Senin, 30 Januari 2012

BIO PLASTIK MIKRO

Setiap hari kita sering berurusan dengan plastik, baik sebagai pembungkus makanan, minuman atau benda-benda lain yang kita gunakan. Kita bisa melihat saat truk sampah petugas kebersihan lingkungan lewat. Timbunan plastik menjadi sampah yang akhirnya dibuang begitu saja, tanpa pemanfaatan lebih lanjut agar tidak merusak lingkungan.

Manusia adalah salah satu ciptaan Allah yang berkewajiban menjaga kelestarian lingkungan. Tetapi seperti yang kita lihat dewasa ini, sebagian manusia menjadi serakah dan tak peduli terhadap lingkungan. Mereka memanfaatkan alam sebesar-besarnya dengan dalih demi pembangunan. Padahal sejatinya mereka tengah mengadakan kerusakan di bumi.

Ramah lingkungan

Salah satu permasalahan lingkungan adalah semakin menumpuknya sampah plastik. Industri plastik dunia menghasilkan hampir 35 miliar kg plastik per tahunnya, dan 40%-nya dibuang dengan cara ditimbun tanah. Padahal, sampah plastik tersebut tidak bisa diurai oleh mikroba tanah. Bayangkan penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 220 juta lebih. Pasti terdapat banyak sampah plastik yang dibuang setiap harinya. Padahal, limbah plastik di Indonesia belum ditangani secara baik.



Plastik yang digunakan saat ini berasal dari plastik sintetis buatan pabrik. Bahan baku kimianya yaitu poli-vinil klorida, poli-akrilat, poli-etilen, poli-propilen, poli-stiren dan poli-etilen-tereftalat. Bahan-bahan tersebut tidak dapat dirombak, dihancurkan atau diuraikan oleh mikroba yang tidak mampu menghasilkan enzim atau zat penghancur plastik sintetis. Upaya mengatasi limbah plastik saat ini kebanyakan dilakukan dengan membakar dan mendaur ulang. Namun, pembakaran limbah plastik itu malah berdampak lain, yaitu tercemarnya udara osleh gas-gas hasil pembakaran plastik, di antaranya CO2 dan CO. Di sisi lain pendaur-ulangan hanya mampu menangani sekitar 25% sampah plastik. Pendaur-ulangan plastik biasanya akan menurunkan mutu produk plastik berikutnya.

Masalah pencemaran plastik sangat menarik perhatian para peneliti lingkungan untuk mencari bahan plastik ramah lingkungan. Ini biasa dikenal dengan istilah biodegradable plastics atau bioplastik, yakni plastik yang dapat dirombak secara biologis (oleh mikroba). Salah satunya adalah jenis plastik PHA (polyhidroksialkanoat). PHA dihasilkan oleh sejumlah bakteri di dalam selnya. Selain sebagai cadangan energi dan karbon dalam sel, PHA merupakan senyawa poliester termoplastis bermolekul besar yang terbentuk secara alamiah atau melalui proses bioteknologi.

Banyak spesies bakteri penimbun PHA yang sudah diketahui seperti Alcaligenes eutrophus, Bacillus meggaterium, Pseudomonas cepacia, Azotobacter beijerinckii, Bradyrhizobium japonicum dan beberapa spesies Rhizobium.

Pabrik mikro penghasil bioplastik

Pembuatan PHA di pabrik sudah dilakukan antara lain oleh Imperial Chemical Industri (ICI) sejak tahun 1982 dengan nama dagang BIOPOLTM, menggunakan fermentasi fed-batch skala besar. Penggunaan plastik PHA telah meluas, seperti pada botol sampo, gagang pisau cukur sampai peralatan bidang kedokteran. Namun, penggunaan PHA secara ekonomi belum bisa bersaing dengan produk-produk turunan polioleofilen seperti polipropilen dan polietilen. Salah satu cara mengatasi kendala tersebut adalah dengan mencari mikroba unggul penghasil PHA dan pengguna sumber karbon murah, seperti molase, yakni limbah pengolahan gula tebu

Pemakaian plastik PHA, yang lebih dikenal dengan bioplastik, menguntungkan lingkungan karena mudah terurai, mudah diperbarui, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak dan sebagai bahan pengganti untuk mengatasi masalah pencemaran oleh plastik sintetis.

Demikianlah, Allah telah menciptakan alam dengan sangat sempurna, penuh tujuan dan manfaat. Mikroba penghasil PHA ibarat pabrik terkecil di dunia penghasil plastik yang dapat dimanfaatkan manusia. Manusia mencari pemecahan masalah lingkungan serius dengan menengok ke alam, ke wujud tak kasat mata seperti bakteri. Selain lebih dulu ada di alam sejak ribuan tahun lalu, bioplastik buatan bakteri pun lebih unggul, lebih ramah lingkungan daripada plastik sintetis buatan manusia. Ini adalah bukti bahwa kita sepatutnya tak bersombong diri manakala mampu menciptakan seperangkat teknologi. Sebab, ternyata karya manusia pun tak ada apa-apanya dibanding dengan ciptaan Allah.

0 komentar:

Posting Komentar