, sekitar permulaan Revolusi Industri di Inggris, kulit batang pohon di sekitar kota Manchester berwarna sangat terang. Karenanya, ngengat warna gelap yang menghinggapi pepohonan tersebut, mudah dikenali burung-burung pemangsanya. Dengan demikian, ngengat gelap berkemungkinan sangat kecil untuk bertahan hidup. Lima puluh tahun kemudian, di hutan-hutan di mana polusi industri telah membunuh lumut kerak, kulit batang pepohonan menjadi lebih gelap, dan kini ngengat warna cerah menjadi yang paling dimangsa, karena paling mudah terlihat. Akibatnya, perbandingan antara jumlah ngengat warna cerah dengan yang berwarna gelap menjadi semakin kecil. Para pendukung evolusi mempercayainya sebagai sebuah bukti sangat penting yang mendukung teori mereka. Mereka malah berlindung dan menghibur diri dengan mengemukakan hal ini sebagai peristiwa ber-“evolusi”-nya ngengat warna cerah menjadi ngengat warna gelap.


Contoh penggelapan warna karena pengaruh industri jelas bukan bukti evolusi, sebab proses ini tidak memunculkan jenis ngengat baru. Seleksi hanya terjadi di antara varietas yang telah ada.


Namun demikian, walaupun kita percaya bahwa peristiwa berubahnya populasi ngengat ini benar, seharusnya sudah sangat jelas bahwa ngengat-ngengat ini tidak bisa dijadikan bukti bagi teori evolusi. Hal ini karena bentuk atau jenis makhluk hidup baru yang sebelumnya belum pernah ada tidaklah dihasilkan pada peristiwa ini. Ngengat warna gelap telah ada dalam populasi ngengat sebelum Revolusi Industri berlangsung. Hanya perbandingan jumlah varitas ngengatlah yang berubah, dan bukan bentuk atau jenis ngengatnya; dengan kata lain tidak ada evolusi apa pun yang terjadi. Ngengat tidak mendapatkan sifat atau organ baru, yang mengarah ke pembentukan spesies baru (spesiasi). Agar suatu spesies ngengat dapat berubah menjadi spesies lain, misalnya burung, harus ada penambahan baru pada gen-gennya. Itu berarti, suatu program genetis yang benar-benar berbeda harus dimasukkan ke dalam sel-sel ngengat agar memuat informasi tentang ciri-ciri fisik burung.


Gambar yang memperlihatkan batang pohon yang dihinggapi ngengat pra-Revolusi Industri (atas), dan saat berlangsungnya Revolusi Industri (bawah). Karena batang pohon menjadi semakin gelap, burung semakin mudah memangsa ngengat warna terang sehingga populasinya menurun. Namun ini bukanlah contoh “evolusi”, sebab tak satu pun spesies baru yang dihasilkan; yang terjadi hanyalah berubahnya perbandingan populasi dua ngengat berwarna beda yang sudah ada sebelumnya dalam satu spesies ngengat yang juga telah ada sebelumnya.

Ini adalah jawaban untuk menyanggah kisah evolusionis tentang “Melanisme Industri”. Namun, ada satu sisi yang lebih menarik dari kisah ini: Tidak hanya penafsirannya, tetapi kisah itu sendiri pun ternyata cacat. Sebagaimana penjelasan seorang ahli biologi molekuler Amerika, Jonathan Wells, dalam bukunya Icons of Evolution: Why Much of What We Teach About Evolution Is Wrong (Lambang-Lambang Evolusi: Mengapa Banyak dari Apa yang Kita Ajarkan tentang Evolusi adalah Salah), cerita tentang ngengat ini dimuat di setiap buku biologi pro-evolusi, karenanya menjadi sebuah “lambang” dengan pengertian ini. Menurutnya, kisah tersebut tidak memiliki nilai kebenaran. Wells mengulas dalam bukunya bagaimana percobaan Bernard Kettlewell, yang dikenal sebagai “bukti percobaan” yang mendukung kisah tersebut, kenyataanya adalah sebuah skandal ilmiah. Sejumlah bagian mendasar dari skandal ini adalah:

•Banyak percobaan yang dilakukan menyusul percobaan Kettlewell mengungkap bahwa hanya satu dari beragam ngengat ini yang hinggap pada batang pokok pohon, dan selebihnya yang lain lebih suka hinggap di bawah dahan kecil yang horisontal. Sejak tahun 1980 telah diketahui dengan jelas bahwa ngengat tidak biasanya hinggap di batang pokok pohon. Selama 25 tahun penelitian di lapangan, banyak ilmuwan seperti Cyril Clarke dan Rory Howlett, Michael Majerus, Tony Liebert, dan Paul Brakefield menyimpulkan bahwa dalam percobaan Kettwell, ngengat dipaksa berperilaku tidak seperti biasanya (tidak alamiah). Oleh karena itu, hasil percobaan tersebut tidak dapat dibenarkan secara ilmiah.

•Para Ilmuwan yang menguji kesimpulan Kettlewell menemukan hasil yang justru lebih menarik: Walaupun jumlah ngengat warna terang diperkirakan berjumlah lebih banyak di daerah-daerah yang kurang terkena polusi di Inggris, ngengat warna gelap di sana ternyata justru berjumlah empat kali lebih banyak daripada ngengat warna terang. Ini berarti tidak terdapat hubungan antara populasi ngengat dengan batang pokok pepohonan sebagaimana yang dikatakan Kettlewell dan diulang-ulang oleh hampir semua sumber evolusi.

•Saat penelitian ini diperdalam, skandal ini pun semakin menjadi-jadi: “Ngengat pada batang pokok pohon” yang dipotret oleh Kettlewell, sebenarnya adalah ngengat yang telah mati. Kettlewell menggunakan spesimen ngengat mati yang dilem atau direkatkan pada batang pokok pepohonan dan kemudian memotretnya. Sebenarnya, sangat kecil kemungkinannya untuk mengambil gambar seperti itu karena ngengat tidak hinggap di batang pokok pohon, melainkan di bawah dedaunan.

Berbagai kenyataan ini diungkap oleh masyarakat ilmiah hanya di akhir tahun1990-an. Runtuhnya dongeng Melanisme Industri, yang telah menjadi salah satu pokok bahasan terpenting dalam mata kuliah “Pendahuluan tentang Teori Evolusi” di berbagai universitas selama puluhan tahun, sangat mengecewakan para evolusionis. Salah seorang dari mereka, Jerry Coyne, mengatakan:

Tanggapan saya sendiri menyerupai kekecewaan yang mengiringi temuan saya, pada umur 6 tahun, ternyata ayah sayalah yang mebawa hadiah di malam natal dan bukan Santa. (Jerry Coyne, "Not Black and White", a review of Michael Majerus's Melanism: Evolution in Action, Nature, 396, 1988, h. 35-36.)

Demikianlah, “contoh paling terkenal dari seleksi alam” telah terhempaskan ke tumpukan sampah sejarah sebagai sebuah skandal ilmiah – sesuatu yang tak terelakkan, sebab, bertentangan dengan pernyataan evolusionis, seleksi alam bukanlah sebuah “mekanisme evolusi”.

Singkatnya, seleksi alam tidak mampu menambahkan atau menghilangkan organ baru pada makhluk hidup, serta tidak pula mampu merubah suatu spesies menjadi spesies lain. Bukti “terbesar” yang diajukan sejak masa Darwin, tidak mampu beranjak lebih jauh dari sekedar dongeng “Melanisme Industri” pada ngengat di Inggris.
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Melanisme Industri

Ketika sumber-sumber evolusionis dikaji, akan pasti didapati bahwa contoh tentang ngengat di Inggris selama Revolusi Industri, dicantumkan sebagai bukti evolusi melalui seleksi alam. Dalam buku pelajaran, majalah dan bahkan sumber-sumber akademis, hal ini dikemukakan sebagai bukti paling nyata bagi peristiwa evolusi yang teramati di alam. Meskipun sebenarnya bukti tersebut tidak ada kaitannya dengan evolusi sama sekali.

Sebelumnya, mari kita ingat kembali apa yang sebenarnya dikemukakan: Menurut kisahnya, sekitar permulaan Revolusi Industri di Inggris, kulit batang pohon di sekitar kota Manchester berwarna sangat terang. Karenanya, ngengat warna gelap yang menghinggapi pepohonan tersebut, mudah dikenali burung-burung pemangsanya. Dengan demikian, ngengat gelap berkemungkinan sangat kecil untuk bertahan hidup. Lima puluh tahun kemudian, di hutan-hutan di mana polusi industri telah membunuh lumut kerak, kulit batang pepohonan menjadi lebih gelap, dan kini ngengat warna cerah menjadi yang paling dimangsa, karena paling mudah terlihat. Akibatnya, perbandingan antara jumlah ngengat warna cerah dengan yang berwarna gelap menjadi semakin kecil. Para pendukung evolusi mempercayainya sebagai sebuah bukti sangat penting yang mendukung teori mereka. Mereka malah berlindung dan menghibur diri dengan mengemukakan hal ini sebagai peristiwa ber-“evolusi”-nya ngengat warna cerah menjadi ngengat warna gelap.


Contoh penggelapan warna karena pengaruh industri jelas bukan bukti evolusi, sebab proses ini tidak memunculkan jenis ngengat baru. Seleksi hanya terjadi di antara varietas yang telah ada.


Namun demikian, walaupun kita percaya bahwa peristiwa berubahnya populasi ngengat ini benar, seharusnya sudah sangat jelas bahwa ngengat-ngengat ini tidak bisa dijadikan bukti bagi teori evolusi. Hal ini karena bentuk atau jenis makhluk hidup baru yang sebelumnya belum pernah ada tidaklah dihasilkan pada peristiwa ini. Ngengat warna gelap telah ada dalam populasi ngengat sebelum Revolusi Industri berlangsung. Hanya perbandingan jumlah varitas ngengatlah yang berubah, dan bukan bentuk atau jenis ngengatnya; dengan kata lain tidak ada evolusi apa pun yang terjadi. Ngengat tidak mendapatkan sifat atau organ baru, yang mengarah ke pembentukan spesies baru (spesiasi). Agar suatu spesies ngengat dapat berubah menjadi spesies lain, misalnya burung, harus ada penambahan baru pada gen-gennya. Itu berarti, suatu program genetis yang benar-benar berbeda harus dimasukkan ke dalam sel-sel ngengat agar memuat informasi tentang ciri-ciri fisik burung.


Gambar yang memperlihatkan batang pohon yang dihinggapi ngengat pra-Revolusi Industri (atas), dan saat berlangsungnya Revolusi Industri (bawah). Karena batang pohon menjadi semakin gelap, burung semakin mudah memangsa ngengat warna terang sehingga populasinya menurun. Namun ini bukanlah contoh “evolusi”, sebab tak satu pun spesies baru yang dihasilkan; yang terjadi hanyalah berubahnya perbandingan populasi dua ngengat berwarna beda yang sudah ada sebelumnya dalam satu spesies ngengat yang juga telah ada sebelumnya.

Ini adalah jawaban untuk menyanggah kisah evolusionis tentang “Melanisme Industri”. Namun, ada satu sisi yang lebih menarik dari kisah ini: Tidak hanya penafsirannya, tetapi kisah itu sendiri pun ternyata cacat. Sebagaimana penjelasan seorang ahli biologi molekuler Amerika, Jonathan Wells, dalam bukunya Icons of Evolution: Why Much of What We Teach About Evolution Is Wrong (Lambang-Lambang Evolusi: Mengapa Banyak dari Apa yang Kita Ajarkan tentang Evolusi adalah Salah), cerita tentang ngengat ini dimuat di setiap buku biologi pro-evolusi, karenanya menjadi sebuah “lambang” dengan pengertian ini. Menurutnya, kisah tersebut tidak memiliki nilai kebenaran. Wells mengulas dalam bukunya bagaimana percobaan Bernard Kettlewell, yang dikenal sebagai “bukti percobaan” yang mendukung kisah tersebut, kenyataanya adalah sebuah skandal ilmiah. Sejumlah bagian mendasar dari skandal ini adalah:

•Banyak percobaan yang dilakukan menyusul percobaan Kettlewell mengungkap bahwa hanya satu dari beragam ngengat ini yang hinggap pada batang pokok pohon, dan selebihnya yang lain lebih suka hinggap di bawah dahan kecil yang horisontal. Sejak tahun 1980 telah diketahui dengan jelas bahwa ngengat tidak biasanya hinggap di batang pokok pohon. Selama 25 tahun penelitian di lapangan, banyak ilmuwan seperti Cyril Clarke dan Rory Howlett, Michael Majerus, Tony Liebert, dan Paul Brakefield menyimpulkan bahwa dalam percobaan Kettwell, ngengat dipaksa berperilaku tidak seperti biasanya (tidak alamiah). Oleh karena itu, hasil percobaan tersebut tidak dapat dibenarkan secara ilmiah.

•Para Ilmuwan yang menguji kesimpulan Kettlewell menemukan hasil yang justru lebih menarik: Walaupun jumlah ngengat warna terang diperkirakan berjumlah lebih banyak di daerah-daerah yang kurang terkena polusi di Inggris, ngengat warna gelap di sana ternyata justru berjumlah empat kali lebih banyak daripada ngengat warna terang. Ini berarti tidak terdapat hubungan antara populasi ngengat dengan batang pokok pepohonan sebagaimana yang dikatakan Kettlewell dan diulang-ulang oleh hampir semua sumber evolusi.

•Saat penelitian ini diperdalam, skandal ini pun semakin menjadi-jadi: “Ngengat pada batang pokok pohon” yang dipotret oleh Kettlewell, sebenarnya adalah ngengat yang telah mati. Kettlewell menggunakan spesimen ngengat mati yang dilem atau direkatkan pada batang pokok pepohonan dan kemudian memotretnya. Sebenarnya, sangat kecil kemungkinannya untuk mengambil gambar seperti itu karena ngengat tidak hinggap di batang pokok pohon, melainkan di bawah dedaunan.

Berbagai kenyataan ini diungkap oleh masyarakat ilmiah hanya di akhir tahun1990-an. Runtuhnya dongeng Melanisme Industri, yang telah menjadi salah satu pokok bahasan terpenting dalam mata kuliah “Pendahuluan tentang Teori Evolusi” di berbagai universitas selama puluhan tahun, sangat mengecewakan para evolusionis. Salah seorang dari mereka, Jerry Coyne, mengatakan:

Tanggapan saya sendiri menyerupai kekecewaan yang mengiringi temuan saya, pada umur 6 tahun, ternyata ayah sayalah yang mebawa hadiah di malam natal dan bukan Santa. (Jerry Coyne, "Not Black and White", a review of Michael Majerus's Melanism: Evolution in Action, Nature, 396, 1988, h. 35-36.)

Demikianlah, “contoh paling terkenal dari seleksi alam” telah terhempaskan ke tumpukan sampah sejarah sebagai sebuah skandal ilmiah – sesuatu yang tak terelakkan, sebab, bertentangan dengan pernyataan evolusionis, seleksi alam bukanlah sebuah “mekanisme evolusi”.

Singkatnya, seleksi alam tidak mampu menambahkan atau menghilangkan organ baru pada makhluk hidup, serta tidak pula mampu merubah suatu spesies menjadi spesies lain. Bukti “terbesar” yang diajukan sejak masa Darwin, tidak mampu beranjak lebih jauh dari sekedar dongeng “Melanisme Industri” pada ngengat di Inggris.
»»  baca lanjutannya sob .. ..

KEPALSUAN BIOLOGI

"[Gambar-gambar Haeckel] ini tampaknya sedang menjadi salah satu pemalsuan paling terkenal dalam biologi,"…
(Science, 5 September 1997)

Apa yang biasa disebut sebagai “teori rekapitulasi” sudah sejak lama dihapuskan dari tulisan-tulisan ilmiah. Anehnya, bahasan ini tetap saja ditampilkan sebagai sebuah kebenaran ilmiah oleh sejumlah terbitan evolusionis. Istilah “rekapitulasi” (yang berarti pengulangan kembali secara lebih singkat) adalah ringkasan dari pernyataan “ontogeni merekapitulasi filogeni”, yang diajukan oleh ahli biologi evolusi Jerman, Ernst Haeckel, di akhir abad kesembilan belas. Ontogeni adalah tahap-tahap pertumbuhan embrio, sedangkan filogeni adalah hubungan kekerabatan hewan menurut perjalanan evolusi yang biasa digambarkan dalam bentuk diagram pohon beserta cabang- cabangnya.

Teori Haeckel ini menyatakan bahwa embrio-embrio makhluk hidup mengalami kembali proses evolusi yang dialami oleh nenek moyang mereka, yang diduga ada. Ia berpendapat bahwa selama perkembangannya dalam rahim sang ibu, embrio manusia awalnya memperlihatkan ciri seekor ikan, lalu seekor reptil, dan akhirnya menyerupai seorang manusia.

Telah lama dibuktikan bahwa teori ini sama sekali palsu. Kini diketahui, insang” yang diyakini terbentuk di tahap awal embrio manusia ternyata adalah bentuk-bentuk awal dari saluran telinga bagian tengah, kelenjar timus dan paratiroid. Bagian embrio yang diserupakan sebagai “kantung kuning telur” ternyata sebuah kantung yang menghasilkan darah bagi bayi. Bagian yang dianggap sebagai “ekor” oleh Haeckel dan para pengikutnya ternyata adalah tulang belakang, yang menyerupai ekor hanya karena terbentuk lebih dulu daripada kaki.

Ini adalah fakta-fakta ilmiah yang diakui luas kebenarannya di dunia ilmiah, dan diterima bahkan oleh kalangan evolusionis sendiri. Dua pendukung neo-Darwinisme terkemuka, George Gaylord Simpson dan W. Beck mengakui:

Haeckel salah menyatakan prinsip evolusi yang dipakai. Sekarang dengan mantap telah dikukuhkan bahwa ontogeni tidak mengulangi filogeni. (G. G. Simpson, W. Beck, An Introduction to Biology, Harcourt Brace and World, New York, 1965, h. 241)


Dengan gambar-gambar embrio palsunya, Ernst Haeckel menipu dunia ilmu pengetahuan selama sekitar satu abad. 
Di bawah ini dimuat dalam sebuah tulisan di New Scientist tertanggal 16 Oktober 1999:

[Haeckel] menamakan ini sebagai hukum biogenetika, dan gagasan ini kemudian secara luas disebut sebagai rekapitulasi. Faktanya, hukum Haeckel yang tegas itu tak lama kemudian terbukti keliru. Misalnya, embrio manusia tahap awal tidak pernah memiliki insang yang berfungsi seperti ikan, dan tak pernah melewati tahapan-tahapan yang menyerupai kera atau reptil dewasa. (Ken McNamara, "Embryos and Evolution," New Scientist, vol. 12416, 16 October 1999. (penekanan ditambahkan))

Dalam tulisan yang dimuat di American Scientist, kita membaca:

Sungguh, hukum biogenetika itu sudah benar-benar mati. Hukum ini akhirnya dihilangkan dari buku pelajaran biologi pada tahun lima puluhan. Sebagai sebuah pokok pengkajian teoritis yang serius, hukum ini ini sudah punah di tahun dua puluhan… (Keith S. Thomson, "Ontogeny and Phylogeny Recapitulated," American Scientist, vol. 76, May/June 1988, h. 273.)

Sisi menarik lain dari “rekapitulasi” adalah sosok Ernst Haeckel itu sendiri, sang pemalsu yang merekayasa gambar-gambarnya demi mendukung teori yang ia ajukan. Pemalsuan oleh Haeckel ditujukan untuk menampilkan kesan bahwa embrio manusia dan ikan memiliki kemiripan satu sama lain. Ketika terungkap, satu-satunya pembelaan yang ia kemukakan adalah perkataan bahwa para evolusionis lain telah melakukan perbuatan serupa:

Setelah pengakuan yang memalukan atas "pemalsuan" ini, saya sepatutnya menganggap diri saya tercela dan tak berguna, seandainya saya tidak merasa terhibur oleh adanya ratusan "orang hukuman" yang senasib dengan saya, di antaranya terdapat para pengamat paling terpercaya dan para ahli biologi paling terhormat. Kebanyakan dari semua gambar yang ada pada buku-buku pelajaran, makalah dan jurnal biologi terbaik, hingga tingkat yang sama, menanggung dakwaan "pemalsuan", karena semua gambar itu tidak pasti, banyak sedikitnya sudah diubah-ubah, diatur dan dirancang. (Francis Hitching, The Neck of the Giraffe: Where Darwin Went Wrong, Ticknor and Fields, New York, 1982, h. 204.)


Gambar-gambar palsu buatan Haeckel.
Dalam jurnal ilmiah terkenal Science edisi 5 September 1997, dimuat sebuah tulisan yang mengungkap bahwa gambar embrio Haeckel adalah hasil penipuan. Tulisan itu, yang diberi judul "Haeckel's Embryos: Fraud Rediscovered" (Embrio-Embrio Haeckel: Pemalsuan yang Terungkap Lagi) menyatakan berikut ini:

Kesan yang diberikan [oleh gambar-gambar Haeckel], yang menyatakan bahwa semua embrio itu persis sama, adalah salah, ungkap Michael Richardson, seorang ahli embriologi di Fakultas Kedokteran St. George's di London… Demikianlah, ia dan rekan-rekannya melakukan sendiri suatu penelitian pembandingan, memeriksa ulang dan memotret beberapa embrio, yang berasal dari spesies dan umur yang kira-kira setara dengan gambar Haeckel. Nyatalah bahwa semua embrio itu "seringkali tampak benar-benar berbeda luar biasa", lapor Richardson dalam [jurnal] Anatomy and Embryology, terbitan bulan Agustus. (Elizabeth Pennisi, "Haeckel's Embryos: Fraud Rediscovered," Science, 5 September, 1997. (penekanan ditambahkan))

Jurnal Science menjelaskan, agar dapat menunjukkan bahwa embrio-embrio itu mirip, Haeckel dengan sengaja menghilangkan sebagian organ dari gambar-gambar buatannya atau menambahkan organ-organ rekaan. Kemudian di artikel yang sama, informasi berikut ini terungkap:


Dalam edisi 5 September 1997, jurnal terkenal Science menerbitkan sebuah tulisan yang mengungkap bahwa gambar-gambar buatan Haeckel telah dipalsukan. Tulisan tersebut memaparkan bagaimana embrio-embrio tersebut ternyata sangat berbeda satu sama lain.
Haeckel tidak saja menambah dan mengurangi sejumlah bagian, lapor Richardson dan rekan-rekannya, tetapi ia juga memalsukan ukurannya untuk melebih-lebihkan kesamaan di antara spesies, meskipun terdapat perbedaan ukuran sebesar 10 kali. Terlebih, Haeckel menyamarkan perbedaan dengan cara tidak menyebutkan nama spesies dalam banyak kasus, seakan-akan satu contoh saja sudah benar-benar cukup untuk mewakili satu kelompok hewan secara keseluruhan. Nyatanya, Richardson dan rekan-rekannya mencermati, bahkan embrio hewan dari jenis-jenis yang erat hubungannya sekali pun, misalnya ikan, agak berlainan dalam rupa serta jalur perkembangannya. "[Gambar-gambar Haeckel] ini tampaknya sedang menjadi salah satu pemalsuan paling terkenal dalam biologi," Richardson menyimpulkan. (Elizabeth Pennisi, "Haeckel's Embryos: Fraud Rediscovered," Science, 5 September, 1997. (penekanan ditambahkan))

Tulisan di jurnal Science itu meneruskan dengan memperbincangkan bagaimana pengakuan-pengakuan Haeckel seputar masalah ini disembunyikan sejak awal abad yang lalu, dan bagaimana gambar-gambar palsu itu mulai ditampilkan di buku-buku pelajaran sebagai fakta ilmiah:

Pengakuan Haeckel menghilang setelah gambar-gambar buatannya kemudian digunakan dalam sebuah buku tahun 1901 berjudul Darwin and After Darwin dan ditampilkan ulang secara luas dalam buku-buku pelajaran biologi berbahasa Inggris. (Elizabeth Pennisi, "Haeckel's Embryos: Fraud Rediscovered," Science, 5 September, 1997. (penekanan ditambahkan))


Sejumlah pengamatan di tahun-tahun belakangan mengungkap bahwa embrio-embrio spesies yang berbeda tidaklah menyerupai satu sama lain, sebagaimana yang Haeckel coba tampilkan. Sejumlah perbedaan besar antara embrio mamalia, reptil, dan kelelawar di atas adalah contoh nyata tentang hal ini.

Singkatnya, meskipun gambar-gambar Haeckel yang telah dipalsukan merupakan fakta yang telah terungkap di tahun 1901, namun dunia ilmu pengetahuan masih saja ditipu olehnya selama sekitar satu abad. Jika evolusi merupakan fakta ilmiah, mengapa para evolusionis yang tidak mampu menemukan buktinya malah merekayasa atau memalsukan bukti? Ini berarti mereka lebih mengedepankan dogma atau ideologi daripada ilmu pengetahuan. Mereka yang menganut keyakinan evolusionis secara tak sadar telah menyatakan pesan penting: Evolusi bukanlah ilmu pengetahuan, melainkan dogma, keyakinan buta yang terus mereka coba pertahankan, walaupun fakta ilmiah membuktikan sebaliknya
»»  baca lanjutannya sob .. ..