Minggu, 29 Januari 2012

Cerminan Dari Tuhan

Salah satu pernyataan terpenting dari teori evolusi adalah bahwa “perjuangan atau pertikaian untuk mempertahankan hidup” merupakan pendorong utama terjadinya perkembangan makhluk hidup di alam. Menurut Darwin, di alam terjadi perkelahian tanpa mengenal belas kasih demi mempertahankan kelangsungan hidup, dan ini adalah sebuah pertikaian yang abadi. Yang kuat selalu mengalahkan yang lemah, dan ini mendorong terjadinya perkembangan. Judul tambahan buku karya Darwin The Origin of Species merangkum pandangan ini: “The Origin of Species by Means of Natural Selection or the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life” (“Asal Usul Spesies melalui Seleksi Alam atau Pelestarian Ras-Ras Pilihan dalam Perjuangan untuk Mempertahankan Hidup.”)

Yang mengilhami Darwin tentang gagasan ini adalah buku karya ekonom Inggris, Thomas Malthus: An Essay on the Principle of Population. Buku ini memperkirakan masa depan yang cukup suram bagi umat manusia. Menurut perhitungan Malthus, jika dibiarkan, populasi manusia akan meningkat dengan sangat cepat. Jumlahnya akan berlipat dua setiap 25 tahun. Namun, persediaan makanan tidak akan bertambah pada laju yang sama. Dalam keadaan ini, manusia menghadapi bahaya kelaparan yang tiada henti. Yang mampu menekan jumlah populasi ini adalah bencana seperti perang, kelaparan, dan penyakit. Singkatnya, agar sebagian orang tetap bertahan hidup, maka sebagian yang lain perlu mati. Kelangsungan hidup berarti “perang tanpa henti”. Menurut Darwin buku Malthuslah yang menjadikannya berpikir tentang perjuangan demi mempertahankan hidup:

Dalam bulan Oktober 1838, yakni 15 bulan setelah saya memulai pengkajian sistematis saya, saya kebetulan membaca buku Malthus tentang kependudukan sekedar untuk hiburan, dan setelah sebelumnya memahami bahwa perjuangan untuk mempertahankan hidup yang rerjadi di mana-mana, berdasarkan pengamatan berulang-ulang terhadap kebiasaan pada binatang dan tumbuhan, saya seketika tersadarkan bahwa keadaan ini mendorong variasi menguntungkan untuk cenderung lestari dan yang tidak menguntungkan akan musnah. Hasilnya adalah pembentukan spesies baru. Di sinilah saya pada akhirnya menemukan sebuah teori yang dapat saya pakai. (Anton Pannekoek, Marxism and Darwinism, Translated by Nathan Weiser, Chicago, Charles H. Kerr &Company, 1912, http://csf.colorado.edu/psn/ marx/Other/Pannekoek/Archive/1912-Darwin/)

Akan tetapi sekitar 150 tahun sejak pernyataan ini, teori evolusi malah semakin terbukti kekeliruannya, sebagaimana salahnya pendapat Malthus. Spesies ternyata tidak dapat berevolusi menjadi spesies lain, sebagaimana dibuktikan oleh catatan fosil maupun oleh berbagai cabang ilmu pengetahuan modern. Seiring dengan hal tersebut, makhluk hidup ternyata tidaklah saling bertikai satu sama lain secara abadi tanpa belas kasih untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka sebagaimana pernyataan teori evolusi Darwin yang menolak peran penciptaan. Alam kehidupan dipenuhi oleh sifat kasih sayang, cinta kasih dan pengorbanan diri terhadap sesamanya. Dan inilah yang menjamin kelestarian spesies-spesies makhluk hidup. Semua ini adalah cerminan dari Pencipta mereka yang telah mengilhamkan dalam diri setiap makhluk hidup ciptaan-Nya rasa cinta kasih, saling bekerja sama dan rela berkorban di antara sesama mereka.

0 komentar:

Posting Komentar