Selasa, 17 Mei 2011

Do'a sang juara

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 5 [Nessyams,rijal,Khafidz,Mufti dan sikembar] orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobilmainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Nessyams. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 5 [Nessyams,rijal,Khafidz,Mufti dan sikembar] anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Nessyams lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.

Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Nessyams bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 5 [Nessyams,rijal,Khafidz,Mufti dan sikembar] mobil, dengan 5 [Nessyams,rijal,Khafidz,Mufti dan sikembar] “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 5 [Nessyams,Khafidz,Mufti dan sikembar] jalur terpisah diantaranya.

Namun, sesaat kemudian, Nessyams meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan tang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, “Ya, aku siap!”.

Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. “Ayo..ayo… cepat..cepat, maju..maju”, begitu teriak mereka. Ahha…sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Nessyams lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Nessyams. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. “Alhamdulillah, Terima kasih.”

Saat pembagian piala tiba. Nessyams maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Allah swt agar kamu menang, bukan?”. Nessyams terdiam. “Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan” kata Nessyams.

Ia lalu melanjutkan, “Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Allah swt untuk menolongmu mengalahkan saudaramu yang lain. “Aku, hanya bermohon pada Allah swt, supaya aku tak menangis, jika aku kalah.” Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.

0 komentar:

Posting Komentar