Minggu, 29 Januari 2012

Melanisme Industri

Ketika sumber-sumber evolusionis dikaji, akan pasti didapati bahwa contoh tentang ngengat di Inggris selama Revolusi Industri, dicantumkan sebagai bukti evolusi melalui seleksi alam. Dalam buku pelajaran, majalah dan bahkan sumber-sumber akademis, hal ini dikemukakan sebagai bukti paling nyata bagi peristiwa evolusi yang teramati di alam. Meskipun sebenarnya bukti tersebut tidak ada kaitannya dengan evolusi sama sekali.

Sebelumnya, mari kita ingat kembali apa yang sebenarnya dikemukakan: Menurut kisahnya, sekitar permulaan Revolusi Industri di Inggris, kulit batang pohon di sekitar kota Manchester berwarna sangat terang. Karenanya, ngengat warna gelap yang menghinggapi pepohonan tersebut, mudah dikenali burung-burung pemangsanya. Dengan demikian, ngengat gelap berkemungkinan sangat kecil untuk bertahan hidup. Lima puluh tahun kemudian, di hutan-hutan di mana polusi industri telah membunuh lumut kerak, kulit batang pepohonan menjadi lebih gelap, dan kini ngengat warna cerah menjadi yang paling dimangsa, karena paling mudah terlihat. Akibatnya, perbandingan antara jumlah ngengat warna cerah dengan yang berwarna gelap menjadi semakin kecil. Para pendukung evolusi mempercayainya sebagai sebuah bukti sangat penting yang mendukung teori mereka. Mereka malah berlindung dan menghibur diri dengan mengemukakan hal ini sebagai peristiwa ber-“evolusi”-nya ngengat warna cerah menjadi ngengat warna gelap.


Contoh penggelapan warna karena pengaruh industri jelas bukan bukti evolusi, sebab proses ini tidak memunculkan jenis ngengat baru. Seleksi hanya terjadi di antara varietas yang telah ada.


Namun demikian, walaupun kita percaya bahwa peristiwa berubahnya populasi ngengat ini benar, seharusnya sudah sangat jelas bahwa ngengat-ngengat ini tidak bisa dijadikan bukti bagi teori evolusi. Hal ini karena bentuk atau jenis makhluk hidup baru yang sebelumnya belum pernah ada tidaklah dihasilkan pada peristiwa ini. Ngengat warna gelap telah ada dalam populasi ngengat sebelum Revolusi Industri berlangsung. Hanya perbandingan jumlah varitas ngengatlah yang berubah, dan bukan bentuk atau jenis ngengatnya; dengan kata lain tidak ada evolusi apa pun yang terjadi. Ngengat tidak mendapatkan sifat atau organ baru, yang mengarah ke pembentukan spesies baru (spesiasi). Agar suatu spesies ngengat dapat berubah menjadi spesies lain, misalnya burung, harus ada penambahan baru pada gen-gennya. Itu berarti, suatu program genetis yang benar-benar berbeda harus dimasukkan ke dalam sel-sel ngengat agar memuat informasi tentang ciri-ciri fisik burung.


Gambar yang memperlihatkan batang pohon yang dihinggapi ngengat pra-Revolusi Industri (atas), dan saat berlangsungnya Revolusi Industri (bawah). Karena batang pohon menjadi semakin gelap, burung semakin mudah memangsa ngengat warna terang sehingga populasinya menurun. Namun ini bukanlah contoh “evolusi”, sebab tak satu pun spesies baru yang dihasilkan; yang terjadi hanyalah berubahnya perbandingan populasi dua ngengat berwarna beda yang sudah ada sebelumnya dalam satu spesies ngengat yang juga telah ada sebelumnya.

Ini adalah jawaban untuk menyanggah kisah evolusionis tentang “Melanisme Industri”. Namun, ada satu sisi yang lebih menarik dari kisah ini: Tidak hanya penafsirannya, tetapi kisah itu sendiri pun ternyata cacat. Sebagaimana penjelasan seorang ahli biologi molekuler Amerika, Jonathan Wells, dalam bukunya Icons of Evolution: Why Much of What We Teach About Evolution Is Wrong (Lambang-Lambang Evolusi: Mengapa Banyak dari Apa yang Kita Ajarkan tentang Evolusi adalah Salah), cerita tentang ngengat ini dimuat di setiap buku biologi pro-evolusi, karenanya menjadi sebuah “lambang” dengan pengertian ini. Menurutnya, kisah tersebut tidak memiliki nilai kebenaran. Wells mengulas dalam bukunya bagaimana percobaan Bernard Kettlewell, yang dikenal sebagai “bukti percobaan” yang mendukung kisah tersebut, kenyataanya adalah sebuah skandal ilmiah. Sejumlah bagian mendasar dari skandal ini adalah:

•Banyak percobaan yang dilakukan menyusul percobaan Kettlewell mengungkap bahwa hanya satu dari beragam ngengat ini yang hinggap pada batang pokok pohon, dan selebihnya yang lain lebih suka hinggap di bawah dahan kecil yang horisontal. Sejak tahun 1980 telah diketahui dengan jelas bahwa ngengat tidak biasanya hinggap di batang pokok pohon. Selama 25 tahun penelitian di lapangan, banyak ilmuwan seperti Cyril Clarke dan Rory Howlett, Michael Majerus, Tony Liebert, dan Paul Brakefield menyimpulkan bahwa dalam percobaan Kettwell, ngengat dipaksa berperilaku tidak seperti biasanya (tidak alamiah). Oleh karena itu, hasil percobaan tersebut tidak dapat dibenarkan secara ilmiah.

•Para Ilmuwan yang menguji kesimpulan Kettlewell menemukan hasil yang justru lebih menarik: Walaupun jumlah ngengat warna terang diperkirakan berjumlah lebih banyak di daerah-daerah yang kurang terkena polusi di Inggris, ngengat warna gelap di sana ternyata justru berjumlah empat kali lebih banyak daripada ngengat warna terang. Ini berarti tidak terdapat hubungan antara populasi ngengat dengan batang pokok pepohonan sebagaimana yang dikatakan Kettlewell dan diulang-ulang oleh hampir semua sumber evolusi.

•Saat penelitian ini diperdalam, skandal ini pun semakin menjadi-jadi: “Ngengat pada batang pokok pohon” yang dipotret oleh Kettlewell, sebenarnya adalah ngengat yang telah mati. Kettlewell menggunakan spesimen ngengat mati yang dilem atau direkatkan pada batang pokok pepohonan dan kemudian memotretnya. Sebenarnya, sangat kecil kemungkinannya untuk mengambil gambar seperti itu karena ngengat tidak hinggap di batang pokok pohon, melainkan di bawah dedaunan.

Berbagai kenyataan ini diungkap oleh masyarakat ilmiah hanya di akhir tahun1990-an. Runtuhnya dongeng Melanisme Industri, yang telah menjadi salah satu pokok bahasan terpenting dalam mata kuliah “Pendahuluan tentang Teori Evolusi” di berbagai universitas selama puluhan tahun, sangat mengecewakan para evolusionis. Salah seorang dari mereka, Jerry Coyne, mengatakan:

Tanggapan saya sendiri menyerupai kekecewaan yang mengiringi temuan saya, pada umur 6 tahun, ternyata ayah sayalah yang mebawa hadiah di malam natal dan bukan Santa. (Jerry Coyne, "Not Black and White", a review of Michael Majerus's Melanism: Evolution in Action, Nature, 396, 1988, h. 35-36.)

Demikianlah, “contoh paling terkenal dari seleksi alam” telah terhempaskan ke tumpukan sampah sejarah sebagai sebuah skandal ilmiah – sesuatu yang tak terelakkan, sebab, bertentangan dengan pernyataan evolusionis, seleksi alam bukanlah sebuah “mekanisme evolusi”.

Singkatnya, seleksi alam tidak mampu menambahkan atau menghilangkan organ baru pada makhluk hidup, serta tidak pula mampu merubah suatu spesies menjadi spesies lain. Bukti “terbesar” yang diajukan sejak masa Darwin, tidak mampu beranjak lebih jauh dari sekedar dongeng “Melanisme Industri” pada ngengat di Inggris.

0 komentar:

Posting Komentar