Minggu, 29 Januari 2012

KEPALSUAN BIOLOGI

"[Gambar-gambar Haeckel] ini tampaknya sedang menjadi salah satu pemalsuan paling terkenal dalam biologi,"…
(Science, 5 September 1997)

Apa yang biasa disebut sebagai “teori rekapitulasi” sudah sejak lama dihapuskan dari tulisan-tulisan ilmiah. Anehnya, bahasan ini tetap saja ditampilkan sebagai sebuah kebenaran ilmiah oleh sejumlah terbitan evolusionis. Istilah “rekapitulasi” (yang berarti pengulangan kembali secara lebih singkat) adalah ringkasan dari pernyataan “ontogeni merekapitulasi filogeni”, yang diajukan oleh ahli biologi evolusi Jerman, Ernst Haeckel, di akhir abad kesembilan belas. Ontogeni adalah tahap-tahap pertumbuhan embrio, sedangkan filogeni adalah hubungan kekerabatan hewan menurut perjalanan evolusi yang biasa digambarkan dalam bentuk diagram pohon beserta cabang- cabangnya.

Teori Haeckel ini menyatakan bahwa embrio-embrio makhluk hidup mengalami kembali proses evolusi yang dialami oleh nenek moyang mereka, yang diduga ada. Ia berpendapat bahwa selama perkembangannya dalam rahim sang ibu, embrio manusia awalnya memperlihatkan ciri seekor ikan, lalu seekor reptil, dan akhirnya menyerupai seorang manusia.

Telah lama dibuktikan bahwa teori ini sama sekali palsu. Kini diketahui, insang” yang diyakini terbentuk di tahap awal embrio manusia ternyata adalah bentuk-bentuk awal dari saluran telinga bagian tengah, kelenjar timus dan paratiroid. Bagian embrio yang diserupakan sebagai “kantung kuning telur” ternyata sebuah kantung yang menghasilkan darah bagi bayi. Bagian yang dianggap sebagai “ekor” oleh Haeckel dan para pengikutnya ternyata adalah tulang belakang, yang menyerupai ekor hanya karena terbentuk lebih dulu daripada kaki.

Ini adalah fakta-fakta ilmiah yang diakui luas kebenarannya di dunia ilmiah, dan diterima bahkan oleh kalangan evolusionis sendiri. Dua pendukung neo-Darwinisme terkemuka, George Gaylord Simpson dan W. Beck mengakui:

Haeckel salah menyatakan prinsip evolusi yang dipakai. Sekarang dengan mantap telah dikukuhkan bahwa ontogeni tidak mengulangi filogeni. (G. G. Simpson, W. Beck, An Introduction to Biology, Harcourt Brace and World, New York, 1965, h. 241)


Dengan gambar-gambar embrio palsunya, Ernst Haeckel menipu dunia ilmu pengetahuan selama sekitar satu abad. 
Di bawah ini dimuat dalam sebuah tulisan di New Scientist tertanggal 16 Oktober 1999:

[Haeckel] menamakan ini sebagai hukum biogenetika, dan gagasan ini kemudian secara luas disebut sebagai rekapitulasi. Faktanya, hukum Haeckel yang tegas itu tak lama kemudian terbukti keliru. Misalnya, embrio manusia tahap awal tidak pernah memiliki insang yang berfungsi seperti ikan, dan tak pernah melewati tahapan-tahapan yang menyerupai kera atau reptil dewasa. (Ken McNamara, "Embryos and Evolution," New Scientist, vol. 12416, 16 October 1999. (penekanan ditambahkan))

Dalam tulisan yang dimuat di American Scientist, kita membaca:

Sungguh, hukum biogenetika itu sudah benar-benar mati. Hukum ini akhirnya dihilangkan dari buku pelajaran biologi pada tahun lima puluhan. Sebagai sebuah pokok pengkajian teoritis yang serius, hukum ini ini sudah punah di tahun dua puluhan… (Keith S. Thomson, "Ontogeny and Phylogeny Recapitulated," American Scientist, vol. 76, May/June 1988, h. 273.)

Sisi menarik lain dari “rekapitulasi” adalah sosok Ernst Haeckel itu sendiri, sang pemalsu yang merekayasa gambar-gambarnya demi mendukung teori yang ia ajukan. Pemalsuan oleh Haeckel ditujukan untuk menampilkan kesan bahwa embrio manusia dan ikan memiliki kemiripan satu sama lain. Ketika terungkap, satu-satunya pembelaan yang ia kemukakan adalah perkataan bahwa para evolusionis lain telah melakukan perbuatan serupa:

Setelah pengakuan yang memalukan atas "pemalsuan" ini, saya sepatutnya menganggap diri saya tercela dan tak berguna, seandainya saya tidak merasa terhibur oleh adanya ratusan "orang hukuman" yang senasib dengan saya, di antaranya terdapat para pengamat paling terpercaya dan para ahli biologi paling terhormat. Kebanyakan dari semua gambar yang ada pada buku-buku pelajaran, makalah dan jurnal biologi terbaik, hingga tingkat yang sama, menanggung dakwaan "pemalsuan", karena semua gambar itu tidak pasti, banyak sedikitnya sudah diubah-ubah, diatur dan dirancang. (Francis Hitching, The Neck of the Giraffe: Where Darwin Went Wrong, Ticknor and Fields, New York, 1982, h. 204.)


Gambar-gambar palsu buatan Haeckel.
Dalam jurnal ilmiah terkenal Science edisi 5 September 1997, dimuat sebuah tulisan yang mengungkap bahwa gambar embrio Haeckel adalah hasil penipuan. Tulisan itu, yang diberi judul "Haeckel's Embryos: Fraud Rediscovered" (Embrio-Embrio Haeckel: Pemalsuan yang Terungkap Lagi) menyatakan berikut ini:

Kesan yang diberikan [oleh gambar-gambar Haeckel], yang menyatakan bahwa semua embrio itu persis sama, adalah salah, ungkap Michael Richardson, seorang ahli embriologi di Fakultas Kedokteran St. George's di London… Demikianlah, ia dan rekan-rekannya melakukan sendiri suatu penelitian pembandingan, memeriksa ulang dan memotret beberapa embrio, yang berasal dari spesies dan umur yang kira-kira setara dengan gambar Haeckel. Nyatalah bahwa semua embrio itu "seringkali tampak benar-benar berbeda luar biasa", lapor Richardson dalam [jurnal] Anatomy and Embryology, terbitan bulan Agustus. (Elizabeth Pennisi, "Haeckel's Embryos: Fraud Rediscovered," Science, 5 September, 1997. (penekanan ditambahkan))

Jurnal Science menjelaskan, agar dapat menunjukkan bahwa embrio-embrio itu mirip, Haeckel dengan sengaja menghilangkan sebagian organ dari gambar-gambar buatannya atau menambahkan organ-organ rekaan. Kemudian di artikel yang sama, informasi berikut ini terungkap:


Dalam edisi 5 September 1997, jurnal terkenal Science menerbitkan sebuah tulisan yang mengungkap bahwa gambar-gambar buatan Haeckel telah dipalsukan. Tulisan tersebut memaparkan bagaimana embrio-embrio tersebut ternyata sangat berbeda satu sama lain.
Haeckel tidak saja menambah dan mengurangi sejumlah bagian, lapor Richardson dan rekan-rekannya, tetapi ia juga memalsukan ukurannya untuk melebih-lebihkan kesamaan di antara spesies, meskipun terdapat perbedaan ukuran sebesar 10 kali. Terlebih, Haeckel menyamarkan perbedaan dengan cara tidak menyebutkan nama spesies dalam banyak kasus, seakan-akan satu contoh saja sudah benar-benar cukup untuk mewakili satu kelompok hewan secara keseluruhan. Nyatanya, Richardson dan rekan-rekannya mencermati, bahkan embrio hewan dari jenis-jenis yang erat hubungannya sekali pun, misalnya ikan, agak berlainan dalam rupa serta jalur perkembangannya. "[Gambar-gambar Haeckel] ini tampaknya sedang menjadi salah satu pemalsuan paling terkenal dalam biologi," Richardson menyimpulkan. (Elizabeth Pennisi, "Haeckel's Embryos: Fraud Rediscovered," Science, 5 September, 1997. (penekanan ditambahkan))

Tulisan di jurnal Science itu meneruskan dengan memperbincangkan bagaimana pengakuan-pengakuan Haeckel seputar masalah ini disembunyikan sejak awal abad yang lalu, dan bagaimana gambar-gambar palsu itu mulai ditampilkan di buku-buku pelajaran sebagai fakta ilmiah:

Pengakuan Haeckel menghilang setelah gambar-gambar buatannya kemudian digunakan dalam sebuah buku tahun 1901 berjudul Darwin and After Darwin dan ditampilkan ulang secara luas dalam buku-buku pelajaran biologi berbahasa Inggris. (Elizabeth Pennisi, "Haeckel's Embryos: Fraud Rediscovered," Science, 5 September, 1997. (penekanan ditambahkan))


Sejumlah pengamatan di tahun-tahun belakangan mengungkap bahwa embrio-embrio spesies yang berbeda tidaklah menyerupai satu sama lain, sebagaimana yang Haeckel coba tampilkan. Sejumlah perbedaan besar antara embrio mamalia, reptil, dan kelelawar di atas adalah contoh nyata tentang hal ini.

Singkatnya, meskipun gambar-gambar Haeckel yang telah dipalsukan merupakan fakta yang telah terungkap di tahun 1901, namun dunia ilmu pengetahuan masih saja ditipu olehnya selama sekitar satu abad. Jika evolusi merupakan fakta ilmiah, mengapa para evolusionis yang tidak mampu menemukan buktinya malah merekayasa atau memalsukan bukti? Ini berarti mereka lebih mengedepankan dogma atau ideologi daripada ilmu pengetahuan. Mereka yang menganut keyakinan evolusionis secara tak sadar telah menyatakan pesan penting: Evolusi bukanlah ilmu pengetahuan, melainkan dogma, keyakinan buta yang terus mereka coba pertahankan, walaupun fakta ilmiah membuktikan sebaliknya

0 komentar:

Posting Komentar